(stay here) for a while

3.7K 72 23
                                    

"Akhirnya, aku harus kembali ya?"

Aku memandang keluar jendela besar bandara ini. Memandang pada pesawat berlogo burung biru yang sebentar lagi aku naiki. Akhirnya perjalananku di ibu kota telah selesai, studiku sudah selesai dan aku ingin pulang sekarang. Banyak kenangan manis dan pahit yang kualami disini, yang paling pahit tentu saja pertemuanku dengan seorang pria. Pria itu bernama Adimas Putra, namanya berhasil terpatri dalam pikiranku sebagai nama pria yang selama akan aku hindari. Aku sangat menyayangi dirinya, dia adalah pria yang pernah mengisi hatiku. Namun sayang, aku tidak berhasil mengisi hatinya. Dihatinya masih ada wanita yang justru menghancurkan hatinya. Aku tidak mengerti mengapa ada pria sebodoh dirinya, masih mencintai apa yang justru menyakitinya.

Aku pernah sangat amat membencinya, bahkan aku berkata padanya kalau kita seharusnya tidak pernah saling mengenal. Aku berusaha untuk menjauhi segala hal yang berhubungan dengannya, bahkan sejauh aku memutuskan pertemanan dengan teman-temannya yang merupakan teman-temanku juga. Tapi aku sadar itu adalah suatu hal yang sangat bodoh, untuk apa aku melakukan hal seperti itu? Semakin aku berusaha untuk menjauhinya, semakin sulit untukku berdamai dengan diriku sendiri.

Aku akhirnya bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu, saat kami di acara wisuda. Aku melihatnya dari jauh, bersama dengan wanita itu. Mereka tampak begitu bahagia, melihatnya membuat hatiku sakit. Namun, ada rasa bahagia ketika melihatnya bahagia juga. Wanita yang bersamanya itu sempat menghubungiku, dan meminta maaf atas apa yang terjadi. Namun aku menolak permintaan maafnya. Bukan karena aku marah padanya, tapi karena memang ini semua bukan salahnya. Yang bersalah pada kasus kami adalah Dimas, yang telah memberikan diriku harapan namun tiba-tiba menarik semua harapan yang telah ia berikan.

Mata kami sempat bertemu, sungguh aku rindu dengannya. Namun, aku sadar aku sudah bukan siapa-siapanya lagi. Aku bahkan tidak tahu apakah dia masih menganggapku ada atau tidak, apalagi setelah kata-kataku waktu itu. Aku tersenyum padanya, dan dia membalas senyumanku. Ia berjalan ke arahku, mungkin sudah saatnya aku berdamai dengan diriku sendiri.

"Selamat ya." Ucap pria itu. Suara ini, sudah lama aku tak mendengarnya. Suara yang dulu pernah menemaniku sepanjang hari. Suara yang memberikanku semangat, namun sekarang suara itu memberikanku kesedihan.

"Iya, kamu juga ya." Balasku. Setelah itu aku tak tahu harus berkata apa lagi. Sudah lama aku tak berbicara dengannya, bertemu pun sudah lama tidak. Aku teringat apa tujuanku untuk kembali bertemu dengannya, yaitu menarik ucapanku waktu itu dan berdamai dengan dirinya. Serta diriku sendiri.

"Aku tarik kata-kataku waktu itu, aku seneng pernah kenal sama kamu Dim." Ucapku.

"Aku juga Sha, maafin aku ya soal itu."

"It's okay, itu pilihan kamu kok. Toh, kalian kelihatan cocok banget. Aku seneng kalau liat kamu seneng." Kenyataan yang pahit, namun harus aku terima. Kalau dia memang memilih wanita itu, apa boleh buat? Toh, hal itu membuatnya bahagia.

"Setelah ini kayaknya aku bakal balik ke rumah, thank you ya udah nemenin aku selama disini!" Tambahku.

"Sama-sama Sha. Udah ketemu sama Rian belum?" Tanyanya. Ah, aku lupa soal Rian. Dia adalah salah satu teman dekatku, dan teman dekat pria ini. Dulu kami selalu bersama-sama bagaikan anak kembar tiga. Akibat tindakan bodohku, aku memutuskan pertemananku dengannya. Hanya karena aku benci pada pria ini.

"Belum, mungkin nanti aku bakal ke tempatnya Oniel. Dia sekarang sama Oniel kan?"

"Oh, kamu udah tau? Hahaha, iya dia sekarang sama Oniel sekalian kerja disana." Jadi benar, Rian sekarang sudah bersama Oniel? Aku harap dia benar-benar menjadikan Oniel sebagai pelabuhan terakhirnya. Rian adalah pria yang baik, namun sayang kebaikannya selalu dimanfaatkan oleh wanita yang dekat dengannya. Aku yakin Oniel tidak akan seperti itu, karena yang aku tahu justru Oniel yang pernah dipermainkan oleh mantan kekasihnya.

cerita-cerita kecil dari wanita itu jatuh cinta pada seekor kudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang