"Bahagia itu sederhana, tetapi manusia kadang tidak pernah bisa mensyukurinya." — Aylithara Harithma.
***
Ey, apa kabar?
Siap ga baca cerita ini?
Bila ada kesalahan dalam pengetikan tolong ingatkan.
Happy reading!
***
"
Anak sialan!"
Byenai melempar vas bunga ke arah Aylithara, vas itu pecah menjadi berkeping-keping. Aylithara melindungi dirinya hanya dengan kedua tangannya, kedua tangannya ia satu kan akan tidak mengenai wajahnya.
Perempuan remaja itu meringis, merasakan perih di tangannya dengan darah yang mulai bercucuran.
Ia enggan melihat wajah sang mama, wanita itu seperti monster yang sedang meraung-raung pada musuhnya. Bahkan pada Aylithara, wanita berkepala tiga itu tidak segan-segan melakukan kekerasan untuk melampiaskan rasa lelahnya. Aylithara tidak pernah keberatan, anggap saja ia membantu Byenai untuk menghilangkan rasa lelahnya.
Badan Aylithara merosot ke lantai, ia tidak tahu harus berbuat seperti apa. Ia hanya bisa menangis sekarang. Aylithara mengusap air matanya yang mulai terjatuh, bercak darah jadi berbekas pada wajahnya akibat tangannya itu berlumuran darah.
Byenai berjalan mendekati putrinya, menarik lengannya agar gadis itu berdiri.
Plak!
Plak!
Plak!
Tiga tamparan berturut-turut mendarat di pipi kanan dan kiri Aylithara. Panas rasanya, ia menangkup kedua pipinya dengan telapak tangan.
"Anak sialan! Bisanya hanya menyusahkan!" Teriakan itu selalu membuat Aylithara takut, suara lantang yang keluar dari mulut Byenai adalah salah satu ketakutan Aylithara.
Gadis itu semakin menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Melihat anak semata wayangnya menangis, bukannya ia memberhentikan tangisan sang anak, tapi ia malah membentur-benturkan kepala Aylithara ke tembok berkali-kali, sampai gadis itu merasakan sakit yang hebat di kepalanya.
"Mati aja kamu harusnya! Percuma hidup kalau kamu cuma bisanya bikin orang lain repot!" sentak Byenai.
Sakit.
Itu yang dirasakan Aylithara.
Entah bagaimana Byenai menggunakan otaknya untuk berpikir. Seenak jidat ia melontarkan kata-kata makian itu pada anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri. Apakah ia tidak punya rasa kasihan sedikitpun? Yang perlu diingat, Aylithara itu adalah anaknya. Tapi wanita itu tidak pernah sudi jika Aylithara adalah darah dagingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Tunanetra
Novela JuvenilTerlahir menjadi seorang anak tunanetra itu tidaklah menyenangkan. Juga lahir dari hasil perselingkuhan itu bukan yang diinginkan semua orang. Ejekan-ejekan tak pantas selalu didapatkan oleh Aylithara, cacian dan makian sudah menjadi makanannya seti...