The First Meeting of Us (part 1)

354 36 6
                                    

Suatu ketika Gamin bertanya pada ibunya:

"Apa itu yang mengkilap di pergelangan tangan mu?"

Jun Mihyun menatap putra nya dengan geli. Dia berhenti dari kegiatan memasaknya sebelum membawa Gamin pada foto keluarga mereka.

"Kau lihat di sini, Gamin? Ini adalah foto keluarga kita," katanya. "Aku bertemu Ayahmu karena cahaya mengkilap ini. Kita menyebutnya sebagai Benang Jodoh, hirarki tertinggi dari kehidupan di alam semesta."

Saat itu Gamin tidak memahami apa artinya sebuah ikatan sampai dia mendapatkan benang pertamanya di ulang tahun yang ke-12. Mereka berwarna biru terang dengan cahaya kecil yang sering kali muncul kemudian menghilang dalam sekejap.

Ayah nya mengatakan itu normal, membantunya dalam memahami lebih baik status kehidupannya:

"Begitu hirarki mu muncul, mereka akan pudar seperti sebelum kamu memilikinya. Tentu akan kembali saat waktunya tiba."

Mihyun terus mengatakan untuk menjaga pasangannya di masa depan. Terus memberi mereka perhatian dan cinta yang besar. Wanita itu tidak memandang seperti apa mereka atau terlahir menjadi apakah mereka. Dia hanya menginginkan Gamin untuk menjadi pria yang baik terhadap calon pasangannya nanti.

"Kasih sayang itu penting. Kita tidak tahu kondisi seperti apa yang dialami pasanganmu. Jadi yang pertama adalah memberi kasih sayang yang cukup."

Gamin sering kali terobsesi dengan teoritis hirarki yang dimiliki oleh male dan female. Mulai menciptakan harapan palsu anak-anak sebagai bentuk kasih sayang pada siapapun pasangannya di masa depan. Namun begitu benang takdir mempertemukannya dengan pasangan yang ditakdirkan-nyaris saja—Gamin segera terguncang.

Lagi-lagi bayangan hitam yang menghantui pikirannya muncul tanpa di minta. Seorang anak laki-laki yang sama kini berdiri di dekat kasur. Dia memeluk lututnya, berharap seseorang akan membawanya pergi dari sana. Dan dalam kurun waktu yang singkat teriakan dan jeritan kembali menggema di kepalanya. Kobaran api berpusat pada satu sumbu, asap memukul di udara. Gamin dapat merasakan seseorang mengusap punggungnya sembari berbisik:

"Gamin."

Kemudian dia berkedip, tepukan kasar mengembalikan pandangannya yang menghilang.

"Gamin?—Min! Yoon Gamin!!"

Gamin sekali lagi berkedip. Mendapati wajah Sehyun yang menatapnya khawatir.

'Kayak de javu.' Dia mengusap kepalanya.

"Gamin, kau baik-baik saja? Tunggu! Jangan bicara. Aku tahu jawabannya."

Sehyun duduk di samping Gamin dalam damai. Mereka tidak melakukan apapun setelahnya. Lagi-lagi Keheningan segera datang tanpa di minta.

• • •

"Nah, kalau dalam aljabar.."

Gamin melotot ke arah papan tulis. Kepalanya sakit. Rasanya mau pecah. Tapi sial karena dia ingin melakukannya. Dia ingin belajar dan menjadi pintar juga!

Sehyun dan Heewon sudah pindah ke lembar halaman yang berbeda lalu Jiwoo dan Jun sesekali melihat catatan yang mereka buat (anak-anak menggigit ujung pulpen mereka seperti perlombaan). Gamin meringis. Jari mereka menghitung sehingga Bu Hankyung dapat melanjutkan materi kedua. Kak Sunchul sendiri tidak di sini karena sibuk mengikuti kelas tambahan.

Gamin benar-benar sendirian sekarang.

"Gamin, kamu paham apa yang Ibu jelaskan tadi?"

GaWool Fanfic: Bound Love - SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang