2 | Hadiah Kecil dari Semesta

276 51 4
                                    

Enam bulan yang lalu, Sushi Hiro Senayan City,

"Maaf ya, aku telat..." seru Kalisha dengan ekspresi bersalah luar biasa ketika melihat waktu di ponselnya menunjukkan 17.45.

"Nggak apa-apa kok," sahut Langit kemudian tersenyum. "Lagian daritadi waiting list."

Kalisha semakin diserang rasa bersalah, "Maaf banget, Dave. Aku jadi nggak enak...."

Pria itu tersenyum dengan santai kemudian memasukkan kedua tangannya pada saku celana pendeknya, "Kalau nggak enak dikasih kucing aja... Yuk, masuk... Kamu mau duduk di mana?"

"Di sana boleh," seru Kalisha menunjuk sebuah kursi yang berada di sudut sebelah kanan restoran sushi favoritnya itu.

Keramaian pengunjung juga pelayan yang berseliweran ke sana-sini seketika mengalihkan kegugupan Kalisha. Rupanya tepat memilih pertemuan pertama di tempat favoritnya. Orang yang ditemuinya adalah pria yang cocok dengannya di dating apps dan beberapa bulan belakangan berkomunikasi dengannya.

Pria itu mengaku bernama Dave di pertemuan pertama mereka. Kalisha tidak pernah menanyakan siapa namanya sebenarnya.

Ia sibuk berperang dengan gemuruh perasaan dalam dadanya yang sulit dijelaskan.

Setelah tiga ratus tujuh puluh dua hari berlalu, akhirnya Kalisha memberanikan diri keluar dan bertemu dengan pria lain. Untuk sampai pada kenyataan kalau dia sudah bukan sosok yang menemaninya keluar makan seperti sekarang.

"Sudah tahu mau makan apa?" tanya Langit membuyarkan lamunan Kalisha.

Kalisha mengangguk setelah menekuni buku menu beberapa saat, "Kalau kamu?"

"Kamu suka ke sini? Apa yang biasanya kamu pesan?" Langit masih membulak-balik buku menu.

"Kok kamu tahu ini restoran favoritku?" tanya Kalisha.

Langit menyungingkan senyum yang saat itu belum Kalisha sadari sebagai alasannya berhenti mengingat tentang dia, "Cuma iseng menebak?" seru Langit kemudian melirik Kalisha sesaat, "Buktinya kamu sudah tahu mau pesan apa."

Begitulah awal mulanya pertahanan hati Kalisha didobrak. Hanya sebaris kalimat biasa saja tapi mengandung makna mendalam baginya. Percakapan mereka berjalan dengan lancar. Mereka tertawa, saling berbagi cerita, dan menemukan banyak minat yang sama. Kalisha merasa nyaman berbincang dengan Dave.

Lebih banyak Dave yang berbicara mengenai dirinya, pekerjaannya, pandangannya terhadap dunia.

"Kita mau lanjut ke tempat lain atau kamu punya jam malam?" tanya Dave begitu melihat Kalisha menggigit potongan sushi terakhirnya.

Kalisha melirik ponselnya sesaat, "Nggak kok. Mau lanjut ke mana?"

"Sebentar ya." Dave memberi tanda dengan tangan kanannya kemudian mengangkat ponselnya yang berdering.

Setelah Dave berdiri dan melangkah cukup jauh darinya, barulah Kalisha bisa menelepon sahabatnya.

"Lo aman kan?" tanya Partikel begitu sambungan terangkat.

"Aman kok tenang aja, Par. Makasih ya udah mau nemenin gue." Kalisha memutar tubuhnya kemudian melirik Partikel yang duduk berjarak tiga meja darinya.

"Gue bisa pulang nih?"

"Lo kan janji mau antar gue." Kalisha berseru kesal kemudian memicingkan matanya dengan galak hingga Partikel menyadarinya dan balas dengan memutar bola matanya.

"Gue pesenin taksi online aja deh. Gue punya janji juga sama wanita lain, Al. Pesen gue, jaga diri baik-baik. Abis gue ngerasa nih cowok menutupi sesuatu dari lo," ujar Partikel menggantung kemudian menutup sambungan telepon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang