little thing

47 10 0
                                    

Jadi part little thing ini cuman secuil kisah dari Hen dan Jemi (karena aku pengen buat AU lain, tapi terlalu males. Jadi aku sisipin disini).

Semoga kalian ga keberatan ya.

......

Kapan terakhir kalian mendapat kejutan? Pertanyaan Jun membuat Hen kebingungan. Pasalnya teman satu kelasnya itu bertanya soal hadiah secara tiba-tiba. Menstimulasi otak untuk memutar memori tentang kapan waktu yang spesifik.

Terbengong entah berapa lamanya. Hingga Yang menepuk pundak Hen. Takut-takut jikalau penunggu pagar sekolah mampir pada temannya itu.

"Hm, sepertinya sebulan yang lalu saat natal. Papa memberiku sebuah jaket berwarna biru muda. Lantas apa alasanmu bertanya?"

"Hanya penasaran saja, siapa tau kalian juga bernasib sama sepertiku."

Kerutan dahi Yang dan Hen sudah memperjelas kebingungan mereka. Apakah perayaan natal kemarin Jun tidak mendapat hadiah sama sekali. Tetapi setau mereka, Ibu Jun sudah mempersiapkan sebuah gitar berwarna cokelat tua.

"Aku merusak gitar pemberian ibu karena menabraknya dengan sepeda Kak Kun. Alhasil hadiahku natal kemarin sudah tidak bernasib."

Ketika Yang menghembuskan nafas tanda kesalnya tidak lupa gelengan kepala Hen. Keduanya sudah hafal tabiat Jun yang ceroboh. Hanya saja ketersediaan rasa maklum mereka sedang menipis hari ini.

"Oh, hujannya sudah reda. Ayo pulang!"

Ajakan Jun menjadi penutup kisah mereka di kantin pukul tiga lebih dua puluh sore ini. Mereka tertahan akibat hujan deras yang melanda kota. Takut tertimpa pohon, terbang tertiup angin hingga takut tersambar petir tentunya menjadi cukup alasan bagi mereka untuk menunggu reda.

Disinilah Hen, berjalan sedikit lebih jauh lantaran asrama yang ditempatinya berbeda dengan kedua temannya. Semua pintu tertutup tanpa jendela yang terbuka, tanda tetangganya belum pulang.

"Kalau dipikir-pikir ternyata aku suka diberi hadiah juga, hehe."
Hen tertawa kecil mengingat raut mukanya tersenyum penuh arti pada siapapun yang memberinya hadiah. Sebut saja dia memiliki love language mendapat dan memberi hadiah.

Bahkan ketika kekasihnya memberikan sebuah sampul buku dengan gambar pahlawan bercelana dalam diluar, Hen akan senang hati menerima dan menyimpannya dengan baik. Teringat kekasihnya itu, membuncah rasa rindu yang sudah ditahan dengan baik dua minggu ini.

"Tuhan, tolong beri Jemi kesehatan dan kelancaran agar dia bisa datang dengan cepat dan menemui ku. Amin." Tanpa sadar doa Hen terucap dengan nada penuh harap dan mengatupkan kedua telapak tangan itu.

Tidak menyadari tingkahnya sedari awal menaiki tangga sudah diikuti oleh seseorang. Seakan inilah jawaban dari doa yang barusan dilantunkan.

Jemi mengikuti Hen dengan tenang. Ia terlampau rindu untuk menunggu esok. Niatnya untuk mengejutkan Hen ternyata berbuah manis. Yang dipuja juga sama rindunya.

"Sepertinya kamu memang anak kesayangan Tuhan."

Hen yang hendak membuka pintu kamarnya mendadak berhenti. Raut mukanya kosong seketika. Menoleh pada seseorang dengan setelan hitam. Tersenyum penuh layaknya model pasta gigi. Terlihat amat nyata.

"Hm, apa rasa rindunya hilang hanya karena melihatku?"

Hen tanpa pikir panjang berlari. Melemparkan seluruh berat badannya pada Jemi disana yang sudah siap ditubruk. Hen memeluknya erat. Masih tidak menyangka akan bertemu hari ini. Jemi tengah mengusap punggung kekasihnya itu, sesekali mencium dahi si manis.

"Kamu bilang, akan pulang esok setelah upacara penutupan. Aku tidak apa harus menunggu satu hari lagi, asal Jemi tidak mendapat masalah karena kabur kemari."

"Tidak, upacara penutupan dilakukan untuk pelatih dan manajer pendamping. Kami yang lomba tidak wajib ikut."

Sedikit mundur untuk sebuah cengkrama kecil, hingga salah satu tangan Hen diraih oleh Jemi. Pupil itu berdilatasi, sedikit lebar dari sebelumnya. Ia terkejut untuk kedua kalinya.

"Aku membuatnya saat perjalanan pulang, aku berharap kamu menyukainya. Tapi, ini bukan hadiah natal. Aku berjanji akan memberimu hadiah yang lebih bagus."

Sebuah buket kecil dari kertas berwarna biru. Tidak lupa dihias pita dengan tulisan I love you memutari tangkainya. Manis sekali, tanpa disadari Hen menerima bujet tersebut dengan sedikit menitihkan air mata.

"Cantik sekali, terima kasih."

(Kira-kira seperti ini kerajinan kertasnya, tapi ukuran bintang  lebih besar)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kira-kira seperti ini kerajinan kertasnya, tapi ukuran bintang  lebih besar)

(Kira-kira seperti ini kerajinan kertasnya, tapi ukuran bintang  lebih besar)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hen

Jemi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemi

End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jemma dan Hilmi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang