Hari pertamanya berada di kantor pusat sangat berkesan. Selain ia tahu bahwa luas kantornya tidak sebanding dengan kantor ini, tantangan dan juga tuntutannya jauh berkali-kali lipat.
Jika di kantornya yang lama tiap sub bagian memiliki setidaknya lima orang staf, di sini ada sekitar sepuluh orang yang bekerja.
Ia berangkat menggunakan taksi karena takut terlambat , tapi nanti ketika pulang ia akan mencoba mencari rute MRT untuk menekan biaya hidupnya. Ia tidak boleh boros meskipun kantor juga memberinya bonus lebih untuk perjalanaterlambatn dinasnya kali ini.
Kini ia sedang duduk di kursi kerjanya, menatap lalu lalang karyawan lain yang sibuk bekerja. Clairy tidak diberi pekerjaan atau tugas apapun di hari pertama selain ia harus mengamati dan mencermati.
"Tidak sulit, " pikir Clairy awalnya. Tetapi ternyata itu hal yang sulit karena ia hanya diam saja. Ia juga ingin mengerjakan sesuatu seperti yang lain.
"Clairy, pukul empat kita akan ada meeting divisi bersama komisioner. Tolong tanyakan bagian informasi apakah ada ruang meeting yang kosong atau tidak." perintah kasubbag padanya.
Clairy segera memenuhi perintah tersebut dan berjalan menuju bagian informasi dan pelayanan untuk menanyakan hal itu.
Hari semakin sore, rapat berjalan lancar tanpa ada hal yang harus dikhawatirkan kecuali bagaimana caranya Clairy bisa pulang karena hujan sangat deras.
"Kalian, bawalah pekerjaan ini pulang. Kita harus menyelesaikannya besok pagi."
Peserta rapat tampak mengembuskan napas berat kecuali Clairy. Ia tidak masalah jika harus membawa pekerjaan karena seharian pun dia tidak bekerja.
°°°
"Kenapa kamu basah kuyup?!"
Clairy berjinjit memasuki rumah, takut membasahi lantai meskipun sepertinya akan sia-sia karena ia sudah basah kuyup.
Ia meringis, kemudian melihat betapa mengenaskan dirinya saat ini dengan ujung rambut hingga ujung kaki yang sudah basah.
Melvin memergokinya dari lantai atas, membuat Clairy harus mendongak untuk dapat menjawabnya.
"Bisakah kamu tidak perlu melihatku? Aku seperti tikus got." balas Clairy dengan lesu.
Melvin tertawa kemudian turun menghampiri Clairy.
"Aku ingin ke dapur, bukan salahku jika aku melihatmu mengendap-endap seperti pencuri. Pergilah, kamu harus segera membersihkan badanmu yang sudah seperti..."
"Berhenti menertawaiku Melvin!"
Clairy segera meninggalkan Melvin dan menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Di dapur Melvin membuat kopi dengan mesin sederhana yang sengaja ia beli untuk digunakan bersama dengan penghuni lain. Tak lama, pintu kembali terbuka menampakkan Juan yang sepertinya baru saja pulang dan di belakangnya ada Alesha yang terbalut jaket milik Juan.
"Kalian baru pulang?" tanya Melvin.
Alesha mengangguk dan ia bersemangat menghampiri Melvin.
"Bolehkah aku meminta dibuatkan latte?" pintanya dengan menunjukkan puppy eyes andalannya.
"Sure, kau juga Ju?"
"Boleh. Espresso saja."
"Baik Tuan dan Nona. Please take a seat."
Sembari menunggu Melvin yang sedang meracik kopi untuk mereka, Juan sibuk dengan ponselnya sedangkan Alesha memilih pergi ke kamarnya untuk terlebih dahulu membersihkan badannya.
"Dia belum pulang?" tanya Juan pada Melvin.
"Clairy? Sudah, baru saja dia pulang dan sekarang sedang di kamarnya. Dia pulang dalam keadaan basah kuyup. Lucu sekali." balas Melvin dengan terkekeh mengingat bagaimana reaksi Clairy ketika tertangkap basah olehnya tadi.
Juan mengangguk mencoba paham, sebelum kemudian ia melemparkan pertanyaan lain.
"Dia bekerja dimana?"
"Kenapa tidak kau tanyakan sendiri padanya? Percayalah, sangat seru berbicara dengannya."
Juan tidak lagi bertanya maupun merespon saran yang diberikan Melvin. Bahkan di dalam hatinya ia meremehkan Melvin yang tampak mengguruinya mengenai mantan kekasihnya. Dia jauh lebih tahu bagaimana seorang Clairy.
Seperti seseorang yang didoakan panjang umur, Clairy turun berniat ikut gabung dengan Melvin dan membuat teh hangat untuk dirinya sendiri.
"Hai Ju, kau juga baru pulang?" sapa Clairy mencoba beramah tamah.
Juan sama sekali tidak menjawabnya.
"Ju, Clairy berbicara padamu." Melvin keluar dari sarangnya membawa tiga gelas dengan nampan.
"Ha? Iya aku baru pulang." balasnya singkat kemudian kembali memainkan ponselnya.
Ketiganya duduk di sofa yang terletak ditengah ruang lantai dasar rumah itu. Juan, Melvin, kemudian di sampingnya ada Clairy dengan rambut yang setengah basah.
"Kamu mau kopi juga? Akan aku buatkan satu untukmu."
"No, aku tidak meminum kopi."
"Benarkah? Kenapa?"
"Kau terlalu ingin tahu, Melvin."
Bukan Clairy, kali ini Juan yang membalas keingintahuan Melvin dengan pernyataannya yang sedikit sarkas.
Baik Clairy maupun Melvin kini terdiam melirik ke arah Juan dengan pandangan tidak suka.
"Apa masalahmu Ju? Apa bahasan tentangku terlalu mengganggumu?"
Clairy tidak tahan. Ia bahkan sudah memohon pada Juan untuk bersikap biasa padanya tapi lelaki itu tetap saja bersikap menyebalkan.
"Sudah sudah, jangan bertengkar. Clairy, bagaimana jika kita ke balkoni? Kau mau minum sesuatu?"
Melvin mencoba melerai ketegangan antara keduanya. Ia sebenarnya merasa aneh dengan sikap mereka yang terkesan tidak akur.
"Naiklah terlebih dahulu, aku akan menyeduh tehku." balas Clairy bangkit dari sofa.
Jika saja mereka tidak harus berpura-pura tidak saling kenal, mungkin Clairy akan memberi Juan pukulan dengan jurus seribu bayangannya. Ia sangat benci pada Juan dengan ekspresi wajahnya yang seperti mengundangnya untuk beradu tinju kapan saja.
"Aku tunggu, aku tidak mau rumah ini menjadi TKP percobaan pembunuhan berencana." Melvin masih duduk di tempatnya, memandangi Juan yang tampak tak peduli sekali dengan kalimat yang Melvin katakan.
Melvin pikir ini sudah semakin aneh ketika Juan yang tidak pernah bersikap menyebalkan, setelah kehadiran Clairy di rumah ini ia menjadi sangat menyebalkan dengan kalimat-kalimat tajam yang muncul dari mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END) | Jeno x Karina
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...