Clairy baru saja akan ke kamarnya ketika ia melewati balkoni dan melihat Melvin seperti sedang merokok di luar sana.
"Kamu merokok?" tanya Clairy membuka pintu.
Melvin membalikkan tubuhnya. Mengangkat benda yang dicurigai rokok oleh Clairy.
"Rokok? Aku sedang memakai lipbalm."
"Kamu mengoleskan lipbalm sampai ke hidungmu?!"
Melvin mengangguk, kemudian melanjutkan aktivitasnya memakai lipbalm.
"Wah, kamu memang spesies langka."
"Kau dari mana Clair?"
"Hanya makan malam dengan calon teman-teman kantorku."
Lagi-lagi Melvin mengangguk kemudian Clairy kembali menutup pintu dan membiarkan Melvin melanjutkan ritual pengolesan lipbalm yang sangat ekstrem itu.
Baru saja ia akan mengganti pakaiannya, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dari luar.
"Alesha? Ada apa?" tanya Clairy ketika ia membuka pintu dan wajah Alesha yang ia lihat.
"Clairy, boleh aku masuk?"
Clairy mengangguk, kemudian membuka pintunya lebih lebar agar Alesha bisa masuk.
"Kamu sudah menata barang-barangmu?" tanya Alesha saat ia menyadari kamar Clairy sudah rapi.
"Sudah, siang tadi aku menyelesaikannya. By the way, terima kasih sudah membelikanku buah dan yoghurt tadi. Uangnya akan aku transfer."
"Yoghurt? Seingatku aku tidak membelikanmu yoghurt."
Clairy sedikit tercekat. Jadi benar Juan yang berinisiatif membelikannya yoghurt. Sikapnya yang sok manis membuat Clairy merinding. Tapi kali ini hal yang harus ia lakukan adalah mencari alasan.
"Benarkah? Apa itu milik Melvin? Karena tadi Juan menyimpannya di kulkas." Bohong Clairy.
"Mungkin memang milik Kak Melvin."
Clairy dan Alesha mengobrol hingga larut malam. Kini Clairy sudah ganti baju dengan piyama putih miliknya, sama seperti yang dipakai Alesha hanya saja milik Alesha memiliki potongan lengan dan celana yang pendek.
Melihat bagaimana cerianya Alesha dan hebohnya dia ketika memberikan reaksi terhadap apapun yang dirasa menyenangkan membuat Clairy ikut tertawa dan kebahagiaan Alesha menular padanya.
Daya tarik Alesha sangat kuat, mungkin itu yang membuat Juan menambatkan hatinya pada gadis di hadapan Clairy. Ia yang perempuan saja terpesona dengan daya tarik Alesha, tidak heran jika Juan juga terpesona.
"Aku kuliah, kemudian Juan juga pendatang. Dia bekerja di bidang tour and travel milik ayahnya dan ia sedang belajar mengenai trip konser K-Pop di sini."
Alesha menjelaskan mengenai dirinya dan Juan di waktu yang sama. Meskipun ia sudah tahu pekerjaan Juan, tetapi informasi dari Alesha membuatnya tidak penasaran lagi mengapa bisa Juan ada di kota yang sama dengan dirinya sekarang.
"Aku harap kita bisa lebih saling mengenal satu sama lain. Senang rasanya ada perempuan lain di rumah ini. Kemarin aku sangat kesepian tetapi untung ada Juan yang selalu menemaniku."
Clairy mengangguk dengan tersenyum. Tampaknya Alesha benar-benar menyayangi Juan. Sisi Juan yang penyayang memang tidak bisa untuk dilewatkan, Clairy juga menyadari itu dahulu.
Setelah dirasa sudah larut, Alesha pamit dan kembali ke kamarnya. Clairy lega akhirnya ia bisa melepas penat dari harinya yang panjang.
Ia menutup matanya dan mencoba untuk tidur setelah lampu di kamarnya mati dan keadaan menjadi gelap.
°°°
Selalu seperti ini jika ia harus tidur di tempat baru. Senyaman apapun alas tidur dan kamar yang ia tempati, Clairy akan terbangun di pagi buta dan tidak bisa lagi melanjutkan tidurnya.
Jam di ponselnya menunjukkan masih pukul dua dini hari. Sialnya ia tidak akan bisa tidur dan ia harus bekerja.
Clairy memutuskan untuk turun ke dapur, membuat apapun yang bisa ia buat di sana.
Hal pertama yang ia cari adalah es batu. Kemudian kantung teh celup. Semua ia yakini milik Melvin atau anggap saja milik Melvin.
Es teh berhasil ia buat dan ketika hendak
menaiki tangga, pintu kamar Juan terbuka. Clairy berhenti sejenak, berencana untuk menyapanya tetapi Juan justru memberikan kode agar Clairy mengikutinya.Clairy terpaksa mengikuti lelaki itu untuk mencari tahu apa yang ingin ia katakan.
Keduanya duduk di kursi taman belakang. Ternyata Melvin menanam banyak bunga hindrangea yang indah di sana. Ternyata suasana di taman belakang tak kalah indah dari balkoni di samping kamarnya.
Sejenak mereka hanya diam, Clairy meneguk es teh buatannya yang bisa langsung menyegarkan pikirannya.
"Apa yang kalian bicarakan semalam?" tanya Juan dengan tatapan lurus ke depan.
Clairy menoleh ke samping, ia hanya dapat melihat tingginya hidung Juan.
"Aku dan Alesha? Kami hanya mencoba berkenalan. Apa yang kamu khawatirkan adalah aku memberi tahu masa lalu kita, kan? Itu tidak akan terjadi. Tenang saja."
Juan menatap Clairy dengan tatapan tajam.
"Aku tidak suka dengan keberadaanmu." Kalimat itu keluar dengan penuh penekanan dan kebencian.
Clairy yang mendengar isi hati Juan tidak bisa berkata-kata lagi. Bukankah ia sangat keterlaluan? Apakah perlu ia berkata seperti itu di hadapannya?
Matanya merah, ia yakin sebentar lagi jika ia tidak segera meninggalkan tempat ini maka Juan akan melihatnya menangis. Clairy dengan cepat bangkit dan pergi meninggalkannya sendirian di sana.
Dengan tergesa ia menaiki tangga menuju kamarnya tapi sialnya ia harus berpapasan dengan Melvin yang juga telah bangun dari tidurnya dan bahkan tampak sudah segar dengan rambut setengah basah.
"Hai" sapanya tanpa bersuara karena takut membangunkan yang lain.
Clairy tersenyum berniat segera menghindari Melvin tapi ia terlambat. Melvin menyadari dirinya tampak menahan tangisnya.
"Hei, ada apa?" Melvin mendekat dan sedikit menunduk mencari wajah Clairy.
"I'm okay." balas Clairy tanpa suara.
"You wanna talk?"
Melvin bertanya dengan sangat lembut.
"No, I just need my room."
Setelah mendengar jawaban Clairy, Melvin paham perempuan itu hanya ingin sendiri setidaknya untuk saat ini. Apapun yang sebenarnya terjadi, Melvin belum memiliki cukup kapasitas untuk bertanya lebih jauh.
"I'm in my room if you need something. Okay?" dan kata-katanya hanya dijawab anggukan oleh Clairy sebelum gadis itu benar-benar meninggalkan Melvin sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END) | Jeno x Karina
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...