Setiap orang bisa berdamai dengan lukanya, tapi tidak semua orang bisa sembuh dari traumanya.Gelap, kegelapan, kematian. Apa itu?
15 belas tahun, 2 hari.*
*
*
Bertahan atau berhenti, ana?
"Semua wajib bahagia, entah dibahagiakan atau membahagiakan"
Membahagiakan sudah, dibahagiakan kapan ya?
Duka dan luka sudah menjadi teman hidupku. Entah kenapa, rasa sakit selalu menghampiriku setiap saat. Bahkan, aku tak diberi ruang untuk menenangkan diri. Jika ada waktu yang lama, akan kupakai untuk beristirahat dengan mata yang tertutup rapat, jika boleh takan ku buka untuk selamanya.
Hari-hari berlalu. makan, mandi, berberes dan melayani orang gila setiap harinya. Seperti sudah menjadi rutinitas bagi ana.
Sekolah?tidak. Ana sudah berhenti sekolah sejak lulus sekolah dasar beberapa tahun lalu. Kenapa?ini alasannya.
Ekonomi?sangat cukup. Harta keluarga ana sangat banyak. Tetapi sang ayah tak memberi izin ana untuk melanjutkan pendidikannya.
Setiap malam Adi hanya mabuk, judi, mabuk dan judi lagi. Jika ia kalah, maka ana jadi sasaran pelampiasannya.
Semesta seperti tak memberi celah ana untuk bernafas lega. Hanya mengela nafas saja mungkin tidak. Setiap dirinya bernafas, mungkin dunia akan berbondong-bondong memberi luka. Sejahat itukah dunia?
Seperti saat ini, badanku sudah sakit semua, bahkan jalanku sudah tertatih. Dengan rasa yang menyakitkan aku menyeret kakiku ke arah pintu kamar mandi kecil. Menarik tuasnya dengan sedikit berlebihan, dan begitu pintu terbuka, rasa sakit semakin dalam menghantui diriku. Dengan langkah yang berat, aku memasuki ruangan itu.
Tuhan, aku sudah bingung mau mengemis kepadamu bagaimana lagi. Rasanya sakit, sangat sakit. 15 tahun aku jalani, tak bosan kah engkau menumpahkan jutaan masalah kepadaku?
Permintaan terakhir di hari ini sebelum berganti hari. Dengan doa yang sama, harapan yang sama, tangisan yang sama, ruangan yang sama, dan juga keadaan yang sama. Aku berharap, jutaan bahagia menyelimutiku saat ini. Jika rintikan hujan datang dan kain lembut bisa menutupi badan mungilku, ayo gantikan dengan keadaan yang lain, dan ayo hangatkan dengan hal yang lain, Mau ya?aku sangat berharap kali ini.
Dan sekarang, jika jutaan duri menusuk diriku saat ini, ayo selimuti aku dengan ratusan lapisan kain kafan. Jika tak bisa, satu kebahagiaan saja sudah cukup, tuhan.
Tak ada lagi air mata yang lewat tanpa permisi di pipiku kali ini. Aku sayang bunda, tolong bawakan jiwa dan raga ini hidup bersamanya disurga yang indah itu.
Bahu ini sudah tak kuat menahannya untuk tidak jatuh, mata ini sudah tak kuat menampung banyaknya kesedihan. Dan badan ini, sudah rapuh sejak disentuh dari tangan yang paling kotor.
Aku benci badanku, sangat benci. Jika dibilas dengan air suci berkali-kali, mungkin aku masih menganggapnya kotor. Ini badanku, tapi kenapa ayah yang mengontrolnya?
Dengan salah satu harapanku. Jika sesudah bahagiaku tiba, aku mau hidup seperti layaknya anak seumuranku. Tapi apakah bisa?apakah akan terkabulkan?Bunda, doakan anakmu ini.
Air yang mengalir tertumpah-tumpah memenuhi bathub kecil. Dengan langkah yang sangat pelan ana memasuki dan menenggelamkan badannya disana. Suara airnya sangat menyeramkan dengan suasana yang sunyi seperti saat ini. Tetapi, lebih menyeramkan lagi perbuatan Adi kepadanya. Tolong hentikan sebentar saja masalahnya, gadis kecil ini ingin beristirahat sejenak.
Tuhan, jangan tolong aku. Kali ini, aku pasrahkan saja semuanya. Ana menenggelamkan seluruh badannya tanpa kelihatan sedikit pun di atas air yang terombang-ambing atas pergerakannya.
Apa yang dia lakukan? perjalanan yang cukup jauh. Ana kembalilah, sadar perbuatanmu sudah membuat bundamu kecewa atas menyerahnya dirimu itu.
Dari bunda aku belajar. Perihnya menunggu dan sakitnya bersabar.
Menunggu bahagia yang tak kunjung datang dan sakitnya bersabar dari masalah yang tak kunjung usai. Tuhan, berikan aku alasan untuk tidak menyerah.Ana bangunlah, dunia menunggumu.
Dunia dan lukanya yang menungguku kan?Satu persatu akan aku hadapi. Doa, usaha, usaha dan doa. Perihal hasil aku serahkan pada tuhan yang mengatur bagaimana jalan hidupku.Luka, berhentilah mengejarku, kau tak lelah kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
16
RandomSebenarnya bahagia itu jenis perasaan seperti apa? -Adrienne Narezza Thana gelap, kegelapan, kematian. Duka memang menyakitkan untuk dijalani.Tapi ingat, selalu ada pelangi setelah badai.Giliran ku kapan tuhan?