[1]

229 40 4
                                    

"Aze..."

"AZE!" panggil Ice. Ia juga melambaikan tangannya di depan muka Blaze.

"Eh, kenapa Ice?"

"Lu kenapa? Gak biasanya lu begini," tanya Ice.

"Enggak, enggak kenapa-napa, cuman ngelamun wae kok."

"Oh."

Mereka kini berada di kamarnya. Blaze dan Ice ialah anak kembar. Maka dari itu mereka sekamar. Ice berbaring di ranjangnya namun tidak melakukan aktivitas biasanya yaitu tidur. Sedangkan Blaze duduk diam di ranjangnya. Tidak seperti biasanya ia tenang dan melamun cukup lama.

"Bang Upan mana?" tanya Blaze mencari partner TTM-nya. Dibalas gelengan dari Ice.

"Tanya aja ke kak Gem," usul Ice.

"Males..." Tak seperti biasanya Blaze terlihat lesu.

"Tumben gak ganggu yang lain?" tanya Ice.

"Woah, ide bagus!"

"Saatnya ganggu bang Hali," lanjutnya.

Wajah yang terlihat lesu digantikan dengan semangat yang membara. Blaze segera beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamarnya.

'Goblok malah kasih ide. Maafkan hamba wahai abangku,' Ice merutuki ucapanya. Ia segera menutup mata dan pura-pura tidak tahu apa-apa.

Blaze memincingkan matanya seperti cctv, mencari-cari keberadaan abangnya. Dari lantai dua, ia melihat punggung abangnya berada di ruang tamu. Mengikuti gaya ninja Nabuto, ia menuju Halilintar hendak mengagetinya.

"DOORRR!!!" Kedua tangan Blaze hinggap di bahu Halilintar. Tentu saja itu membuat si empunya tersentak dan mengeluarkan tatapan bombastic side eye.

"Blaze, kakak sedang tak ingin diganggu!" tegas Halilintar. Ia memberikan penekanan di setiap kata-katanya. Sinyal SOS terpancarkan. Biasanya saudara-saudaranya akan mengerti dan lebih memilih menghidar dari si sulung itu. Tapi entah kenapa hari ini Blaze tidak peka dengan sinyal itu.

"HAHAHAHAHA!" Gelak tawa Blaze memenuhi ruangan itu. Ia terpingkal-pingkal bahkan sedikit mengeluarkan air matanya.

"Hahaha..." Setelah beberapa menit perutnya menjadi sakit karena tertawa. Ia memegangi perutnya dan mulai bisa mengontrol dirinya.

"Sudah?" tanya Halilintar. Hawa di sekitarnya mendadak gelap dan dingin. Oh crap, Blaze telat menyadarinya.

"Sekarang pergi ke kamarmu!" ketus Halilintar.

"T-tapi bang-"

"Kamu itu bisa gak sih jangan kekanak-kanakan gitu? Kamu itu udah gede, jadi contoh yang baik buat adik-adikmu! Sekarang kamu PERGI!" bentak Halilintar.

Deg

Ini kali pertama Blaze dibentak Halilintar. Memang ini salahnya karena mengganggu abangnya. Tapi ia sering mengageti kakaknya dan hanya dibalas dengan jitakan. Bahkan kejahilannya ini termasuk golongan yang kecil. Satu-satunya yang bisa menjawab kondisi abangnya yaitu suasana hatinya sedang memburuk.

Blaze pun melangkah menuju kamarnya. Entah apa yang ada dipikirnya beberapa saat lalu. Sungguh ia merutuki dirinya sendiri karena tidak peka. Bahkan membuat suasana hati abangnya tambah memburuk. Andai saja ia peka seperti biasanya, kejadian ini tidak akan terjadi.

Seisi rumah mendengar bentakan si sulung. Duri yang sakit bahkan sedikit ketakutan dengan abangnya. Untung saja ada Solar yang menemani dan menenangkannya. Gempa yang ada di dapur segera menghampiri dan mencegat Blaze yang hendak membuka pintu kamarnya.

𝕀nteraction。。。|| HaliAze ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang