Happy reading 🦋
______________________
"Nasya, aku akan menemuimu di dunia. Aku dan kamu yang telah ditakdirkan Tuhan untuk bersama, tunggu aku, aku pasti akan menemuimu." Seorang laki-laki dari kejauhan berteriak kepadanya di alam mimpi.
Nasya, gadis itu terbangun dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencerna perkataan seorang laki-laki yang ada di mimpinya tadi.
"Maksudnya apa? Aku dan kamu yang telah ditakdirkan Tuhan untuk bersama?" Gadis itu bermonolog, dan membuka tirai jendela.
Cahaya mentari pagi yang indah membuat gadis itu tersenyum dan terus teringat dengan kata-kata tadi.
Gadis itu melirik kearah jam yang ada di atas meja belajarnya, ia segera pergi mandi dan berganti baju. Gadis itu berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan.
"Pagi sayang," sapa Widodo —papa Nasya—
Nasya segera mendudukkan tubuhnya diatas kursi makan. "Pagi pa," sapa Nasya balik.
"Hari ini pertama kamu masuk sekolah, ya?"
"Iya," jawabnya.
"Semangat ya, jangan lupa cari teman."
Nasya mengangguk.
Menu pagi ini adalah nasi goreng, makanan kesukaan Nasya. Dengan segera ia menghabiskan makanannya itu.
Ia melirik arloji yang dikenakannya, ternyata ia terlambat. Dengan terpaksa Nasya berlari menuju sekolahnya karena tidak ada bus yang lewat jam 07.30 pagi.
"Pak! Gerbangnya jangan ditutup dulu!" Teriak gadis itu yang sudah di dekat gerbang.
Alih-alih menuruti permintaannya, pak Darto malah menutup gerbangnya.
"Pak, tolong buka gerbangnya pak." Gadis itu tampak panik, ia ingat hari ini akan ada jam matematika dimana guru pengajarnya sangat galak.
" Nggak bisa neng, ini udah aturannya."
Nasya menghembuskan nafas frustasi, " pak, bukain dong pak, pliss."
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berjalan kearah depan gerbang ingin masuk, "pak bukain, Lo cewek masuk kalo gak mau gak usah masuk." Ketus laki-laki itu.
Dengan segera Nasya masuk bersama laki-laki itu. Dingin banget sumvah —batin Nasya.