Pasutri

161 11 0
                                    

Hari yang masih gelap, hawa yang begitu dingin membungkus tubuh. Membuat orang malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Ditambah lagi saat ini musim hujan hawa menjadi lebih dingin. Pagi masih buta matahari belum mengeluarkan sinarnya untuk menyinari dunia.

Melihatmu tidur di sebelah denganku adalah hal yang ku inginkan dari dulu. Kini kita sudah menikah setiap pagi aku bisa melihat dirimu seperti mimpi saja.

"Nam" gumam Zoro sembari tangan kanannya membelai helaian rambutnya.

"Dia masih tidur, wajah saat dia tidur manis banget" lanjutnya.

"Dingin" gumam Nami yang masih tertidur lelap.

"Sini, sini sayang" Ujarnya ia mengulurkan kedua tangan untuk memeluk Nami.

Membawa istrinya ke dalam pelukannya sembari mengusap kepalanya lalu mencium dahinya sebagai rasa kasih sayang dari seorang suami. Rasa kasih sayangnya sebesar matahari bahkan lebih besar lagi. Ia pun tersenyum lebar saat melihat wajah istrinya manis seperti permen.

"Kalau masih kedinginan peluk aku yang erat ya"

"Hm"

Beberapa saat mereka berpelukan, matahari mulai terbit menyinari dunia hingga sinar menembus kamar mereka melalui jendela. Matanya mulai terbuka ia pun langsung melihat wajah Zoro yang sedang terus menatapnya.

"Udah bangun?" Ujar Zoro dengan nada lembutnya

"Masih mau pelukan sampai ketemu pagi lagi?" Lanjutnya sambil meledek.

"Ih apaan sih kamu mah suka banget ngeledek aku" Ujar Nami ia pun menenggelamkan kepalanya di dada Zoro karena malu.

"Hahaha, aku laper makan yu" Ajaknya karena ia lapar ingin cepat sarapan.

"Oh iya aku lupa mau bikin sarapan buat kamu hari ini"

"Lupa karena nyaman di pelukan aku kan?" Ujarnya ia meledek Nami lagi.

Setelah mendengarnya Nami pun melepaskan pelukannya karena sedikit kesal dengan ledekan dari Zoro. Lalu ia bangun dari tempat tidur kemudian merentangkan tangannya ke atas. Zoro yang masih di tempat tidur sembari berbaring melihatnya bangun dari tempat tidur ia memberikan senyuman tipis.

"Wajah kamu terlihat kesal?" Tanya Zoro.

"Ngga, aku mau bikin sarapan buat kamu" balas Nami.

"Jangan bohong, aku bisa baca dari raut wajah kamu lho"

Tanpa ingin membalas perkataannya Nami melangkahkan kaki ingin keluar dari kamar menuju ke dapur. Tetapi sebelum keluar dari kamar tiba-tiba-

Dengan cepat menahan pergerakannya, ia meraih tangan kanan Nami untuk tidak melanjutkan pergerakan kakinya. Menggenggam tangan kanan lalu perlahan-lahan ia berdiri di belakangnya. Melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Nami seolah-olah memeluk Nami dari belakang tubuhnya.

"Jangan marah, aku bercanda aja. Aku suka ngeledek kamu karena wajah kesel kamu tuh gemesin"

Nami menghela nafas pelan melihat tingkah suami yang tidak bisa melihat istrinya kesal seperti dunia akan berakhir. Ia berbalik badan menghadap berhadapan dengannya. Membalas pelukannya lalu mengusap tubuh Zoro.

"Iya iya aku ga marah, kamu ga bisa lihat aku kesel sedikit ya" Tanya Nami

Zoro menganggukkan kepalanya sebagai respon perkataannya.

"Udah yu, aku mau masak sarapan buat kamu" pinta Nami ia ingin memasak sarapan untuknya.

"Ikut" Ujarnya dengan nada seperti anak kecil.

"Ayo deh ayo"

Nami menggenggam tangan kanannya sembari melangkahkan kaki menuju dapur sementara Zoro dibelakangnya mengikuti dia. Sesampainya di dapur Nami menoleh ke belakang saat Zoro masih di belakangnya.

PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang