[ CHAPTER - 1 ]

8 1 0
                                    

♡♡♡

Gemericik air hujan kian menderas, suara yang membesar dengan petir beberapa kali menyambar. Perempuan bertubuh kecil tengah berlindung di bawah payung dengan tentengan tangan membawa kantong plastik belanjaannya. Tidak ia duga hujan benar-benar turun dengan mengamuk. Untung saja dirinya membawa payung untuk berjaga-jaga.

Nora Angelista, pemilik cafe terbaru di area perkotaan yang kini sedang ramai-ramainya karena banyak orang meneduh. Nora melihatnya dari seberang, cafenya mulai dipenuhi oleh pelanggan baru yang semoga saja akan menetap. Senyuman sabit itu timbul dengan sempurna, kebahagiaan mendadak dirinya terima. Semoga saja selalu seperti ini.

Saat Nora akan menyebrangi jalan yang tidak mendapati kendaraan melintas, tiba-tiba dirinya mendengar suara tangisan anak kecil. la menunda niatnya. Nora mengedarkan pandangan hingga memutarkan tubuhnya mencari sumber suara tangis itu berada. Langkahnya perlahan mendekati ke arah tong sampah besar. Walaupun suara di payungnya sangat berisik, tetap saja suara tangis ini lebih mengusik pendengarannya.

"Hai!" sapa Nora kala melihat anak kecil tengah berjongkok memeluk kakinya sendiri di sebelah tong sampah besar itu. Nora ikut berjongkok di depan anak kecil yang sedang meneduh dan menangis begitu keras.

Mata sembab itu mengingatkannya pada dirinya beberapa tahun lalu saat tidak mendapatkan mainan baru dari orang tuanya. Namun lain hal dengan anak ini, Nora melihatnya dari sorot teduh saat pertama kali anak kecil itu menatapnya, tatapan pertanyaan tanpa suara. Bukannya berhenti menangis, anak kecil itu semakin terisak dan meninggi 'kan suara tangisnya hingga terbatuk berkali-kali. Mata kecilnya memerah dan wajahnya begitu padam. Terlihat sekali anak itu tengah ketakutan.

Nora mengusap air matanya. "Jangan takut, tante bukan hantu kok. Ini manusia," ucap Nora tersenyum menyisihkan lesung pipinya. Wajah yang masih berusaha dirinya pasang lebih baik, agar anak kecil ini tidak enggan berbicara dengannya hanya karena rasa takut ditelan tante girang.

Makin keras isakannya, makin ngotot Nora merayu. Kesabaran Nora sedang diuji, sampai akhirnya anak kecil itu menatap Nora penuh tanda tanya dengan tangis yang sedikit mereda. Lambat laun suara tangisnya menghilang dan mengusap pipinya yang basah lalu ikut tersenyum pada Nora.

"Kenapa kamu disini cantik?" tanyanya membelai sayang pucuk rambut anak itu setelah dirasa suasana cukup memadai untuk merayu.

"Kakak," panggil anak kecil itu membuat Nora sedikit terlonjak karena dirasa umurnya sudah tidak semuda itu, tapi tidak salah juga. Artinya Nora memang tidak setua perkiraannya. Baginya usia 26 tidaklah muda lagi, karena banyak orang seumurannya sudah berkeluarga.

"Iya?" secepat mungkin Nora merubah ekspresinya untuk kembali tersenyum agar anak itu tidak takut lagi kepadanya.

"Paman aku hilang," katanya sebelum ia kembali menangis. Seketika ia Kembali terisak semakin keras lalu menatap Nora memohon seolah meminta pertolongan.

"Kamu tadi dari mana? Kok tiba-tiba pisah sama pamannya?" tanya Nora masih dengan senyuman yang melekat.

"Paman bilang aku harus nunggu dia, tapi paman nggak kembali, aku cari dia, dia nggak ada." suara paraunya terdengar begitu jelas. Nora menatap sendu tidak tega padanya, sungguh malang. Jahat juga pamannya meninggalkan anak sekecil ini sendirian.

"Kamu mau ikut kakak?" tawar Nora lalu menunjuk sebuah bangunan baru di sebrang jalan. "Itu cafe kakak, kita ke sana ya, kita makan ini." Nora meninggikan tentengan makanan ringan yang baru saja dirinya beli.

"Itu apa?" tanya anak kecil itu dengan kepala yang dimiringkan, menunjukkan bahwa ia tengah heran atau mungkin kebingungan. Kantong plastik yang terasa asing di pandangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

• FEARLESS •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang