Chapter 1

133 7 3
                                    

Pertemuan Tidak Terduga’

(Di masa sekarang)


Phupha tiba-tiba terbangun dengan keringat yang deras. Dia dengan cepat memegang lehernya saat jantungnya berpacu dan dia berjuang untuk bernapas. Mimpi yang dia miliki begitu jelas sehingga dia tidak ingat kapan dia tertidur. Dia berpikir bahwa mungkin stres dari meeting sepanjang hari akhirnya membuatnya seperti ini. Sebagai presiden perusahaan baru, dia bekerja tanpa lelah setiap hari, dan sekarang lampu terang pusat kota membutakannya.

Semakin hari, kota ini menjadi semakin mirip kota Bangkok saja, pikirnya.

Phupha pergi mendekati jendela dan melihat mobil melaju ke segala arah. Hatinya bergetar saat melihat banyak bangunan di bawah sana. Biasanya, dia akan menutup tirai untuk menghindari melihat ke bawah. Dia tahu dirinya sangat bodoh tinggal di kondominium lantai atas ketika dia takut akan ketinggian.

Provinsi Ratta sering dibandingkan dengan ibu kota karena kesamaan dalam setiap aspek, termasuk jalan tol, kondominium, dan kereta api. Namun, gubernur provinsi selalu memiliki visi yang jauh dan mengakui potensi lokasi pusat di negara ini, sehingga mereka membangun jalan besar sejak awal, membuat lalu lintas di kota ini mengalir lebih lancar daripada di ibu kota. Selanjutnya, atraksi alam yang menakjubkan dari provinsi ini telah memfasilitasi perkembangannya dengan pesat, seperti air terjun yang indah, yang berada di antara yang terbaik di dunia, resor langit yang mengambang, atau bahkan observatorium kota tertinggi di Asia. Faktor-faktor ini semuanya telah berkontribusi pada pertumbuhan pesat di provinsi Ratta, sampai-sampai orang sering mengatakan bahwa jika Bangkok tenggelam, Ratta akan segera menjadi ibu kota baru, seperti seorang pangeran yang menunggu untuk naik takhta di tempat raja.

Tidur di tengah malam semakin membuat sakit kepala Phupha kambuh lagi, dan mimpi buruknya yang berulang membuat suasana di sekitarnya semakin suram. Dia mencari pereda nyeri di laci di sebelah tempat tidur untuk meredakan rasa sakit, tetapi rasa frustrasinya meningkat ketika dia menemukan botolnya kosong.

Kapan aku kehabisan obat sakit kepala!?

Dia memikirkan toko obat yang berada di sebelah dua bangunan dari kondominiumnya. Meskipun dia tidak menyukai apoteker, dia tahu dia harus pergi.

Phupha bangun dari tempat tidur dan menyadari bahwa dia masih mengenakan pakaian kerjanya: kemeja putih dan celana panjang hitam. Dia melepas dasi di lehernya dan melemparkannya ke keranjang cucian. Membuka kancing kemejanya, yang memperlihatkan dadanya yang mulus dan putih.

Mimpi kematian yang berulang membuatnya gelisah.

Apakah mimpi itu sebuah pertanda, atau hanya imajinasi nya?

Tidak, dia tidak percaya pada hal semacam itu.

Phupha mengambil dompet kulit hitamnya dan berjalan turun dari lantai dua apartemen duplex yang menutupi seluruh lantai tiga puluh enam. Dia menekan lift ke lantai pertama kondominium mewahnya.

Penjaga keamanan membungkuk kepada Phupha, si pengembang tanah yang mengubah tempat ini menjadi kondominium, dengan sangat hormat, sampai-sampai kepalanya hampir menyentuh tanah. Biasanya, Phupha akan mencoba bersikap ramah pada semua staf, tetapi hari ini sakit kepalanya cukup parah. Jadi dia berjalan melewati pintu otomatis besar tanpa menyapa penjaga keamanan.

Phupha melangkah keluar dari gedung dan disambut dengan udara sejuk di bulan November, dengan sosoknya yang tinggi, atletis, dan jangan lupakan wajahnya yang sebanding dengan tampang model papan atas itu, membuat orang-orang tidak luput untuk mengaguminya kemanapun dia pergi.

Ini sangat aneh, kali ini dia merasa berbeda! Dia merasakan itu... ada sepasang mata yang menatapnya, dan mata itu berbeda dari yang lain.

Ketika dia melihat sekeliling, yang dia lihat hanyalah orang-orang yang berjalan di jalan, fokus pada ponsel mereka sendiri. Beberapa mungkin telah tertangkap basah oleh penampilannya, tetapi itu bukanlah mata misterius yang menatapnya.

DUA DUNIA ( 2 WORLDS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang