Mata dengan bulu mata lentik itu terbuka perlahan, ia tersentak ketika mengingat kejadian tadi.
"HAHHH LEPASKAN AKU!!!," Sontak ia terbangun dari kasurnya, memindai sekeliling dan tersadar bahwa dia masih berada di kamarnya. "Apakah ini mimpi?," Lirihnya.
"Aish sialan kepalaku sakit sekali" lantas ia melirik jam di nakasnya, pukul 5 sore.
Tangannya merogoh saku nya mencari ponsel, lantas menghubungi sahabatnya.
drt.......
"Halo?" Suara seseorang dari ponsel menyahut terlebih dahulu.
"Ten? Apakah kau sudah pulang?"
"Belum, aku sedang membersihkan meja, lalu akan pulang"
"Bisakah kau kemari? uhm... aku.."
"Kenapa kau ini?"
"Tidak, aku hanya sedikit merasa takut, Ten. Tolong temani aku malam ini ya?"
"Ah tentang itu lagi? aku jadi merasa kasihan denganmu Taeyong. Baiklah, sebenarnya malam ini aku akan berkencan dengan Johnny, tapi tak apa aku akan membicarakan ini dengannya nanti"
"Eh? kalau begitu kau tak perlu kesini, aku tidak apa-apa kok"
"Tenanglah, aku akan kesana nanti, baiklah aku akan menyelesaikan ini dulu ya? apa kau sudah makan?"
"Belum.. " gumamnya.
"Ya Tuhan, kau harus makan lalu meminum obat, baiklah aku akan segera kesana, sampai jumpa"
"Uhm ya, sampai jumpa Ten"
Tut...
"Hahhh..." Taeyong menghela nafas, sampai kapan ia akan merepotkan sahabatnya seperti ini terus? Ia merasa bingung dengan semua ini, dan juga takut.
Ting tong..
"Huh?" Ia tersadar dari lamunannya, menoleh ke arah pintu apartemennya, "Siapa?" Gumamnya.
Berjalan perlahan dengan memegangi kepalanya yang sedikit sakit, lantas membukakan pintu, "Apa ini?" Bingungnya saat melihat kotak berwana merah diletakkan didepan pintu apartemennya.
Melihat sekeliling. Nihil, tidak ada siapapun, ia lantas mengambil kotak tersebut, membuka perlahan sebelum matanya terbelalak, ia melempar kotak tersebut, tubuhnya terhuyung kebelakang dengan tangan membekap mulutnya.
"Hmpppp!!! Hah apa ini!!!" Kagetnya ketika melihat sepotong tangan manusia dengan darah yang terlihat masih segar, "Sshhh... Aku! " kepalanya terlalu pusing untuk mencerna apa yang terjadi.
Pandangannya menggelap, hal yang ia dengar terakhir kali hanyalah suara langkah kaki mendekat.
__________
"Taeyong?"
"Lee Taeyong?"
Taeyong tersentak, ia terbangun ketika menyadari ia berada di kamar, lagi.
Namun kali ini ia menemukan keberadaan sahabatnya berada bersamanya, "Ten?"
"Astaga, kau kenapa? Aku menemukanmu pingsan di depan pintu, seharusnya jika sedang sakit jangan mencoba pergi kemana-mana! Kau hanya perlu istirahat dan minum obat, oh astaga Lee Teyong.." Hela Ten merasa khawatir.
"Ten.. Aku takut..." Lirihnya, matanya berkaca-kaca.
"Eh? kenapa?" Bingung Ten.
Taeyong lantas menunduk, kedua tangannya menutupi mukanya, lantas menangis.
"Taeyong, kau kenapa?" Ten yang merasa bingung mengguncang pundak sahabatnya tersebut, meminta penjelasan.
"A-apa saat kau kemari, kau melihat sebuah kotak berwarna merah?" Taeyong mendongak, mata basahnya memandang Ten.
"Kotak merah apa? Kau membicarakan apa Taeyong?" Bingung Ten, karna saat ia kemari, ia hanya menemukan sahabatnya itu tergeletak didepan unit apartemennya, tidak menemukan kotak apapun seperti yang dibicarakan Taeyong.
Melihat ketakutan Taeyong, ia lantas menjawab, "Tidak, aku hanya menemukanmu tak sadarkan diri depan pintu, lantas aku membawamu masuk, ada apa?"
"Aku takut Ten, seseorang menekan bel, ketika aku membukanya, aku hanya menemukan kotak tanpa tau siapa yang mengirimnya.. "
"Lalu kau membuka kotak itu? Apa isinya?"
"Iya, sepotong tangan manusia.." Lirihnya.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
FanfictionTaeyong merasa semuanya sangat aneh disaat semua pria yang mendekatinya keesokan harinya dikabarkan tidak bernyawa lagi.