4

963 113 15
                                    

Hafsya menatap foto sang Ayah yang saat itu sedang menggendongnya. Hafsya ingat saat itu dia masih berusia 5 tahun, Hafsya ingat dia menangis karena semua anak diantar sekolah oleh ibunya berbeda dengannya lalu ayah datang dan menggendongnya ayah bilang Hafsya spesial karena tidak ada yang di antar jemput ayahnya seperti Hafsya jadi Hafsya harus bersyukur karena ayah bisa meluangkan waktunya untuk mengantar jemput Hafsya, setelah itu Ayah meminta Jordan untuk memotret Ayah yang sedang menggendongnya.

"Ayah kenapa ayah jadi jahat, kenapa harus Ayah yang jadi ayah mereka, ayah harusnya jadi ayah Hafsya, Mas, Abang dan kakak aja. Ayah, ayah itu ayah Hafsya kesayangan Hafsya. Kenapa ayah harus menyakiti Hafsya, Bunda, Mama, Kakak, Mas dan Abang. Ayah gimana perasaan Bunda dan Mama. Kenapa ayah jahat?!" Ucap Hafsya yang kini menangis sambil memegang fotonya dan sang ayah.

Marva hari ini pulang lebih cepat dan sebelum pulang dia mampir membelikan mie ayam langganan Hafsya, karena adiknya pasti masih merasa sedih dan biasanya Marva membelikan mie ayam ini untuk Hafsya agar adiknya kembali tersenyum. Sesampainya di rumah hanya ada El yang sedang mengerjakan tugas kuliah akhirnya di ruang keluarga.

"Kak, Hafsya udah pulang?" Tanya Marva

"Gue baru keluar dari kamar sih, tapi kayanya udah soalnya gue liat pintunya dikunci dari dalem" jawab El

"Eh itu lu bawa apaan?" Tanya El yang melihat Marva membawa keresek.

"Mie ayam buat Hafsya" jawab Marva.

"Gue di beliin gak?" Tanya El

"Gue gak tau kalau Lo ada di rumah, jadi gue cuma beli buat gue sama Hafsya doang" ucap Marva acuh sambil pergi meninggalkan kakaknya itu sedangkan El berdecak kesal. Marva memang sangat bucin pada adik bungsu mereka.

Marva langsung kekamar Hafsya yang benar saja kamarnya terkunci.

"Sya!! Hafsya buka pintunya dong!! Adek!!! Abang bawa mie ayam kesukaan kamu" Teriak Marva agar adiknya membukakan pintu.

"Sebentar Abang" jawab Hafsya dari dalam kamarnya. Hafsya langsung menyimpan fotonya lalu berlari menuju pintu.

"Mie ayamnya mana?" Tanya Hafsya

"Kamu nangis dek?" Tanya Marva yang melihat mata adiknya merah.

"Tadi kelilipan doang jadi perih deh matanya" ucap Hafsya mengelak

"Gak usah boong sama Abang. Abang tau kapan Lo lagi bohong sama jujur" Ucap Marva bukannya menjawab Hafsya malah menangis dan Marva langsung membawa adiknya itu kedalam pelukannya.

"Udah dek, Lo jelek tau kalau nangis" ucap Marva menggoda adiknya

"Hikss.. gue ganteng tau mau gimanapun juga" ucap Hafsya sambil mencoba menghentikan tangisannya.

"Iya ganteng tapi tetep gue paling ganteng dirumah ini. Gak usah protes atau mie ayam Lo gue kasih ke Ka El" ucap Marva

"Iiishh.. Abang nyebelin" ucap Hafsya sambil menghentakkan kakinya.

Marva merangkul pundak Hafsya mengajak anak itu keruang makan "udah ayo keburu dingin gak akan enak mie nya" ucap Marva keduanya berjalan dengan Marva yang merangkul adiknya sesekali Marva juga menggoda adiknya agar adiknya itu makin kesel, Marva lebih suka Hafsya yang kesal dan mengomel padanya dari pada harus melihat adik kecilnya ini menangis.

"Lo beneran gak beli buat gue Va?" Tanya El saat melihat Marva dan Hafsya turun.

"Dibilangin gue cuma beli 2 doang, Lo ga percaya banget" ucap Marva yang terus berjalan ke ruang makan bersama Hafsya. Sedangkan Elnathan kembali mengerjakan tugas akhirnya hingga beberapa menit kemudian ada orang yang masuk membawa kasur, meja belajar lemari dan furnitur kamar lainnya.

"Loh kenapa dimasukin kesini? Dirumah ini gak ada yang pesan furnitur" ucap El pada beberapa orang yang mengangkat furnitur.

"Maaf tuan tapi tuan Kenzy yang memesannya" ucap salah satu orang itu. El langsung menghubungi kakaknya itu.

"Mas ini apaan sih beli furnitur segala? Buat apa? Kamar tamu dirumah ini juga udah banyak mau nambah kamar tamu lagi?" Tanya El saat sambungan telepon sudah tersambung dengan kakak keduanya.

"Bukan buat kamar tamu, itu buat kamar Akshara-"

"Mas beneran mau bawa dia kesini? Yang bener aja mas? Mas mau nyakitin perasaan adik mas sendiri?!! Gue gak setuju mas!! Gue gak mau adek gue ngerasa gak nyaman dirumahnya sendiri!! Kalau Lo mau urus mereka kasih mereka tempat tinggal gak usah Lo bawa kesini" ucap El memotong ucapan Kenzy yang belum selesai.

"Tapi mereka juga adek gue El, sama kaya Lo. Gue tetep bakalan bawa-"

"Kak El telepon siapa?" Tanya Hafsya yang baru datang bersama Marva karena mendengar ribut-ribut suara El.

"Mas Kenzy, dia beli semua ini buat 3 anak ayah itu" ucap El mendengar itu Hafsya langsung mengambil handphone milik kakaknya.

"Mas aku kan udah bilang aku gak setuju mas bawa mereka!! Aku marah sama Mas!! Aku benci Mas!!" Ucap Hafsya.

"Keputusan Mas sudah bulat Adek" ucap Kenzy

"Terserah aku benci Mas!!" Teriak Hafsya lalu mematikan sambungan teleponnya setelahnya memberikan handphone itu pada El. Hafsya kembali menangis kali ini didepan kedua kakaknya.

"Kenapa Mas gak ngerti gue!! Kenapa mas harus bawa mereka!! Mereka belum ada aja udah buat mas berubah, gimana nanti!!! Hikss!!" Ucap Hafsya sambil menangis.

"Lo masih punya gue dek, gue gak akan berubah. Gue bakalan selalu ada dipihak Lo" ucap El menenangkan adiknya yang kini sudah dipeluk Marva.

"Adek Lo inget tadi gue bilang apa? Kalau sampai mereka kesini gue udah janji kita bakalan bikin mereka gak betah supaya mereka pergi dari rumah ini. Udah ya jangan nangis lagi" ucap Marva

"Maaf tuan apa ini jadi di simpan?" Tanya salah satu orang yang membawa furnitur.

"Masukin aja, Mas udah kasih tau letak ruangannya kan?" Tanya El

"Sudah Tuan, kalau begitu kami permisi"

Sementara itu di ruangan kantor milik Jordan keempat anak Adnan berkumpul mereka juga mendengar percakapan Kenzy dan El juga Hafsya.

"Gini ya rasanya berantem sama adek sendiri. Mana Hafsya bilang benci gue" ucap Kenzy.

"Sabar Mas, besok pasti jauh lebih berat dari ini" ucap Kenzo

"Ini cuma sementara kok, gue yakin Hafsya, Marva sama El lambat laun bisa terima mereka" ucap Jo

"Gue jadi ngerasa lagi perang sama adek sendiri" ucap Kenzy

"Ya gimana, emang kalian tega biarin anak sekecil mereka diluar sana?" Ucap Davi

"Yaudah semangat besok kita berperang sama adek sendiri" ucap Kenzy

"Hahaha perang banget nih Mas bahasanya" ucap Kenzo.

"Nanti gue ngomong deh sama Hafsya Zy, biar gak terlalu nyalahin Lo" ucap Jo pada Kenzy

"Biarin aja Jo namanya juga anak kecil. Nanti gue ajak jalan aja, dia Minggu lalu bilang mau beli sepa

tu" ucap Kenzy

"Semangat ya Mas luluhin si bungsu yang sebentar lagi gak jadi bungsu" ucap Kenzo

Day by Day Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang