15. On the Way to Allah

0 0 0
                                    

Waktu seakan cepat berlalu, kesibukan mengurusi kepindahan dan pernikahan mereka membuat segalanya berjalan terasa cepat.  Hubungan melalui telepon yang mereka jalin juga membuat segalanya berjalan indah.  

Malam minggu ini, Rista tak kemana-mana.  Ia hanya menonton TV channel yang disediakan oleh tempat kost-nya.  Bersama kedua anaknya ia hanya tidur-tiduran di kasur menonton TV Korea.  Rista juga sempat keluar kost sendirian, mengendarai mobil dan membeli martabak terang bulan untuk cemilan mereka.  Ia sempatkan pula mengobrol dengan grup sahabatnya di WA. 

Rista:

Ul.. doain ya aq jd ke Jakarta minggu depan.. supaya bisa ketemu lagi..

Ulli:

Ketemu mas Rif..

Kangen ya..

Rifwan yang sendirian di Bekasi lebih banyak memiliki kegiatan.  Kebetulan Taqi datang mengunjunginya sejak pagi tadi.  Mereka berencana untuk pergi mengunjungi salah satu teman mereka. Ia menyempatkan diri mencuci mobil mbak Irma yang sempat ia pinjam untuk berbelanja lagi beberapa keperluan, lalu memutuskan untuk segera mandi terlebih dahulu sebelum pergi bersama Taqi.  

Ia masuk ke kamar mandi dengan membawa handuk dan selesainya ia pun segera menuju ke kamarnya.  Keluar dari kamar mandi dan belum sempat tiba di kamarnya, tiba-tiba Rifwan merasakan punggungnya sakit.  Ia mengaduh-aduh dan berteriak memanggil Taqi  

"Taq.. Taq.. ini kenapa ya dadaku kok gak enak rasanya..!!”  ucapnya seraya memegangi dadanya.  “Opo o, Wan?  Yo santai ae sek..”  sahut Taqi dari kejauhan.  

“Iyo, iki punggungku yo sakit banget..Taq..Taq.. lemes aku!!!"  panggil Rifwan dari depan dapur.  Ia memegangi punggung dan lengannya yang terasa sakit tiba-tiba. Rifwan tak mampu menahan sakitnya, seketika itu ia merasakan badannya sangat lemas dan tak mampu meopang tubuhnya sendiri.  Ia lalu menjatuhkan dirinya di lantai.  Taqi yang mendengar teriakan Rifwan yang terdengar semakin serius itu serta merta menuju ke arah suara Rifwan.  Ia melihat Rifwan telah tergeletak di lantai.  Taqi segera menolong.

"Opo o, Wan?"  

"Lengenku sakit, punggungku kayak di tibanin gajah..Taq.."  Rifwan sudah tak mampu menggerakkan kakinya lagi.  Taqi membopong tubuh Rifwan, dengan lengan Rifwan ia kalungkan di pundaknya.  Rifwan terseret menuju kamarnya.

Taqi menelentangkan Rifwan di kasur.  Memakaikan baju Rifwan kembali dan segera menelepon mbak Irma, kakak Rifwan yang dokter itu.  "Taq, jangan telepon mbak ku.. langsung ke rumah sakit aja.. ini kenapa kakiku juga ga bisa gerak…??!!"  ungkap Rifwan cemas.  Taqi kebingungan, apa yang harus dilakukannya.  Rifwan melarangnya menguhubungi keluarganya, sementara kondisi Rifwan cukup mengkhawatirkan.  

Tanpa sepengetahuan Rifwan, Taqi menghubungi keluarganya.  Lalu tak lama kemudian keponakannya datang.  Segera mereka menggotong Rifwan ke dalam mobil, sembari tetap mencoba menghubungi keluarga Rifwan yang lain.  

"Taq, ambilin dompetku, Taq.. ada KTP, duit  sama kartu BPJS ku.!  Rifwan masih  sempat untuk menyiapkan keperluan berobatnya.  Taqi berlari mengambil dompet yang dimaksud Rifwan.  

“Taq, aku hapus aja dari group, ya..!” pinta Rifwan ketika Taqi  membantunya masuk ke dalam mobil.  Taqi tak menggubris permintaan sahabatnya itu.  Rifwan juga tetap melarang Taqi untuk menghubungi siapapun, Rifwan tak ingin merepotkan dan mengkhawatirkan banyak orang.  Namun Taqi tak dapat menurutinnya, ia tetap menghubungi kakaknya yang dokter itu.

Hingga mereka bertemu dengan Mbak Irma di salah satu Rumah sakit di Bekasi.  Rifwan segera di tujukan ke UGD dan mendapatkan perawatan intensif.  Taqi segera menghubungi Rista di Surabaya.  Ia mengambil handphone Rifwan untuk mengabari kekasihnya yang sedang sakit ini.  

Pangeran BersayapWhere stories live. Discover now