1. Prolog

30 7 0
                                    

"Jika kamu merasa dirimu masih kurang, lihat orang-orang yang memiliki kelainan darimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kamu merasa dirimu masih kurang, lihat orang-orang yang memiliki kelainan darimu. Maka mulai bersyukurlah dari situ." — Aylithara Harithma.

***

Hi! Selamat datang di cerita baruku.

Selamat menyelam ke dalam kehidupan seorang Aylithara Harithma, cahabat teletubbies!

Happy reading ~

Jika ada kesalah dalam pengetikan, tolong ingatkan.

***

Aylithara mengetuk-ngetukan tongkat kecilnya ke lantai koridor sekolah agar ia bisa berjalan dengan baik. Tapi tiba-tiba ada kaki yang membuat Aylithara terjatuh. Gelak tawa terdengar jelas di telinga Aylithara, ia kenal betul suara orang yang menertawainya. Hati gadis itu sakit, rasanya ia tidak pernah dihargai saat berada di sekolah ini.

Aylithara bangkit, lalu meraba-raba sekitar untuk mencari tongkatnya.

"Di sini bodoh," ucap Abian sambil menertawakan gadis malang itu. Ia mengangkat tinggi-tinggi tongkat milik si gadis tunanetra itu.

"Tolong balikin tongkat aku, Abian," pinta Aylithara penuh permohonan. Air mata gadis cantik berambut sepinggang itu turun membasahi pipi mulusnya.

Abian mendekat ke arah Aylithara, Aylithara dapat merasakan itu. Tangan Abian terangkat mengenai dagu gadis cantik itu, ia mengangkat dagu Aylithara agar menatap matanya.

"Lo mau tongkat ini?" Abian mengarahkan tongkat milik Aylithara ke arah gadis itu. Meski Aylithara tidak dapat melihatnya. Apakah Abian lupa jika gadis itu buta?

Aylithara hanya mengangguk sebagai jawaban. Air matanya semakin deras.

"Gue kasih, asal lo kerjain semua pekerjaan rumah gue."

Abian itu gila. Bagaimana cara Aylithara mengerjakan tugasnya? Sementara Aylithara saja tidak pernah menulis dan hanya selalu mendengarkan. Saat diberi tugas pun, pihak sekolah akan melakukan tes lisan untuk Aylithara. Mereka mengerti pada gadis itu. Meski begitu, kepintaran Aylithara itu di atas rata-rata, ia selalu memenangkan juara satu di kelasnya.

Seharusnya gadis itu memasuki SLB dan bukan sekolah biasa seperti ini. Tapi karena keterbatasan ekonomi keluarga, Aylithara terpaksa bersekolah di sini.

Aylithara mengerutkan keningnya, Abian tidak salah mengatakan itu?

"T-tapi ... aku buta, Abian," kata Aylithara.

Mendengar jawaban dari Aylithara, tawa Abian pecah seketika. Membuat luka di hati Aylithara semakin perih.

Abian mengarahkan tongkat Aylithara ke wajah gadis itu secara horizontal, dan ...

Si TunanetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang