Alicia pov
Alicia zeeber, atau seperti itulah orangtuaku memberi nama untukku. Lahir dari pasangan jerman - indonesia, harus mengalami keadaan yang sulit saat menyadari kedua orangtuaku pisah sejak umurku baru menginjak 4 tahun. Lelaki yang ku sebut dad itu tak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi setelah itu. Hanya aku dan mom menjalani kehidupan kami yang sederhana. Ia mengorbankan seluruh energinya untuk mencari uang bagi hidup kami, terkadang aku membantunya jika waktu ku kosong. Atau ada jam kosong dikuliahku, namun tidak untuk hari ini. Mom memaksaku agar tak membantunya dan malah memerintahkan agar aku berjalan-jalan dengan salah satu temanku, christy hanya sekedar mencari hiburan semata. Dengan baju gantung putih dan rok pendek selutut yang kukenakan, christy mengajakku ke salah satu pusat pembelanjaan di LA.
"Sudah sampai" ucap gadis berambut pirang itu, setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Aku segera melepaskan sabuk pengamanku dan bergegas keluar menyusul christy yang sudah mendahuluiku.
"Kita makan ya , aku lapar" ia berucap penuh harap denganku.
"Baiklah" aku tersenyum padanya.
Christy menggandeng tanganku , sesekali ia melontarkan lelucon saat kami berjalan memutari pusat pembelanjaan itu. Hingga kakinya berhenti melangkah di depan makan cepat saji yang terdapat didalam pusat mall itu.
"Masuklah nyonya" christy mendorongku terlebih dahulu sebelum dirinya sendiri ikut masuk didalamnya.
Kami memutuskan untuk duduk disudut ruangan, tak beberapa lama pelayan datang, ia menyodorkan sebuah kertas yang berisi daftar menu makanan yang tersedia disini.
"Hmm, aku soup cream" ucapku pada pelayan itu.
"Aku ingin spagetti, burger, pizza, juga kebab" christy menambahkan.
Aku menatapnya tak percaya.
"Oh ya, juga kentang goreng" ucapnya lagi pada pelayan. Ia nyegir menghadapku.
"Minumnya?" Tanya pelayan itu.
"Tropical float" ucapku
"Mocca float" lanjut christy.
Pelayan itu berlalu, christy menatapku.
"Apa chris" aku menundukkan kepala,terlalu risih jika seseorang menatapku seperti itu.
"Kau tau bryan kan?" Suaranya antusias.
Aku hanya mengangguk, christy bercerita tentang kisah percintaannya dengan bryan. Pria yang baru baru ini menjadi kekasihnya itu. Jujur, aku tak begitu mengerti. Walau aku menatapnya, namun ceritanya membuat pikiranku kembali mengingat masa laluku bersama justin, pacarku hingga mataku pun seakan melihat adik tirinya dengan mom tirinya sekarang. Aku mengusap mata, berharap ia hilang namun mereka tetap disana. Jazzy, adik tiri perempuan justin sedang melihat kearah toko pakaian itu. Ia tampak tertinggal dengan langkah momnya yang menggandeng jaxon, adiknya yang juga sedang menangis karena sesuatu. Mereka terlihat sangat sibuk. Jazzy bahkan tak melihatku, andai ia melihat kearahku pastinya ia akan berlari kemari bahkan rela untuk tinggal bersamaku ketimbang dengan ibunya.
"Alicia ?? Hello??" Christy melambaikan tangan kearah depan wajahku.
"Eh?" Aku menatapnya sekarang.
"Kau mendengarkan ku kan?" Tanya nya, aku mengarah pada jazzy namun sosoknya sudah menghilang. Aku berfokus pada christy lagi.
"Hmm, ya aku dengar" aku berbohong padanya.
Pelayan itu datang dengan pesanan kami, dengan lahapnya christy memakan semua pesanannya walau tak sedikit juga yang ia berikan padaku. Ia berucap sangat kekenyangan kali ini.
"Aduh, aku terlalu banyak makan ali" ia mengelus perutnya.
"Haha kau ini" aku tertawa melihat tingkahnya.
Tak lama, christy mengajakku keluar karena makanan yang kami pesan sudah habis. Christy membayarnya di kasir sedangkan aku menunggunya diluar rumah makan itu. Mataku masih saja mencari sosok jazzy yang ku liat tadi. Namun benar benar sudah menghilang. Christy menarik tanganku, ia membawaku ke salah satu pakaian. Dengan sibuknya ia memilih pakaian yang akan dia beli nantinya. Aku menunggunya di salah kursi yang memang disediakan disana.
"Ayo" ucap christy saat dirinya sudah puas dengan semua belanjaan yang ia beli hari ini.
Kami berencana pulang sekarang. Saat melangkah keluar, terdapat beberapa orang yang berkumpul dan membuat christy pun penasaran dengan apa yang terjadi. Aku tak mengikutinya, ia berlari lagi kearahku setelah melihat apa yang ia lihat barusan.
"Ada apa?" Ucapku basa basi.
"Kasihan sekali,ada anak kecil hilang" ia berucap namun seakan tak peduli.
Aku menghentikan langkahku, ntah mengapa rasanya ada ikatan saat christy berucap.
"Siapa?" Christy masih berjalan mendahuluiku yang malah terhenti melangkah.
"Hmm, ntahlah. Aku tak kenal. Seorang anak kecil perempuan" christy masih berjalan, ia sibuk mencari sesuatu didalam tasnya.
"Aku akan kembali" aku malah berbalik kearah dimana orang orang berkumpul tadi, aku takut jika dugaanku benar. Dan terlihat seorang anak kecil perempuan tangannya mengusap matanya yang sudah berair itu. Ia menangis sekarang. Aku berusaha memandanginya lebih jelas lagi. Dan ternyata itu benar, ialah jazzy. Adik justin, pria yang tadinya menjadi milikku itu.
"Jazzy?" Aku berucap tepat diwajahnya, aku berjongkok agar ia dapat melihat wajahku. Sontak membuat orang orang sekitar terdiam. jazzy menyingkirkan tangannya dari matanya. Ia menatapku dengan miris. Ia tampak sangat ketakutan.
"Hai sayang, kau kenapa disini?" Aku berucap lembut padanya, kusentuh pipinya.
Ia malah menangis lagi, namun tak kusangka tangan mungil jazzy memelukku mengaitkannya pada leherku, seakan ia beruntung telah menemukanku disini.
"Sayang, kau kenapa? Dimana mom mu dan jaxon?" Aku berusaha berbicara padanya.
"Mereka meninggalkanku" ucap jazzy dengan isakan tangisnya yang tak bisa ia tahan.
"Oh jadi ini adikmu?" Ucap seseorang yang berada di sekitaran jazzy tadi.
"Iya, terimakasih semuanya. Ini keluargaku" aku berucap seraya memberi tanda bahwa keselamatan jazzy sudah diserahkan padaku. Sontak mereka meninggalkan kami. Hingga ada aku dan jazzy sekarang. Jazzy melepas pelukannya.
"Hmm, ali, bisakah kau mengantarku pulang?" Suaranya parau.
"Tentu sayang, tapi aku tak tau rumah mu" aku tersenyum padanya, berharap ia takkan ketakutan lagi sekarang.
"Aku juga ali, bagaimana kalau membawaku ke justin?" Ucapan jazzy seperti cambukan bagiku, disatu sisi aku ingin membuat jazzy pulang dengan selamat disisi lain, aku tak mungkin bertemu dengan justin. Mengingat putusnya aku dan justin dengan cara yang kurang baik dulu.
"Siapa al?" Tanya christy yang tak tau sejak kapan ia kemari.
"Jazzy, adik justin" aku menatap christy.
"Hah? Benarkah? Omg. Memang mirip" christy ikut berjongkok disamping jazzy berdiri. Salah satu tangan jazzy memegangku, seakan tak memperbolehkanku pergi meninggalkannya.
"ali?" Jazzy memanggilku.
"Ya sayang, ada apa?" Aku menatap ratu kecil disampingku itu. Matanya mengarah pada christy.
"Dia siapa?" Suara mungilnya tampak penasaran.
"Christy, temanku. Ayo kenalan dengannya. Teman abangmu juga"
Christy mengulurkan tangannya kearah jazzy dengan malu malu jazzy meraih tangannya sekejap lalu beralih lagi padaku.
"Jadi, kau mau bawa dia kemana ?" Christy bertanya padaku.
"Justin. Bawa aku ke justin" rengek jazzy tiba tiba.
Aku mengangkat kedua bahuku kearah christy yang tampak terkejut.
"Ali, kau tak mau mengantarku ke justin?" Ia menatapku penuh harap.
"Tentu saja aku mau sayang, ayo kita ke justin" ucapku agak berat.
"Christy, kalau kau mau pulang dulu tak apa. Biar aku dan jazzy naik taxi" saranku
"Tak apa, aku akan antarkan kalian. Namun sepertinya aku langsung pulang, karena momku sudah menelfon tadi" jawab christy.
aku mengangguk mengerti dengan situasinya.
"Ayolah" christy beranjak, ia berjalan mendahuluiku dan jazzy.
"Ayo sayang" kugandeng tangan jazzy. Menjaganya agar tetap bersamaku.
Jazzy terduduk dibelakang jok mobil christy sedangkan aku duduk disamping christy mengemudi sekarang.
"Kemana arah rumah justin?" Christy bertanya saat mobilnya baru saja keluar dari pusat pembelanjaan itu.
"Justin tak ada dirumah. Ke apartemennya saja ali" jazzy menyarankan.
"Diblok g, nanti belok kanan" aku memberi arah pada christy.
Tak beberapa lama, karena apartemen justin tak begitu jauh dari tempat dimana aku berada tadi kami sudah sampai di den pan gedung apartemennya. Kubantu jazzy untuk keluar dari mobil christy.
"Thanks chris" aku berucap setelah keluar dari mobilnya, christy membuka jendela mobilnya
"Its ok ali, bye" ia melambaikan tangan dan bergegas pergi dengan mobilnya.
Aku tersenyum kearah jazzy, "ayo sayang" dan menggandengnya memasuki apartemen dimana justin tinggal. Tak kusadari jantungku berdetak lebih cepat, seakan telah bertahun tahun tidak bertemu dengannya. Jujur, aku merindukannya. Namun untuk menjadi milikku sepertinya itu mustahil. Yang kutau justin sudah bersama kendall sekarang, atau mungkin balikan dengan selena, mantan pacarnya sebelum aku. Kami memasuki lift, lantai kamar apartemen justin memang paling atas dari gedung ini hingga perlu kesabaran khusus agar kami benar benar sampai di depan kamarnya. '283' nomor kamar justin terlihat di depan mata. Aku menatap jazzy sekejap, ia menatapku balik. Tampak ragu melakukannya hingga kupaksakan jariku agar menekan bell kamarnya.
"Siapa?" Suara merdu justin memasuki telingaku, seakan melepas rinduku yang kurasakan selama ini.
"Ali" suaraku agak serak.
Tak beberapa lama, pintu kamar justin terbuka. Dan dia disana. Masih sama dengan dulu, hanya style rambutnya saja yang berubah. Dengan bertelanjang dada dan hanya memakai boxernya ia tampak terkejut melihatku dan apa yang kubawa kemari.
"Ali?" Ia menatapku bingung.
"Jazzy?" Sekarang ia terkejut.
"Hai" aku agak gemeteran sekarang.
"Justin" jazzy melepaskan tanganku dan berlari kearah kakak tirinya itu.
"Sayang, kenapa kau bersama alicia?" Justin menatap jazzy dengan tatapan yang sering kusebut menggoda itu. Bahkan aku jatuh cinta padanya lagi sekarang.
"Masuk al" ia menawarkanku, agak ragu untuk masuk kedalam kamarnya lagi, namun akhirnya kakiku melangkah masuk juga. Justin tampak rajin daripada sebelumnya. Bahkan ruangan apartemennya pun tampak rapi sekarang. Terdengar justin menutup pintu, ia sudah menggendong jazzy mendahuluiku. Mendudukkan jazzy disofa panjangnya, dimana dulu kami sering berduaan disana. Justin juga ikut duduk disamping jazzy.
"Duduklah al" ucap justin. Aku memutuskan untuk duduk di sofa lain yang tak satu tempat dengan mereka.
"Aku telfon mom mu ya" justin berucap pada jazzy. Jazzy hanya tampak terdiam. Justin mengeluarkan ponselnya dan segera menelfon mom jazzy.
"Hallo? Jazzy bersamaku sekarang. Sudah tenang, nanti aku ceritakan. Ok bye" ucap justin selama bertelfon. Ia memutuskan telfonnya setelah itu.
"Dasar jazzy" justin mengacak acak rambut adik tirinya itu yang masih tampak takut itu.
"Nih, main ponselku agar kau tak bosan" justin menyerahkan ponselnya pada jazzy, jazzy tampak tersenyum jari jari mungilnya mulai menjelajahi isi ponsel kakaknya itu.
Justin mengarah padaku.
"Bagaimana bisa bertemu jazzy? Dimana kau tadinya al?" Justin tampak berucap bahagia. Tak seperti saat ia bertemu denganku terakhir kali.
"Well, aku berjalan jalan tadi, lalu christy bilang ada anak hilang. Jadi aku melihatnya dan itu jazzy" jelasku singkat.
Aku berdeham sebentar, mengantisipasi agar aku tak kehabisan suara nanti.
"Oh seperti itu" justin menatapku, seakan ingin memakanku hidup hidup kali ini.
"Kau ingin minum al?" tawar justin.
"Boleh" aku menundukkan kepala menghindari tatapan mautnya.
Justin bangkit dari duduknya. aku gantian menggantikan posisi justin, mencoba menemani jazzy.
"Kau sedang main apa?" Tanyaku basa basi agar aku tak begitu memperhatikan justin.
"Angry birds" jazzy masih sibuk dengan permainannya dan bahkan tak meresponku.
"Al, bisakah kau bantu aku?" Justin memanggilku dari dalam dapurnya yang tak terlihat ditempatku dan jazzy sekarang.
"Sebentar ya jazz, aku segera kembali. Jangan kemana mana" aku mengingatkannya, jazzy hanya mengangguk dan meneruskan permainannya.
Aku berlari kearah dapurnya, namun aku terkejut saat justin mendorong tubuhku kesalah satu sudut ruang didalam dapurnya.
"Just.." Justin membengkam mulutku agar tak bisa berbicara lagi.
"Ssttt" justin memerintahkanku terdiam
Aku menelan ludah saat justin melakukannya lagi.
"Tapi just.." Aku berbicara lagi, dan justin memotongnya lagi.
"Sssttt.. Aku bilang diam" ucap justin tegas.
Aku menggangguk lemah, pasrah dengan apa yang akan ia lakukan padaku.
"Kau gugup ya?" Justin malah menggodaku.
"Apa? Engga kok" aku berbohong padanya.
"Coba sini aku pegang tanganmu" justin memaksa untuk memegang tanganku.
"Keringat dingin" justin tertawa lirih setelah berucap.
"Ih!" Kupukul dada nya yang tak berbalut baju itu.
"Sepertinya kau masih ada rasa denganku" ia menatapku dengan tatapan mautnya.
"Hmm, justin bisakah kau berhenti melihatku seperti itu" aku mencoba mendorong tubuhnya agar menjauh dariku. Namun aku gagal, justin mendekat lagi.
"Dengar, maafkan aku soal kemarin. Pertemuan terakhir kita sangat buruk bukan?" Ia sepertinya berucap dengan seriusnya.
Aku hanya mengangguk, menatapnya yang masih menatapku.
"Bisakah kita memulainya lagi dari awal sayangku?" Ucapannya membuatku sedikit tersedak ntah karena apa yang membuatku terbatuk.
"Minum al" justin menyodorkanku gelas yang berisi air putih. Aku meminumnya hingga habis.
"Jawab aku ali" justin memojokkanku lagi.
"Justin, bukankah kau sudah punya kendall?" Ucapku ragu.
Justin malah tertawa, "dia hanya temanku sayang"
Justin mengacak acak rambut hitamku, dan kurasakan wajahnya berjarak sangat dekat denganku hanya beberapa senti hingga bibirku bisa menyentuh bibirnya yang sudah lama tak kurasakan. Justin masih mendekat kearahku, aku memejamkan mata. Berpasrah jika harus berciuman lagi dengannya walau ia bukan milikku saat ini.
"Boo" suara jazzy mengagetkanku dan justin membuat justin menjauh dariku.
"ada apa princess?" justin tampak santai walau jazzy baru melihat apa yang aku dan justin lakukan
"Ini" jazzy menyerahkan ponsel justin.
"Kenapa Kau kembalikan? Kau tak suka dengan game nya?" Justin bertanya dengan sabarnya.
"Hmmm.. Aku ngantuk boo" jazzy mengusap kedua matanya.
"Kau ingin tidur?" Justin menatapku sekejap dan beralih pada jazzy.
Jazzy mengangguk.
"Aku ingin tidur denganmu dan ali" suara kecilnya merengek pada kami.
"Sayang, alicia tak bisa lakukan itu" justin mencoba memberi penjelasan.
"Aku melihat kalian ciuman tadi!" Jazzy tampak kesal.
"Ali.." Ia merengek padaku sekarang.
"Baiklah jazz" ucapku pasrah.
Justin menggendong adiknya itu kedalam kamar, jujur selama berpacaran dengan justin aku tak pernah memasuki kamarnya. Kamar justin cukup mewah, dengan tirai jendela yang panjang dan lebar benar benar seperti kamar bintang 5. jazzy menaiki ranjang justin yang besar itu, ia menyelimuti dirinya sendiri dan terpejam tidur.
"Ali , boo.. " Ia menepuk bagian samping ranjang didua sisinya.
"Kau tak apa?" Justin bertanya, ia mengerti aku gugup saat ini.
"Aku tak apa" aku berbohong lagi padanya.
"Kemarilah, aku takkan berbuat macam macam" justin menarikku, ia tertidur di samping jazzy sedangkan aku disamping satunya. Hanya tubuh mungil jazzy yang memisahkan aku dan justin. Jazzy tampak memainkan wajah justin dengan tangannya hingga akhirnya ia tertidur.
"Kau juga ingin kutidurkan?" Tawarnya padaku, aku menggeleng keras. Aku segera bangkit dan keluar dari kamarnya, ingin bermaksud berpamitan untuk pulang.
"Kau mau kemana al?" Justin menahanku.
"Aku harus pulang" ucapku.
"Kenapa al? Aku masih merindukanmu" justin memayunkan bibirnya.
"Haha kau ini" aku menyentuh bibirnya dengan gemas.
"Aww sakit" justin mengaduh sekarang.
Aku menjulurkan lidah. Dan berbalik arah membelakanginya. Dengan cekatan justin memutar balik badanku dan segera mendekapku dalam dekapannya. Justin mendorongku hingga tubuhku jatuh diatas sofa. Tak memberiku waktu justin juga ikut menjatuhkan diri hingga tubuhnya berada diatasku. Bibirnya menyentuh bibirku. Aku sedikit terkejut dan menolak perlakuannya. Sesekali tanganku mencoba melepas ciuman paksa ini, namun justin tetap melakukannya kuliat matanya tertutup menikmati aksinya walaupun mendapat penolakan dariku. Justin tetap melakukannya, kedua tangannya menopang tubuhnya agar tidak terlalu menjatuhkan kearahku seutuhnya. Hingga akupun ikut memejamkan mata dan mulai menerima perlakuannya, cakaran tanganku dilengannya berubah menjadi sentuhan hangatku untuknya. Aku mulai menikmatinya, tanganku kini berkait pada lehernya dan berpasrah, hingga justin melepas ciumannya. Nafasnya terengah enggah sama sepertiku.
"Kau menikmatinya juga kan?" Godanya.
"Ih!" Aku memukul lengannya.
"Awas!" Aku mendorongnya, ia bangkit dari tubuhku disusul denganku.
"Besok malam ultah jazzy, kau datang ya" justin mengundangku sekarang. Kami belum resmi balikan namun justin sudah menciumku lagi.
"Ya" jawabku singkat.
"Kau marah ya?" justin memelukku dari samping karena posisinya yang duduk disampingku.
"Ih!" Aku menyingkirkan tubuhnya.
"Aku harus pulang" aku bangkit dari dudukku, justin juga ikut berdiri berhadapan denganku tangannya menarik bajuku kebawah, tak sadar bajuku memang tertarik keatas tadi.
"Lain kali, perhatikan itu. Untung cuman aku yang melihatnya" ucapnya sambil tertawa.
"Tau ah" aku berjalan bergegas meninggalkannya, rasa malu kudapatkan mengingat justin melihat lekuk tubuhku karna bajuku yang tertarik keatas tadi. Segera aku keluar dari kamar apartemennya, kudengar justin meneriakkan sesuatu sebelum aku keluar dari apartemennya "jangan lupa nanti malam al!"
"Iya bodoh" jawabku lirih yang tak mungkin ia dengar. Aku segera menaiki lift dan keluar dari gedung apartemen itu. Aku bernafas lega karena justin tak berhasil menahanku lebih lama lagi. Aku segera kembali ke rumahku, untungnya bus yang kutunggu tak lama datang. Segera aku menaikinya.
"Al? Kau sudah pulang?" Mom ku bertanya, sepertinya ia telah menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari biasanya.
"Mom? Kau sudah pulang?" Aku memeluknya sekejap.
"Ya, untungnya boss ku mengijinkan aku pulang cepat hari ini" ia terlihat bahagia hari ini.
"Benarkah? Untunglah" aku menyetujuinya.
"Kau tampak bahgia, ada apa?" Pertanyaannya membuatku bimbang. Ia benar, aku bahagia saat ini. Walau kutau aku harus menghilangkan rasa ini pada justin.
"Tidak, aku tak akan balikan dengan justin" ucapku tak sengaja.
"Ups" aku menutupi mulutku sendiri, tak kusangka dengan yang ku ucapkan padanya barusan
"Haha jadi karena pria berambut coklat keemasan itu?" Mom malah tertawa.
"Mom.." Aku merajuknya.
"Tak apa, jika kau masih mencintainya.katakanlah Biarkan dia jadi milikmu lagi" mom menyarankan.
"Aku wanita mom, aku tak mungkin melakukannya" aku memayunkan bibirku.
"Kenapa?" Mom mengelingkan mata
"Mom, aku malu jika melakukan hal itu" kini aku mengutarakan semuanya pada momku.
"Kau malu dan kehilangan dia, itu maumu?" Momku menyarankan.
Aku berpikir sejenak, dan mengangkat kedua bahuku. Ponselku berdering membuat perhatian ku beralih. Mom beranjak meninggalkanku sekarang. Ia sibuk dengan pekerjaan rumah yang lain. Tertera nama justin di layar ponselku, tak kusangka ia akan menelfonku juga.
"Hallo?" Suaraku memulai pembicaraan.
"hai sayang, kau sudah sampai rumah?" Aku mengigit bibir bawahku saat ia mulai memanggilku dengan sebutan sayang.
"Hmm, sudah" jawabku singkat.
"Jangan lupa nanti malam ok?" Justin mengingatkanku lagi.
"Iya justin" aku sedikit bersikap acuh padanya.
"Coba ulangi perucapanmu saat di apartemenku tadi, iya bodoh? Itu yang kau ucapkan benarkan?" Aku sedikit terkejut saat kutau justin mendengarku saat aku mengatakan hal itu.
"Aku tak mengatakannya" aku berjalan menuju kamarku agar mendapat ruang yang lebih privat dengan justin di telfon.
"Ya kau mengatakannya, aku dengar itu" justin memaksaku mengakuinya.
"Iya iya , iya bodoh. Kau puas ?" Aku merebahkan diri diatas ranjang saat masih berbicara dengannya di telfon.
"Sangat" ucapnya singkat.
"kau sedang apa al?" Ia berucap lagi setelah beberapa saat hening.
"Tiduran" aku membayangkan wajahnya ditepat disampingku.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya justin tiba tiba.
"Kamu" aku membulatkan mata menyadari telah berucap yang tak seharusnya kuucapkan.
"Haha, aku tau itu" justin malah tertawa.
"Sudahlah, sampai bertemu nanti" segera kumatikan telfonnya. Kulempar ponselku tepat disampingku.
"Bodoh!!" Aku menyalahkan diriku sendiri.
"ah" ku benamkan wajahku di atas bantal.
"Al? Ada yang datang nih" mom ku berteriak.
"Iya sebentar" suaraku terdengar seperti teriakan juga.
Segera aku berlari menuju arah suara mom ku berasal. Tak sulit kutemukan keberadaannya, ia berjalan menuju arahku yang masih berada di tengah ruangan dimana tamu yang datang belum bisa melihat kearahku maupun mom.
"Siapa mom?" Ucapku lirih
Mom menaikkan kedua bahunya. Mau tak mau aku harus menemuinya, dan benar. Nash grier lah yang datang.
"Nash? Ada apa?" Aku agak acuh padanya, mengingat ialah salah satu penyebab putus aku dan justin.
"Hai" ia malah tersenyum kearahku.
"Ini untukmu" ia memberikanku seikat bunga yang tak kutau namanya itu, berwarna merah. Aku belum menerimanya.
"Kau tak menerimanya ya? Aku letakkan disini ya" nash memaksa, meletakkan bunga bawaannya itu di atas mejaku.
"Pulanglah nash, sampai kapanpun takkan ada cinta untukmu" ucapku acuh.
"Kau jahat al" nash menatapku miris, mata biru nya menatapku penuh harap akan cintanya yang takkan pernah kubalas itu.
"Nash, tolong pergilah" aku menarik tubuhnya keluar dari rumahku. Namun nash masih menolak tarikanku.
"Ya sudah!" Aku meninggalkannya. Nash masih terduduk diam disana.
"Mom.." Ucapku kesal pada mom yang terlihat asik menonton tv.
"Apa sayang?" Perhatian mom beralihkan padaku.
"Usir dia" aku menunjuk dimana nash berada.
"Jangan seperti itu, temui dia. Tanyakan ada apa"
Aku menghela nafas panjang.
"Aku harus pergi mom. Justin mengajakku keluar malam ini, adiknya ulang tahun dan dia mengundangku keacaranya" jelasku dengan nada pelan, takut nash mengetahui hal itu dan menghancurkan segalanya.
"Ya sudah temui dia dulu" momku masih tak mau membantu.
"Terserah" aku berlalu pergi meninggalkannya, tak memperdulikan sampai berapa lama nash akan menungguku. Aku malah berjalan kearah kamarku.
"Al!!l teriak mom. Aku mengabaikannya.
Kini aku bersiap, jam mulai menunjukkan pukul 7 malam. Walau aku tak tau jam berapa yang justin maksudkan. Aku mulai dengan pakaian yang akan kukenakan hingga kuputuskan untuk memakai dress biru laut selututku.
"All!!" Mom mengetuk pintu kamarku.
"Ada apa mom" jawabku agak malas sesaat aku membuka pintu kamarku.
"Justin menjemputmu" ucapannya membuatku ingin segera bersorak sekecangnya.
"Sayangnya nash masih ada dirumah" tambah mom.
"Apaaa?? Nash? Masih menungguku? Dasar aneh!" Kini aku benar benar kesal padanya, segera aku menemui mereka sebelum hal buruk terjadi antar keduanya. Tampak mereka duduk berdampingan dengan tatapan kosong mereka tanpa berbicara sepatahpun. Aku berkacak pinggang dihadapan mereka, membuat keduanya kini menatapku.
"Apa?" Jawabku agak tegas.
"Al, kau sudah siap?" Justin nyengir.
"Hm" jawabku singkat.
"Al, kau mau kemana?" Tanya nash, justin menatapnya tajam.
"Pergi dengan justin. Justin jangan menatap nash seperti itu" aku berusaha menyeimbangi keduanya.
"Jadi al..?" Pertanyaan nash tak kumengerti.
"Nash, pulanglah. Aku harus pergi sekarang" lagi lagi aku mengusirnya, membuat justin meledek nash karena merasa dirinya menang.
"Justin!" Aku menegaskannya. Justin menghentikan aksinya.
Nash bangkit dari duduknya, "baiklah, aku pulang"
Ia berhadapan denganku memelukku sejenak membuat aku sedikit terkejut bahkan justin pun sampai bangkit dari sofaku.
"Bye" nash melangkah keluar. Kini hanya ada aku dan justin.
"Kenapa berdiri?" Aku bersikap tak mengetahuinya.
"Nash tadi memelukmu" justin tampak tersedih.
"Oh diamlah" jawabku asal. Aku tau justin merasakan cemburu pada nash.
"Ayo al" ajak justin.
"Mom!" Aku memanggil momku, ia datang.
"ada apa sayang?" Tanya mom.
"Mom" justin mencium tangan momku dengan sopan.
"Sudah lama tak bertemu" mom meledekku. Ia berucap pada justin.
"Mom" aku mengingatkannya.
"Well iya mom, biasalah remaja pasti ada masalah" jelas justin.
"Jadi, kau ingin membawa putriku kemana?" Tanya mom pada justin lagi.
"Ke rumahku, jazzy adikku ultah hari ini. Bolehkan?" Tanya justin penuh harap.
"Tentu saja, kembalikan dia dalam kondisi utuh seperti saat kau mengambilnya dari ku" ucap mom pada justin, kini ia berucap serius.
"Siap mom" justin berjanji pada momku.
"Mom, aku pergi dulu" aku berpamitan dengan wanita paruh baya yang kupanggil dengan sebutan mom itu.
"Hati hati ya sayang" ia memelukku sekejap.
"Mom, pergi dulu" justin berpamitan dengan mom.
"Jaga dia just" momku mengingatkan lagi.
"Baik mom" justin merangkulku, aku melepaskannya.
"Mom mu bilang aku harus menjagamu" ia beralasan.
"Kalian ini, sudah sana" mom mendorong tubuhku dan justin keluar rumah. Justin menarik tanganku menuju mobilnya, ia membukakan pintu mobil untukku dan menyusulku di jok pengemudi. Mom melambaikan tangan ke arah kami, aku membalas lambaian tangannya. Justin mengendarai mobilnya dengan cepat. Mengingat waktu yang terus berjalan. Justin membawaku kerumahnya, bukan apartemen miliknya. Rumahnya sangat mewah, bahkan depan halaman rumahnya pun setara dengan bangunan rumahku seutuhnya, jika menjadi sebuah tempat parkir, dapat memarkirkan 100buah mobil didalam nya, benar benar luas. Aku hanya terkagum melihat bentuk rumahnya yang tampak seperti istana kaca itu.
"Haha, kau rindu rumahku ya?" Ucap justin tiba tiba.
"Eh ? Tidak" aku mengelaknya.
Justin memarkirkan mobilnya dengan sembarang.
"Ayo keluar" justin mendahuluiku, aku menyusulnya. Justin melemparkan kunci mobilnya ke salah satu satpam yang berjaga.
"Parkirkan mobilku" perintahnya pada satpam itu.
"Ayo" justin menarikku kedalam rumahnya, kami disambut dengan anjing kecil justin berbulu hitam itu.
"Esther" justin menggendong anjingnya yang tampak lincah itu.
"Liat, dia cute kan" justin menunjukkannya padaku.
"Haii" aku ikut mengelus bulu nya yang lembut.
Justin melepaskan kembali gendongan esther. Anjing itu berlari menjauh.
"Haiii" terlihat wanita separuh baya mendekat ke arah kami, rumah justin tampak ramai dipenuhi keluarganya. Ialah mom pattie, mom dari justin. Si esther mengikuti langkah mom pattie.
"Esther, berhentilah" mom pattie tampak memarahi anjing kecil itu.
"Mom, jangan marah padanya" ucap justin agak kesal.
"Dia mengikutiku, berikan dia kandang just" mom pattie menyarankan.
"Biarkan dia bebas" justin mengelak ucapan momnya itu.
"Hallo sweet heart, sudah lama tak bertemu" mom pattie berucap padaku, ia memelukku.
"Aku rindu padamu mom" ucapku saat kami saling melepaskan pelukan kami.
"Aku juga merindukanmu. Sudahlah balikan saja dengan justin" sarannya membuatku tersipu malu.
"Haha" justin tertawa lalu meninggalkan ku dan mom pattie.
"Dasar" mom mengatai anaknya sendiri.
"Enjoy the party sayang" ia berucap padaku, aku hanya mengangguk. Sekarang, aku ditinggal sendiri. Mom pattie juga meninggalkanku. Justin menghilang bagai di telan bumi. Kuputuskan untuk melihat lihat isi rumahnya itu, teman teman justin yang tak kutau namanya itu telah ramai berdatangan, hingga seseorang mendekat kearahku.
"Hei, kau teman justin?" Ucap wanita berambut pirang itu.
"Ya? Kalau kamu?" Tanya ku balik.
"Aku hailey, sahabat justin" ia mengulurkan tangannya padaku.
"Aku alicia" aku tersenyum kearah sahabat justin ini.
"Ley! Jangan ganggu dia" teriak seseorang membuat ku dan hailey menoleh kearah sumber suara dan justin mendekat kearahku dan hailey.
"Dumb boy, kemana saja kau" hailey mengacak acak rambut justin.
"Kau!" Justin membalasnya dengan mendekap hailey agar tak bisa kabur.
"Mau kemana kau!" Hailey tampak berjuang keluar dari dekapan gurauan justin itu.
"Justin ! Lepas!" Teriak hailey. Aku hanya tersenyum melihat kebersamaan mereka. Hingga akhirnya justin melepaskan hailey, membuat hailey menjulurkan lidah dan bergegas pergi meninggalkan kami.
"Ayo, tempatmu bukan disini, tapi di keluargaku" justin menggandengku, aku tak mengerti dengan ucapannya.
"Justin!" Teriak seseorang lagi, membuat justin menoleh kearah sumber suara. Tampak seorang gadis berlari kearahku dan justin. Rambutnya hitam sepertiku, dan wajahnya tampak tak asing untukku. Kuperjelas penglihatanku dan kusadari kendall lah yang memanggil justin tadi. Aku baru menyadari hal saat kendall berada di hadapan kami.
"Justin, kemana?" Kendall menyentuh lengan justin.
"Aku mau mengantar ali, aku akan kesini lagi" justin berjanji pada kendall.
"Oh, baiklah" kendall tampak tak menganggapku disini. Ia tampak tak menyukaiku.
"Bye" justin meninggalkan kendall dan menarikku lagi. Aku hanya mengikuti kemana justin membawaku, aku melihat seperti ada ruangan lagi di dalam ruangan rumahnya. Tak seramai didepan tadi, tampak klasik. Jazzy juga ada disana, bersama jaxon, dad jeremy dan keluarga justin yang lain. Sepertinya ini khusus untuk keluarga bieber.
"Justin, kurasa ini ide buruk" aku menahannya sebelum kami benar benar masuk.
"Kenapa?" Justin mengerutkan keningnya.
"Aku malu" aku menahan lengannya.
"Tak apa, ada aku" ucapnya.
"Janji kau takkan meninggalkanku?" Aku menginginkan janjinya kali ini.
"Ya, aku janji" janjinya.
Kami memasuki ruangan keluarga bieber ini. Mereka menyambut kedatangan kami dengan hangat, sepertinya tak ada kejutan karena kue ultah dengan ukuran besar itu sudah terpampang jelas dihadapan jazzy sendiri, namun jazzy tampak sibuk memainkan ipad nya bersama adik kecilnya jaxon.
"Boo.." Teriak jazzy. Ia berlari kearah justin, disusul jaxon.
"Happy b'day my lil princess" justin mencium adik kecilnya itu.
"Happy b'day jazzy" aku memberikan kado yang kusiapkan untuknya, jazzy menerimanya dengan tersipu malu di gendongan kakaknya itu.
"Kemarilah ali" ucap mom pattie padaku. Aku berjalan menuju arahnya. Kini aku menjadi pusat perhatian keluarga besar justin.
"Jadi, siapa dia?" Ucap seorang wanita berambut keriting gantung itu. Mereka semua mirip dengan justin.
"Dia alicia, pacar anakku justin ka" ucap mom pattie pada wanita yang ia sebut dengan panggilan ka itu. Kuyakini ialah tante justin.
"Ini aunty candie, ada uncle joe, jaquline, ryan teman justin yang paling special, dad jeremy, ellin ibu dari jaxon dan jazmyn dengan saudara justin yang lain" mom pattie memperkenalkan aku dengan keluarga justin.
Justin tampak menemaniku yang terlihat kaku dihadapan mereka, ia merangkulku. Jazzy dan jaxon kembali kepangkuan dad jeremy.
"Ada apa ini? Pengenalan pada keluarga? Oh ayolah terlalu canggung" ucap justin dengan santainya.
"Lalu kau mau yang bagaimana" ucap seorang gadis yang sepertinya seumuran denganku.
"Bagaimana dengan melihatku menembaknya lagi?" Ucapan justin membuat mataku membulat, tak percaya ia akan mengatakannya.
"Mom bilang ali pacarmu" gadis itu berucap lagi.
"Dulu, kami putus 5 bulan lalu jaq" sepertinya ialah jaquline yang tadi mom pattie perkenalkan.
"Nikahi langsung just" dad jeremy berucap dengan santainya membuat sejenak keluarga justin tertawa.
"Liat, ali tampak malu" ryan berucap sekarang. Aku mengenalnya sebagai teman justin dikuliah.
Keluarga justin tertawa lagi.
"Daddy liat, ali memberikannya padaku" jazzy berucap tentang kado berianku.
Aku tersenyum melihatnya.
"Boleh aku membukanya dad?" Ia berucap lagi.
"Tanya pada ali" dad jeremy malah mengalihkannya padaku.
"Bolehkah?" Jazzy tampak ragu.
"Ya, tentu" aku menyetujuinya membuat ia segera membukanya.
"Aku ingin bicara" justin berbisik kearahku, ia menarikku lagi.
"Duluan semua" aku berucap sopan pada seluruh keluarga justin. Mereka tersenyum padaku, ada yang melambaikan tangan. Ekspresi mereka beragam. Justin membawaku melewati pintu ruangan lagi. Tampak seperti ruang pribadinya, bukan kami masih melewatinya, ia membukakan pintu lagi untukku. Sebuah kolam renang dengan atapnya yang terbuka membuatku dengan mudah melihat bintang dan tampak sepi walau nyatanya terdapat pesta dirumahnya saat ini. Tampak lilin lilin kecil melingkari membentuk love dengan api kecil membuatnya terlihat indah. Juga bertuliskan namaku dan justin disana.
"Justin, apa ini?" Aku mengagumi semua yang kuliat saat ini.
"Untukmu" ucapnya singkat. Aku melangkah didepan justin.
"Untuk apa semua ini?" Aku melihatinya tak henti. Tak disangka justin memelukku dari belakang, aku tak dapat menolak perlakuannya. Aku begitu mencintainya walau kami sudah berpisah sejak 5 bulan lalu.
"Justin" aku memanggilnya penuh arti.
"Kau suka?" Aku mengangguk atas ucapan justin.
"Ini untukmu, dihari ultah jazzy. Aku ingin kembali kepelukanmu" ucapnya penuh keseriusan.
"Justin.." Aku kehabisan kata kata sekarang.
"Masih adakah rasa cinta untukku?" Tanya nya padaku.
"Menurutmu?" Tantangku. Aku berbalik arah agar melihatnya. Kukaitkan tanganku pada lehernya sedangkan tangan justin memegangi pinggangku.
"Ya" jawabnya singkat.
"Jangan terlalu percaya diri" kudekatkan wajahku ke wajahnya dan mulai menciumnya. Aku yang memulainya dan akupun yang mengakhirinya.
"Jadi, kita balikan?" Tanya lagi.
Aku mengangguk. Justin tersenyum padaku, begitupun aku. Justin memelukku erat, kubalas pelukan hangat yang kurindukan itu.
"I love you alicia" ucapnya ditengah memelukku.
"I love you too justin" jawabku dan memeluknya lebih erat lagi.
-theend-
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Changes - One Shoot ( Bieber Love Story)
Fanfictionrepost dari fb adelia bizzle boo