O3

753 42 0
                                    


Sepanjang perjalanan kami hanya berdiam diri, aku masih tidak menyangka di umur belasan tahun aku pernah tak bertanggung jawab atas kesalahanku. Jika pria itu tiada, apa aku pantas disebut seorang pembunuh?

.

.

.

Kami tiba di tempat tujuan pukul sepuluh malam. Mungkin aku melewatkan sesi barbeque yang sangat ku nantikan sejak kemarin, hari yang ku harapkan akan penuh dengan kebahagiaan berubah sekejap menjadi hari yang paling ku benci.

"cyn, jangan bilang ka saha wae, nya?"
Ucap kekasihku sembari memegangi tanganku, aku bisa merasakan telapak tangannya yang dingin pertanda ia cemas akan hal yang terjadi tadi. "maksudnya? aku ga ngerti" tanyaku. Belum ada jawaban darinya, aku semakin bingung apa yang ia maksud. "just pretend that.. this incident never happened" jawabnya.

.

.

.

Kami berdua masuk ke dalam, orang tua temanku sedang pergi keluar kota, maka dari itu ia mengajukkan diri agar menggunakan rumahnya sebagai acara malam ini. Kekasihku menggandeng tanganku dan berjalan ke arah teman teman kami berada, terlihat jelas wajahnya yang sedang berusaha agar semuanya terlihat baik baik saja.

"aduh, janjiannya jam berapa datengnya jam berapa, abis ngapain aja sih?" ledek salah satu teman kami. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya, mungkin mereka mengira kami menghabiskan waktu berdua sebelum harus berpisah. Memang iya, namun nyatanya ada rahasia kelam yang kami sembunyikan.

Ternyata acara barbeque tertunda sebab aku dan kekasihku tak kunjung datang. Karena personil sudah lengkap, acara pun dimulai dari barbeque an. Sehabis makan makan, kami memilih untuk berkaroke dan meminum soda. Sebetulnya banyak anak lelaki yang mengusulkan untuk mengganti soda dengan minuman beralkohol, namun saran itu di tolak mentah mentah dengan sebagian anak perempuan termasuk aku. walaupun banyak yang sudah legal, namun kami takut akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu, kami semua sepakat meminum minuman bersoda sambil berkaroke, bermain truth or dare, bermain game, dan mengobrol.

Tak dirasa jam sudah menunjukkan pukul dua malam, sebagian dari kami juga sudah ada yang terlelap, namun banyak juga yang masih terjaga termasuk aku dan kekasihku. Besok aku sudah harus berkemas dan berangkat meninggalkan kota favoritku, Bandung.
Aku menyenderkan kepalaku ke pundak kekasihku, ia sedang asik memainkan gitar yang dihiasi nyanyian teman temanku. Kami menyanyikan lagu Fiersa Besari yang berjudul April.

Kisah kita memang baru sebentar..

Namun kesan terukir sangat indah..

Ah, rasanya aku semakin tak rela meninggalkan mereka semua. walaupun aku sudah sering seperti ini, tapi aku tak pernah merasa sangat nyaman di lingkungan baruku. apalagi baru sebentar, aku sudah bisa menemukan teman teman dan kekasihku. Aku tak yakin bisa seperti ini di Jakarta nanti. Yang ku tau, pergaulan disana cukup mengerikan dan berbeda jauh saat aku masih kecil. Aku memang sudah tinggal beberapa tahun di Jakarta saat masih kecil, tapi entah mengapa rasanya malas untuk balik ke Kota itu. Mau bagaimanapun aku tidak bisa menentang kemauan papa. Aku masih anak sma yang butuh sosok orang tua di dekatku, aku juga belum cukup dibilang mandiri untuk tinggal sendiri disini. Mau tidak mau, aku harus meninggalkan Bandung dan mulai beradaptasi lagi di Jakarta nanti.

Sembagi Arutala (GreCyn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang