Lilitan tudungnya diperpebetulkan. Seperti yang dia sudah katakan, hari ini mulailah Lya untuk bekerja. Semangat dia untuk bersiap dipagi hari. Wajahnya berseri seperti biasanya. Tidak perlu memakai alat solek, kecantikannya sudah alami dari dia kecil lagi.
Setelah semua sudah siap, seketika dia termenung melihat cermin yang di depannya itu. Hatinya sangat berharap bahawa hari ini semuanya akan okey. Ini sajalah jalannya untuk teruskan hidup bersama ayahnya.
Beg sandang yang sudah berisi dengan barang yang hendak dia bawa, diambil lalu membuka daun pintu biliknya dan keluar.
Keluar saja dari dalam bilik dari jauh lagi dia sudah melihat sang ayah sedang duduk di ruang tamu. Macam biasa, termenung. Lya mengeluh kecil. Perlahan dia mendekati sang ayah.
"Ayah," panggil Lya. Laju saja ayahnya menoleh ke arahnya. Wajah sang anak dipandang. Melihat Lya sudah berpakaian kemas untuk pergi bekerja sang ayah tersenyum kecil.
"Lya nak pergi kerja dah ni," kata Lya dengan senyuman kecil. Lalu tangan ayahnya digapai untuk memberi salam.
Baru saja Lya ingin mengangkat wajahnya, tiba-tiba tangan sang ayah hinggap di kepala. Terlakar senyuman kecil di wajah sang ayah melihat anaknya itu. Anak yang dia jaga dari merah lagi sudah membesar. Besar harapan yang tersemat dalam diri ayahnya. Dia mahu anaknya mendapatkan kesenangan seperti anak orang lain tapi mahu buat bagaimana lagi, dia sudah tidak lagi mampu untuk memberi semua itu.
"Pergi kerja biar kerana Allah. Jaga diri baik-baik Lya." Pesan itu akan dia pegang. Mukanya dia angkat untuk melihat ayahnya. Dia senyum.
"Baiklah ayah, Lya akan ingat pesan ayah," kata Lya. Lalu dia menuju ke arah pintu.
Sebelum pergi dia melihat ayahnya.
"Lya pergi dulu assalamualaikum," kata Lya.
"Waalaikumussalam." Lepas saja ayahnya menjawab salam itu dia terus berlalu pergi. Setiap langkahnya itu penuh dengan harapan.
Baru saja berjalan separuh masa tiba-tiba,
"Lya," panggil seseorang. Laju saja dia menoleh ke arah orang itu.
Terlihat di matanya Maira berlari anak menuju ke dia. Membawa satu bekas. Sampai saja depan Lya Maira mengambil nafas terlebih dahulu. Lya hanya melihat kawannya itu.
"Nah aku ada buatkan kau bekal," tutur kawannya dengan menghulurkan satu bekas yang berisi makanan. Perlahan Lya mengambil bekas itu.
"Thanks, susah-susah saja kau ni," kata Lya.
Maira tersenyum.
"Mana ada susah, lagi pun tak payah lagi kau nak keluarkan duit untuk beli makanan nanti." Lya anggukkan kepalanya.
"Ehh... pergilah gerak nanti lambat pula kau," kata Maira.
"Ialah." Sebelum pergi Lya memeluk sahabatnya itu. Erat mereka dua berpeluk. Usai berpeluk Lya senyum kepada Maira.
"Aku pergi dulu." Kaki terus melangkah pergi ke tempat perhentian bas mini.
"Ialah bye." Tangan Maira tidak henti melambai Lya yang sedang menuju tempat perhentian bas mini.
Lya yang melihat itu hanya boleh tersenyum kecil. Setelah sampai di perhentian, Lya beruntung sebab ada memang bas yang sudah menuju ke tempat perhentian. Jadi dia tak payah nak tunggu lama-lama lagi.
Berhenti saja bas di depannya, dia pun masuk ke dalam. Dan menuju ke bandar. Menuju ke bandar buat hatinya merasakan satu benda yang tidak baik tapi Lya hiraukan perasaan itu. Dia cuma ingin pergi bekerja dan mencari rezeki.
YOU ARE READING
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐄𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠'𝐬 | HIATUS
Romance-2ND STORY- Aaron Ryan | Elya Sarah Elya Sarah seorang gadis yang tinggal di sebuah perkampungan bersama ayahnya. Ibunya sudah meninggal sejak Elya masih kecil dan dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang ayahnya dengan didikan agama. Elya seorang g...