Agustus, 2016.
"Teh, ini ada undangan dari sekolah." Ebrahim Raafe Ayyash menyodorkan undangan itu pada kakaknya, Faqiah Diomira Ayasha.
"Rapat buat ngomongin kelulusan ya dek, gampang nanti teteh ke sekolah." Faqiah sudah bersiap karena ada kelas pagi. Tidak lupa mengingatkan adiknya, agar menghabiskan sarapan.
"Jangan lupa kunci pintu. Oh ya, hari ini bawa motor kan? Nih uang buat bensin,"
"Makasih teh," ucap Ebrahim.
"Eh, kebanyakan ini mah teh." Anak laki-laki berseragam pramuka itu, buru-buru menghampiri kakaknya yang sudah di depan pintu.
"Ambil. Buat jajan."
----
Iuran kelulusan. Itu kesimpulan rapat orang tua terakhir di jenjang SMP. Adik laki-lakinya, Ebrahim. Seharusnya telah menentukan pilihan, kemana dia akan melanjutkan sekolah.
Faqiah jalan kaki ke arah Halte, nanti malam dia akan bertanya mengenai hal yang baru ia ketahui. Ebrahim belum mengatakan apapun, jangan sampai adiknya berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah.
Sore ini sangat terik, mataharinya baru bangun. Tiba-tiba anak kecil dengan seragam putih merah menghampirinya, anak laki-laki sekitar usia delapan tahun yang tampak ketakutan.
"Kakak ... tolongin teman saya," anak kecil itu memohon dengan mengatupkan kedua tangannya.
Faqiah sedikit menunduk, dengan hati-hati dia bertanya.
"Temen kamu kenapa?"
Anak kecil itu diam. Menengok kesana-kemari, matanya mulai berkaca-kaca.
"Oke ... kasih tahu kakak dimana teman kamu," Faqiah mengikuti langkah anak kecil di depannya.
"Kakak ... itu," anak kecil tersebut menunjuk ke arah mobil box.
"Adek tunggu disini ya, biar kakak aja yang ke sana."
Ada dua pria di dekat mobil box besar itu, salah satunya menggandeng anak kecil. Tidak ada senjata atau benda tajam apapun yang terlihat, Faqiah akan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai ... dia di dorong dari belakang. Lututnya menyentuh tanah, Faqiah buru-buru berdiri. Tapi, anak laki-laki yang tadi meminta tolong... dengan santai menghampiri temannya.
Kini, salah satu pria memberikan kedua anak kecil itu, masing-masing sebungkus rokok. Ia mengernyit. Perlahan mundur, ketika salah satu pria menodongkan pisau ke arahnya. Faqiah kalah cepat saat pria satu lagi membungkam mulutnya dengan sapu tangan hitam.
Hingga, semuanya menjadi buram ... suara-suara di sekitar terdengar begitu jauh.
"Prank-nya berhasil kan bang—" samar-samar kalimat itu tertangkap indra pendengarannya.
----
Faqiah Diomira Ayasha25-08-24
KAMU SEDANG MEMBACA
Plan
Mystery / ThrillerFaqiah Diomira Ayasha, 19 tahun. Sekejap mata, nasib buruk berturut-turut menimpanya. Ia terjebak di tengah hutan-dalam usaha melarikan diri dari sekumpulan manusia tak dikenal yang hendak menjualnya.