Bab 1

3 1 1
                                    

Suara desakan sepatu pada lantai menggema sepanjang permainan, pantulan bola serta sorakan penonton juga tak terlupa. Stadion tengah kota malam ini dipergunakan untuk Battle Match prodi ku melawan prodi sebelah.

"Ayo Kazi, oper ke Rome!" Itu suara salah satu temanku, dengan semangat membaranya kala Rome sudah menerima bola. Dan, yup. Bola basket memasuki ring. Teman-teman prodiku lantas berloncatan di atas tribun. Sipil unggul malam ini.

Permainan berlangsung dua jam lebih, hanya pertandingan pertemanan biasa saja dengan tujuan menjalin silaturahmi antar sesama mahasiswa baru fakultas teknik.

"Langsung balik mess, Ca?" Aku menoleh menemukan Kazi sudah rapi dengan sweeternya. "Ikut yang lain saja." Kazi hanya mengangguk. Dilanjuti sesi foto bersama antara Sipil dan Industri.

Malam ini cukup hangat, bertemu teman Sipil ku walaupun satu prodi tapi aku tidak terlalu mengenal satu sama lain karena terhalang beberapa faktor, diantaranya kelas mata kuliahku dengan beberapa darinya tidak ada yang sama.

Ting!
Alicia mengirimkan share location.
Ditunggu di sini, Ca. Makan bareng yang lain.

"Al kirim chat, Zi. Yang lain mampir makan, mau ikut?" tanyaku. Lagi-lagi Kazi hanya mengangguk lalu mengambil motornya dan ikut membelah ramainya Yogyakarta malam itu.

Sampailah kita di sini, rumah makan sederhana yang berada tidak jauh dari stadion.

"Echa, mau pesan apa?" Itu suara Zefanya, dan ada Alicia yang sedang duduk manis disebelahnya menatapku sembari tersenyum dengan matanya yang menyipit dibalik kacamata putihnya.
Aku dan Kazi memesan gudeg sudah tertebak kalau kita anak kost banget, ya. Kami makan dengan tenang sesekali saling melempar lelucon.

Oh iya, di sini kami ada bersebelas; Aku, Kazi, Alicia, Zefanya, Retno, Agiza, Tarra, Samudra, Auzar, dan dua lainnya aku lupa namanya. Beberapa dari kami berasal dari tiga kelas berbeda walaupun beberapa dari mereka ada yang kelas mata kuliahku bersamaan.

"Langsung balik, Zi?" Aku menoleh melihat siapa orang dibalik suara itu. Ah, aku tahu dia. Dia pernah hampir mengantarku ke kampus kala itu, saat Kazi sedang ada kesibukan. Tapi aku tidak mengenal dekat siapa orang ini hanya sekedar tahu bahwa dia teman Sipilku.

"Mau antar dia balik mess dulu, baru nanti ke rumah Noel." Cowok itu mengangguk lalu berjalan duluan menuju motornya.

Aku berpamitan dengan teman-temanku yang lain, izin pamit duluan karena messku memiliki waktu malam yang terbatas. "Guys aku balik duluan, ya."
Deru motor Kazi kembali membelah padatnya malioboro. Seperkian detik aku baru menyadari bahwa motor salah satu temanku berada di belakang motor Kazi.

Namanya Auzar-Baskara Auzar. Aku tahu namanya karena beberapa waktu belakangan ini aku sering memperhatikan data diri teman seangkatanku pada dokumen angkatan.

Aku mencoba acuh walaupun beberapa kali aku meliriknya dari ujung mataku, cowok itu berhasil menarik perhatianku tidak tahu apa alasan pastinya bahkan sampai sekarang pun aku tidak memiliki jawaban atas itu.

Belokan kedua menuju messku, dia dan motor dilannya menghilang. Aku cukup lega. Hingga sampailah aku di mess. "Terima kasih, Kazi." Kazi menjawabnya lalu berpamitan untuk pulang. Aku sempat melambaikan tangan sebentar kemudian masuk menaiki anak tangga menuju kamarku.

--

Hari berganti demi hari, tidak ada yang spesial. Hanya ada tugas, tugas, dan tugas. Sampai saat ini aku masih mempertanyakan tujuanku memilih Teknik Sipil untuk melanjutkan pendidikan empat tahun ke depan. Memang aku sangat menyukai design ataupun perhitungan tapi aku tidak menyangka bahwa tingkatan di sini lebih susah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AizuchiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang