Tahun 2009
Aku berjalan dibelakang ibuku yang sedang sibuk mampir dari satu toko ke toko yang lain yang berada di gedung perbelanjaan di pusat kota, lenganku sibuk memainkan game yang ada di ponselku. Sesekali aku arahkan pandanganku ke depan khawatir kehilangan jejak ibuku. Sebenarnya aku malas menemani ibuku berbelanja hari ini, badanku rasanya sudah tidak bertulang karena perjalanan luar kota kemarin. Namun beberapa hari lagi merupakan perayaan Seollal, jadi mau tidak mau aku harus menemani ibuku berbelanja semua keperluan.
TING! Sebuah bunyi bel terdengar berbarengan dengan sebuah pesan singkat yang masuk di layar ponselku. Aku membuka dan membacanya.
"Ini benar nomor ponsel Kim Joon?"
Aku berpikir sejenak untuk mencerna nomor baru yang tertera, "Benar, maaf ini siapa dan ada perlu apa?" balasku sopan.
"Ini Bora, yang beberapa hari lalu mengobrol denganmu di weibo." Balasnya lagi. Beberapa hari yang lalu memang ada seorang wanita yang mengomentari statusku di weibo, status yang cukup gila untuk di-posting di media sosial. Aku membuka akun weiboku untuk mengecek profil Bora, selama ini aku hanya menganggap obrolan kami sebatas obrolan tidak penting di sosial media sehingga aku tidak pernah benar-benar memperhatikan akun lawan bicaraku.
***
Malam itu aku dan teman-teman berkumpul di rumah Kevin, sebagai tuan rumah yang baik ternyata Kevin sudah menyiapkan banyak cemilan untuk menemani kami menghabiskan waktu, mulai dari ayam goreng, soju, bir, cumi kering, hingga makanan ringan yang dibelinya tadi sore di minimarket.
"Wah, benar-benar pesta kita malam ini?" seruku melihat semua makanan yang tersedia.
"Tentu saja. Kita harus merayakannya karena kita semua bisa naik kelas, walaupun aku agak curiga mengapa Dongwoon bisa naik kelas juga. Hahahahaha!" balas Kevin. Dongwoon tidak tinggal diam, ia melempar sekantung makanan ringan ke muka Kevin.
"Aku juga 'kan pintar, ya walaupun tidak sepintar kalian. Tapi biarlah, mungkin memang sekolah sedang mengalami system error, hahahaha." Dongwoon membalas candaan yang diberikan oleh Kevin, masing-masing tangan Dongwoon kini memegang sepotong paha ayam. "Anmeokgo*?" tawarnya.
"Are you kidding me? I am sick of chicken!" Kevin merupakan anak tungal dari seorang peternak ayam yang terkenal. Ayahnya merupakan supplier ayam untuk banyak rumah makan yang ada di Seoul. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang selalu berada disamping ayahnya membantu semua keperluan ayahnya. Oleh karena itu Kevin sedikit bosan dengan sajian ayam. Sebenarnya Kevin memiliki seorang kakak perempuan dan seorang adik lelaki. Namun kakak perempuannya meninggal ketika Kevin masih duduk di bangku sekolah dasar, begitu juga dengan adiknya yang pergi meninggalkannya setahun yang lalu. Saat itulah aku dan Dongwoon menjadi lebih akrab dengan Kevin. Kami berdua seolah menjadi pengganti kedua saudaranya. Terlebih saat itu, Kevin merupakan anak yang pendiam di sekolah. Dirinya terlahir sebagai albino yang memiliki kulit lebih putih dari orang Korea kebanyakan, Kevin juga memiliki rambut asli yang berwarna kuning keemasan. Selebihnya tidak ada yang aneh dari penampilannya. Namun, setiap orang tentu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penampilan Kevin yang justru menurutku menambah ketampanannya tidak dirasakan oleh Kevin, ia cenderung tertutup saat itu.
Sedangkan Dongwoon merupakan salah satu anak dari guru yang mengajar di sekolah kami. Aku dan Dongwoon sudah saling mengenal sejak di bangku sekolah dasar. Saat itu sekolahku dan sekolah Dongwoon mengadakan acara perkemahan musim panas bersama, aku berkenalan dengannya ketika kami berebut untuk menggunakan kamar mandi. Sejak saat itu kami selalu bermain bersama. Aku dan Dongwoon berasal dari SMP yang sama, dan kini kami satu sekolah di SMA yang sama pula. Penampilan Dongwoon hampir tidak berubah sama sekali. Badannya memang tidak gemuk, namun cukup padat. Ha ha ha. Dengan rambut yang dibelah pinggir serta ponselnya yang selalu berada di genggaman yang ia selalu gunakan sebagai mikrofon ketika mengombali murid-murid wanita satu sekolahan dengan nyanyian yang bernada sembarang.