Senja di kaki langit barat perlahan melindap, menyisakan langit malam yang sedikit berbintang. Aku menghela napas kesal. Berjalan kaki sejauh 2 km itu sungguh melelahkan. Jika ingat Bapak tidak bisa menjemput, aku akan dengan senang hati menerima ajakan temanku untuk pulang bersama. Aku kembali memaki sepeda bututku yang tiba-tiba bocor tadi pagi.
Aku terperanjat ketika alunan lagu anak-anak memasuki pendengaranku. Bulu tengkukku meremang seiring dengan hawa dingin yang menyelimutiku. Aku mempercepat langkahku setelah ingat bahwa besok hari Jumat. Artinya, sekarang malam Jumat bukan?
Suara lagu itu semakin jelas kudengar. Aku menolehkan kepalaku ke belakang. Sial! Aku hampir menjerit ketika menemukan sebuah kendaraan berkerlapan sedang berjalan searah denganku. Jika kuamati lebih saksama, kendaraan itu--
"Aaa!" Aku berlari sekencang yang kubisa setelah menyadari kendaraan bernama odong-odong itu bergerak tanpa sopir. Jantungku berdebar; napasku memburu; kakiku gemetar.
Aku bisa saja berpikir bahwa odong-odong itu bergerak karena jalanan yang dilewatinya memang halus dan landai. Namun, rasa takut dan panikku mengalahkan logikaku. Bisa saja, 'kan, yang bergerak di belakangku itu memang odong-odong berhantu?
Odong-odong sialan itu masih mengejarku. Sekarang ditambah suara derap langkah yang semakin membuatku takut. Aku belum mau mati!
"Dinar!" Hey! aku seperti berhenti bernapas. Bagaimana dia tahu namaku? Aku semakin ketakutan.
Aku terjatuh, kakiku lemas. Aku menangis sekencang-kencangnya, berharap ada seseorang datang membantuku. Aku menolehkan kepalaku ke belakang. Odong-odong itu berhenti tepat di belakangku. Baiklah, odong-odong ini benar-benar mengikutiku. Buktinya ia ikut berhenti ketika aku berhenti.
"Dinar," lirih seseorang. Itu suara yang sama dengan yang meneriakiku tadi. Sial, rasanya aku ingin pingsan! "Bapak, tolongin Dinar," lirihku.
"Ini Bapak, Nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Odong-Odong Tanpa Pengemudi [Selesai]
Short StoryJangan keluar setelah Magrib! Hari itu mulai malam, Dinar harus berjalan kaki dari sekolah karena tidak ada tumpangan. Siapa sangka malam Jumat itu dia justru dikejar odong-odong tanpa pengemudi! Bagaimana nasib Dinar di malam itu? Temukan jawabann...