2. Mr. Soft and Sexy

13.1K 148 1
                                    

Aku melangkah mengekor di belakang tubuh besar pria itu sampai kami tiba di sebuah ruangan yang letaknya berada jauh di belakang kapal pesiar. Dia membuka pintu, lalu mempersilakanku untuk masuk.

Tepat setelah pintu tertutup, aku langsung menyambar bibirnya lalu menyesapnya begitu dalam dan tak sabaran. Aku terus melumat bibirnya kasar, berharap pria di depanku ini segera menyambut ciuman panasku.

Namun, alih-alih mendapat sambutan hangat, aku justru tersentak saat dia meraih bahuku lalu mendorongku pelan untuk mengurai pagutan bibir kami—lebih tepatnya lumatan bibirku karena dia sama sekali tidak membalasnya.

"Kamu sangat tidak sabaran, Mademoiselle," katanya. Wajahnya masih terlihat serius walaupun tidak setegang tadi.

Oh, tentu saja, wanita normal mana yang bisa sabar saat dihadapkan pria seksi seperti dirinya? Aku jadi penasaran bagaimana cara dia membalas ciuman partner tidurnya. Is he a good kisser?

Pria—yang sialnya belum kuketahui namanya—itu menundukkan kepala hingga wajahnya berada sejajar dengan wajahku. Jarak kami yang hanya terpaut setengah jengkal membuatku bisa dengan jelas merasakan deru napas hangatnya.

"If you need me to give you a new experience about sex, then let me lead you, Young Lady."

Aku meneguk salivaku susah payah. Aku sudah pernah tidur dengan banyak pria, tapi pria ini terasa sangat berbeda. Dia mengintimidasi, tapi juga lembut di saat bersamaan, membuatku semakin diselimuti rasa penasaran.

Tangan pria itu beringsut naik menuju pipiku lalu mengusapnya lembut. Tangannya terasa begitu besar hingga bisa menampung nyaris seluruh wajahku. Usapannya terasa begitu lembut, membuatku refleks menutup mata agar bisa meresapi setiap jamahannya.

"You can touch me, whatever you want," kataku pasrah. Penuh damba. "Please ...."

Embusan napas pria ini perlahan semakin menggelitik wajahku. Tak berselang lama, aku merasakan sebuah benda kenyal memagut bibirku lalu melumatnya begitu lembut hingga membuat kupu-kupu di perutku beterbangan.

Sensasi ini, aku belum pernah merasakannya sebelumnya. Tidak ada satu pun pria yang mampu memberikan gelenyar aneh seperti ini.

Di sela-sela ciuman kami, aku bisa merasakan kedua tangannya bergerak turun menuju pinggang sempitku yang hanya dibalut gaun merah tipis. Dia merengkuhku begitu posesif, sampai tanpa sadar tubuhku sudah jatuh di atas pangkuannya. Tepat di atas tubuhnya yang terduduk di sofa sempit ruangan ini.

Lidahku nyaris menerobos masuk membelit lidahnya di saat pria di bawahku ini justru kembali mengurai jarak hingga pagutan kami terlepas. Aku yakin, wajahku kali ini sudah sangat merah diliputi nafsu dan rasa kesal.

Apa dia sedang bermain-main denganku sekarang?

Aku hampir melayangkan protes, tetapi pria itu sudah lebih dulu membenamkan wajahnya di ceruk leherku hingga membuat satu desahan panjang meluncur begitu saja dari bibirku.

Sialan! He's more than a good kisser. Setiap sentuhan bibirnya adalah candu. Dia ... gila.

Aku yang sudah tidak sabar pun segera menurunkan tali spaghetti-ku hingga dress-ku melorot sebatas perut. Aku benar-benar tidak sabar. Rasanya seperti dikejar nafsu sialan.

"Touch me. I can't wait any longer," kataku.

Jujur saja, aku suka saat bibirnya mencumbuku. Namun, berbeda dengan partner tidurku sebelumnya yang bergerak sangat cepat serta menggebu-gebu, pria ini justru bermain dengan lembut hingga membuatku harus menunggu begitu lama hanya untuk merasakan permainan inti dari pergumulan kami malam ini.

Dan itu jelas amat sangat menyiksaku.

"Satu hal yang harus kamu tahu saat bercinta dengan pria yang kamu anggap tua sepertiku, Madmoiselle," ujarnya sambil menyentuh leher jenjangku. Ibu jarinya yang mengusap leherku membuat bulu kudukku sontak meremang. "Nikmati setiap sentuhanku. Be patient, and I'll give you everything you want."

Everything I want.

Kalimatnya membuatku semakin tak sabar menunggu kejutan apa yang akan dia berikan selanjutnya.

Aku melenguh kasar saat dia kembali mencumbu setiap jengkal kulitku. Semuanya, tanpa terkecuali. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, seluruh tubuhku bergetar karena sensasi yang dia berikan.

Napasku terus memburu, begitu pula dengan jantungku yang berdebar gila-gilaan. Kami bahkan belum tiba di permainan inti, tapi pria ini sudah memberikan kenikmatan tiada tara yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.

Kenikmatan yang tak bisa aku dapatkan saat bercinta dengan teman kencanku sebelumnya. Kenikmatan yang sama sekali tidak bisa aku definisikan.

Tanpa henti, dengan sabar dan dengan lembut, dia terus menghantamku dengan kenikmatan-kenikmatan yang berhasil membuatku melolong keras dan tak berdaya.

Pria ini gila. Sungguh gila. Tanpa kalimat perintah, dia sukses membuat seorang Jessica bertekuk lutut di bawah kuasanya.

Aku menjerit kasar saat miliknya berhasil mengoyak titik paling sensitif dari seluruh saraf di tubuhku. Tak ada satu pun pria yang mampu menyentuh titik ternikmat milikku di dalam sana, tetapi pria ini mampu menemukan, bahkan membelainya dengan begitu lembut dan penuh damba di saat bersamaan.

Tubuhku melambung tinggi seirama dengan hunjaman yang dia berikan, hingga aku berhasil merasakan gelombang pelepasan untuk yang kesekian kalinya. Napasku berderu kencang, peluh menetes deras membasahi seluruh jengkal kulitku. 

Aku mulai mengatur napas. Begitu mataku terbuka, mata teduhnya langsung menyambutku tanpa permisi, membuat perasaan hangat menjalar begitu saja ke seluruh tubuhku. Rasanya seperti tersengat listrik.

"What's your name, Madmoiselle?" tanyanya. Bahkan suara paraunya terdengar lembut di telingaku.

Dia definisi pria tua gila yang membuatku ikutan gila. Pria tua gila yang membuatku mulai bertanya-tanya, apakah aku bisa menemukan kenikmatan sedahsyat ini dari pria lain di luar sana.

Aku tak menjawab. Sebagai gantinya, aku memupus jarak di antara kami lalu melumat bibirnya lembut, penuh damba.

"Jessica. I'm Jessica Drew."

Dari ekor mataku, aku bisa melihat pria itu menyeringai kecil. Gara-gara dia, aku melanggar peraturan nomor satu yang selalu aku patuhi setelah bercinta dengan seorang pria; menyebutkan identitas diri. Aku bahkan menyebutkan nama lengkapku padanya.

"And you? Who are you, Mr. Soft and Sexy Who Can Make Me Moan in Your Arms?"

Pertanyaanku sukses membuatnya tergelak. Membuat garis keriput tipis tercetak di ujung matanya.

"Belvan. Belvan Jung."

***

[FULL BAB DI KARYAKARSA] Sexy Old Man On My Bed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang