3#Sebuah Kotak Musik

17 2 5
                                    



Happy reading

Jangan lupa tinggalkan jejak



Saat ini Thania tengah menulis sebuah puisi di kamarnya. Kemudian Iris datang tanpa mengetuk pintu dan merebut kertas itu dari Thania, ia juga membacanya, seolah mengolok.

Thania sangat marah hingga ia berdiri dan berteriak, "Iris!!" tapi setelahnya ia panik karena telah membentak Iris. Ia segera mengambil kertas itu, melipatnya, dan menyimpannya di dalam buku merah.

Thania kembali duduk di kasurnya, begitu juga Iris. "Kenapa kemari?" tanyanya.

"Tidak, hanya ingin main dengan mu," jawab Iris.

Tidak mungkin, kau pasti menginginkan sesuatu atau ingin memamerkan sesuatu, batin Thania yang paham betul bagaimana temannya itu.

"Kau tau? Aku sangat bingung sekarang," kata Iris dengan wajah murungnya.

Sudah ku duga, apalagi kali ini?

"Thaniaa," rengek Iris menidurkan dirinya di kasur milik Thania.

"Aku bingung, mereka ...banyak yang mendekatiku, bagaimana jika mereka menyatakan perasaannya padaku, aku bingung harus menanggapinya seperti apa nanti," cerita Iris.

Mereka yang dimaksud adalah teman-teman di kampusnya, atau bahkan kenalannya dari media sosial.

Thania tersenyum, "lalu siapa yang kau sukai diantara mereka?"

Iris menjawab, "aku bingung, mereka sangat baik padaku, dan royal, membelikan ini dan itu untukku, aku bingung."

Thania menatapnya, kau menginginkan semuanya Iris, semuanya. Tamak!

"Kenapa kau hanya diam? Ah kau mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya," ucapnya. Iris, ia selalu berpendapat sesuka hati untuk membuat lawan bicaranya lebih rendah.

Maksudmu aku tidak berpengalaman?! Thania menyembunyikan senyumnya, tidak akan ada yang menyatakan perasaan kepadamu, kau hanya akan dijadikan teman, dan sebagai sebuah pilihan lainnya Iris.

Inilah Thania yang lainnya, akan ada pikiran lain, atau memang ada dia yang lain? Thania tak paham itu, ia terkadang bingung akan dirinya sendiri, bagaimana ia sebenarnya, apa yang sebenarnya dia inginkan.

"Ah lupakan itu, nanti malam kita ada reunian dengan anak SMA, tiap wali kelas juga akan datang, dan kau harus ikut," pungkasnya.

Thania hanya pasrah, bila tidak ikut, lagi-lagi dia akan berurusan dengan ayahnya nanti, Thania sungguh malas untuk memulai keributan.

Setelah makan malam, mereka bermain truth or dare. Tidak perlu canggung pada wali kelas, mereka masih sangat muda dan sudah friendly sejak di sekolah dulu.

"Dare!" sorak para reunian.

"Baiklah, nyatakan perasaanmu pada seseorang yang pernah atau bahkan masih kau sukai hingga kini," pinta Iris pada Arya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang