JaemJen ft Markno
Jeno dan Jaemin sepasang kekasih backstreet, hanya orang terdekat mereka yang tau tentang hubungan ini. Ketika keduanya tengah berada didalam hubungan yang merenggang, Mark si anak pindahan hadir ditengah keduanya.
Up setiap tangga...
"Baik, semua telah saya sampaikan. Ada yang ditanyakan tentang pembagian kamar asrama?"
Pak Dosen berkulit putih pucat menatap semua mahasiswanya yang diam tak ada suara sama sekali. Beberapa dari mereka saling melirik tak berani mengeluarkan kalimat.
"Saya rasa tidak ada, kelas hari ini dibubarkan." Setelahnya Pak Dosen yang kerap di panggil Dosen Min itu pergi dari ruang kelas.
Huft~
"Aku sempat menahan nafas tau, masih gak nyangka kalau kelas manajemen akan diajarkan oleh Dosen killer itu," ujar pemuda berkacamata bulat, rambutnya mullet dengan kulit agak gelap dibanding teman disamping, Lee Haechan namanya.
"Aku juga ... " Saut teman disamping.
"Oh iya Jen, ngomong-ngomong kamu dapat teman sekamar dengan siapa? Apa orang yang kita kenal?" Tanya Haechan penasaran, ia mengarahkan tubuhnya kearah Jeno.
Lipatan kertas yang tadi berada dalam genggaman di perlihatkan. Pada Haechan. "Mark Lee."
"Benarkah? Bagus dong. Setidaknya yang ini lebih baik dari yang sebelumnya, iyakan?"
"Oh ayolah, Mark lebih baik dari si Jaemin. Trust me."
.
Merokok sambil meneguk soda, Jaemin kini berada disamping gedung kampus yang terlihat terbengkalai dengan beberapa kayu dari meja dan kursi rusak tak terpakai.
"Jaemin! JAEMIN!"
Tak memberikan respon yang berarti, pemilik nama menatap dengan alis yang terangkat sebelah. Rokok disela jari telunjuk dan tengah kembali di hisap dalam.
"Jeno ... Dia, hah, dia sekamar dengan anak pindahan!" ucap teman Jaemin memburu.
Menanti respon dan raut wajah yang berubah marah ataupun kaget, sayangnya itu hanya angan si kawan. Dengan santainya pemuda Berandalan itu berkata, "biarkan saja."
Senyuman dengan arti tak tersirat diperlihatkan, mematikan rokok yang tinggal puntungnya saja ke tanah lalu berdiri dan menginjak kaleng minuman soda yang telah habis sampai benyok.
"Kita lihat ... Apa yang bisa dilakukan si anak baru itu pada si keras kepala."
Setelah mengatakan itu, Jaemin menepuk bahu Yangyang dua kali dan pergi berlawanan arah. "Hah ... Apa yang diharapkan? Mereka 'kan gak normal."
...
Like a moth to a flame I'll pull you in, I'll pull you back to what you need initially It's just one call away And you'll leave him, you're loyal to me But this time I let you be
...
Lee Jeno
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
"Jeno!"
Seseorang memanggil namanya, membuat pemuda kelahiran April di tahun dua ribu itu membalikkan badan. "Mark? Ada apa?"
Sampai didepan Jeno setelah berlari kecil, pemuda blasteran tersebut tersenyum lalu merangkul Jeno dengan akrabnya. "Ayo kita ke asrama bersama, kamu sudah taukan bila kita sekamar?"
"Ya ... yah," gumam Jeno, hanya pasrah dan mendengar Mark yang mulai berceloteh.
"Aku merasa senang saat mengetahui sekamar denganmu, tahun awal dari kepindahanku kesini pasti akan sangat menyenangkan." Mark menoleh kearah Jeno yang tak merespon ucapannya. "Apa kamu merasa keberatan?" Sambungnya.
"Eh, tidak kok." Tampak gelagapan, Jeno melambaikan tangan didepan dada menyangkal praduga yang dilayangkan Mark padanya. "Aku hanya kepikiran sesuatu."
Mark menganggukkan kepala mengerti. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita makan--"
Tuk- tuk- tuk (Suara benda memantul)
Perkataan Mark terpotong ketika pemuda yang mengenakan kaos kutang berwarna oranye dari ekskul basket berada didepan mereka mengambil bola yang menggelinding.
"Hai, Jaemin!" Seru Jeno mendekati pemuda basket itu beberapa langkah terdepan dari Mark, sekaligus melepas rangkulan tangan ada dibahu.
"Ya."
Jaemin membungkuk didepan Jeno, mengambil bola yang berada didepan sepatu dari pemuda Lee lalu berdiri tegak berhadapan, menyimpan bola basket diantara lengan kiri dan pinggang.
Jeno sudah tersenyum manis pada kekasihnya itu, tapi yang dituju malah tak menampilkan ekspresi yang diinginkan Jeno.
Ketika Jaemin akan berbalik meninggalkan tempat itu, Jeno menarik kaos bagian belakang. "Kamu masih marah?"
Pemuda Na berbalik, ia menarik kaosnya yang dicekal Jeno sampai terlepas. "Aku sibuk," judesnya meninggalkan Jeno begitu saja.
"Hah! Bajingan," umpat Jeno kesal dengan suara yang dipelankan.
"Jeno?"
"Eh Mark, sorry. Ayo kita pulang." Jeno segera menghampiri Mark dan merangkul tangannya, membawa teman sekamar barunya itu segera pergi dari area koridor lapangan indoor.
"Kamu pakai mobil?" Tanya Jeno.
"Hem, aku gak punya mobil. Tapi aku punya motor, gak keberatan kan?"
"Ya, tentu saja tidak."
Dari kejauhan, Jaemin yang menghentikan langkahnya kini berbalik melihat kepergian Jeno dan Mark yang terlihat dekat. Wajah datarnya ditambah tatapan mata tajam disertai alis yang menekuk.
"Sepertinya kamu memang menginginkan kita seperti awal."