1. Runaway From Reality

8 1 0
                                    

Yashika, mahasiswi semester 7 di sebuah universitas ternama Indonesia. Laporan KKN, proposal penelitian, seminar, penelitian, dan skripsi menggeluti pikirannya. Belum lagi dosen pembimbing yang sulit dihubungi. Yashika merasa tidak ada waktu istirahat untuknya sejak dirinya memasuki semester 6. Proposal pkl, pkl, laporan pkl, dan kkn. Rasanya baru kemarin ia bersyukur karena telah mengerjakan laporan pkl dan melaksanakan proker kkn dengan lancar. Ternyata itu adalah awal penderitaan mahasiswa semester akhir.

Yashika kembali ke kost nya dengan sempoyongan. Tenaganya habis padahal ia hanya pergi rapat selama 2 jam dengan kelompok kkn-nya. Sejujurnya, bersosialisasi sudah cukup membuat energi Yashika habis. Setelah rapat, kini Yashika harus mengerjakan laporan kkn-nya yang terbengkalai sejak beberapa hari lalu. Selain laporan kkn, ia juga harus mengerjakan proposal penelitian.

Ini baru laporan kkn, belum skripsi, batin Yashika. Yashika berbaring di atas ranjang empuknya, memandang langit-langit ruangannya. Seandainya ia dapat langsung wisuda tanpa harus mengerjakan banyaknya tugas itu. Sesungguhnya tidak hanya tugas-tugas itu yang membuat Yashika depresi, tapi juga kehidupan setelah wisuda. Mencari pekerjaan, adalah mimpi paling horor untuk Yashika. Bagaimana jika dirinya tak kunjung mendapat pekerjaan? Bagaimana jika dirinya akan menganggur selama bertahun-tahun? Apa yang akan dikatakan orang tuanya nanti? Bagaimana jika dia tidak dapat memenuhi impian orang tuanya?

Ah, sial, aku benci jadi dewasa, batin Yashika. Ia memejamkan matanya. Yashika tahu ia tidak dapat mengerjakan tugas-tugasnya jika kepalanya masih dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang menghantuinya. Ia harus merilekskan pikirannya. Sepertinya, Yashika akan tidur sejenak.

Sebelum tidur, Yashika menonton video-video singkat pada sosial medianya. Algoritma sosial media selalu tahu apa yang diinginkan penggunanya. Seperti saat ini, video-video yang muncul adalah tentang ketenangan. Hidup santai di pedesaan, beternak sapi dan kambing. Pemandangan desa yang indah, sawah, hutan, dan padang rumput yang luas. Ah, seandainya Yashika dapat bertukar hidup dengan orang-orang yang tinggal di tempat seperti itu. Namun tentu saja itu hanya khayalan semata. Yashika harus menghadapi kenyataan kehidupannya saat ini, meski dirinya ingin kabur dari kenyataan itu.

Tanpa sadar, Yashika terlelap dalam tidurnya. Seperti ada kekuatan sihir, Tuhan mengabulkan keinginannya. Segala sesuatu dapat terjadi apabila Tuhan berkehendak. Yashika berhasil kabur dari kehidupan yang mencekiknya.

✨✨✨

"Yashika! Bangun, Nak! Bantu Ibu membuat sarapan untuk Ayah dan adikmu!"

Mendengar teriakan ibunya membuat Yashika langsung bangun. Ia merasa ada yang aneh. Mendengar suara ibunya saja sudah cukup aneh, bukankah Yashika sedang berada di kost? Kenapa ada suara ibunya? Tunggu sebentar, Yashika mengamati kamar tempat ia tidur. Ini bukan kost. Ia berada di sebuah kamar dengan desain eksentrik. Ranjang besar dengan selimut tebal dan hangat di tengah ruangan. Meja belajar dan kursi warna coklat, dihiasi tanaman-tanaman hijau, lukisan-lukisan, dan lampu nyentrik. Jendela besar terbuka di sisi kanan ranjang, membuat sinar matahari masuk menyinari kamarnya. Tirai yang juga lebar melambai-lambai ditiup angin. Lemari besar di sudut ruangan, karpet bundar di lantai, dan lebih banyak tanaman hijau menghiasi kamarnya.

Yashika, kamu dimana, batin Yashika.

"Yashika Dikara! Cepat bangun, atau Ibu tidak akan mengizinkanmu bekerja di toko Paman Zee lagi!"

Oh, iya, suara Ibu!

Yashika beranjak dari atas ranjangnya. Lagi-lagi ada hal yang membuatnya kaget. Ia mengenakan gaun tidur berwarna putih! Astaga, sepertinya Yashika sedang bermimpi!

Yashika mencubit pipinya sendiri, mungkin saja ia sedang bermimpi. Namun yang ia dapatkan malah rasa sakit. Berarti ia tidak sedang bermimpi! Astaga, kamar yang selama ini ia impikan menjadi nyata!

The Girl Who Lives in Her DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang