1. Anjani, ada?

66 4 0
                                    

Debaran jantung Anjani sudah bisa terelakkan lagi. Jari telunjuknya juga tidak henti menggaruk ujung jari jempolnya hingga menimbulkan luka kecil. Kebiasaan buruk ini kerap ia lakukan setiap kali sedang gugup.

Di hadapannya seorang pria setengah botak dan cukup tua menatap lembar demi lembar proposal yang barusan Anjani berikan dengan harapan konsep produknya kali ini bisa diterima oleh ketua divisinya itu.

Tangannya kiri pria itu sibuk mengusap minyak penumbuh rambut ke atas kepala botaknya. Shit! Mau sebanyak apapun minyak itu si oles, rambut Pak Rosidin nggak bakalan tumbuh, percaya deh!

Sesekali mata pria itu melirik ke arah layar ponselnya. Turnamen badminton favoritnya terlihat tengah bertanding dengan seru-serunya. Kali ini, Indonesia lawan Malaysia. Lawan yang cukup sepadan dan tangguh.

Pak Rosidin kembali membalik lembar ketiga proposal yang berisikan latarbelakang. Belum sampai pada kalimat awal. Pria tua menyebalkan itu langsung melemparkan proposal Anjani hingga berhasil mengenai wajah gadis itu.

Sialan! Di tolak lagi?

"Kamu sebenarnya bisa buat proposal nggak, sih! Sudah 5 tahun kerja masa buat proposal yang bener aja masih nggak tau," ujar pria itu dengan entengnya. Matanya kembali fokus pada layar ponselnya.

Anjani memungut proposal miliknya sembari bertanya mengenai kesalahannya dalam hati.

"Konsepnya ada yang salah yah, Pak?"

"Kok malah tanya saya." Pak Rosidin mengupas kulit kacang goreng dua kelinci di sampingnya. "Coba kamu pikirkan. Perempuan mana yang mau membeli produk yang kegunaannya hanya sekedar meratakan warna kulit?"

Mulut Pak Rosidin terdengar mengunyah kacang dengan lahap. "Sekarang tuh lagi trend produk dengan embel-embel putih secara instan. Bukan hanya sekedar meratakan warna kulit akibat belang terkena sinar matahari."

Anjani menghela napasnya. "Tapi nggak semua perempuan punya kulit putih, Pak. Kalau kita jual produk hanya menggunakan tagline whitening. Pasarnya jadi nggak menyeluruh."

"Saya mau produk kali ini bisa merata digunakan untuk semua macam warna kulit orang Indonesia. Produk kita kali ini akan bisa mematahkan statement perempuan cantik tidak harus putih."

"Apalagi kita tinggal di Indonesia dengan iklim tropis dan para perempuan di negara ini memiliki banyak aneka..."

"Cecilia! Bisa ikut saya ke ruang rapat sebentar? Bawa proposal lulur susu sapi yang kamu buat kemarin. Kita diskusikan untuk projek produk bulan depan." Pak Rosidin bangkit dari kursinya sembari membawa beberapa kacang kulit.

Ia terlihat tidak acuh pada Anjani dan memilih pergi begitu saja bersama dengan Cecilia, karyawan kontra baru yang akhir-akhir ini kerap menempel pada Pak Rosidin.

Sandra segera menghampiri Anjani yang masih diam tidak percaya mendengar perkataan Pak Rosidin barusan. Menyetujui proposal lulur sapi itu sama saja dengan membuang budget promosi tahun ini. Anjani jamin, lulur itu tidak akan bertahan lama dipasaran.

"Ani-ani Pak Rosidin, bukan sih!" Sindir Sandra sembari menatap tidak suka pada Cecilia. Gadis kecentilan itu memang kerap membuat Sandra naik darah. Wajar sih, soalnya Sandra paling anti sama perempuan yang super duper pick me kaya Cecilia.

Married by ResignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang