Di dalam ruangan gelap yang dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan tua, Wonwoo dan Mingyu terus menikmati suasana yang penuh gairah. Wonwoo, dengan senyum nakalnya, membuat lelucon merayu yang mengundang tawa.
"Wah, Mingyu, kau tahu, mungkin mobil ini cukup besar untuk kita berdua. Bagaimana menurutmu?" ujar Wonwoo dengan suara yang dipenuhi dengan keusilan. Mingyu, yang sudah terpesona oleh keintiman yang dibangun di antara mereka, hanya bisa merasa canggung namun tersenyum kecil.
"Tuan Wonwoo, kita harus tetap berfokus pada situasi ini. Kita tidak tahu apa yang bisa terjadi," ucap Mingyu dengan nada serius, tetapi Wonwoo hanya tertawa dengan enteng.
"Kau selalu begitu serius, Mingyu. Kita bisa menikmati malam ini tanpa harus khawatir tentang apa pun." Wonwoo meraih tangan Mingyu, mencoba menariknya lebih dekat. Mingyu, meski tergoda, masih mencoba mempertahankan batas profesionalitas mereka.
Namun, keheningan tiba-tiba terpotong oleh suara dentuman keras yang menggema di sepanjang koridor. Cruise tiba-tiba berguncang, dan keduanya terjatuh dari mobil tua yang menjadi panggung mereka. Wonwoo, yang masih tertawa, dengan cepat berusaha untuk bangkit.
"Mingyu, apa yang terjadi?" tanyanya, mencoba menstabilkan dirinya di tengah guncangan yang tak terduga.
Mingyu yang juga mencoba bangkit, menjawab dengan tatapan serius. "Saya tidak yakin, Tuan. Tapi ini tidak terduga. Mungkin kita harus pergi ke dek dan memeriksa situasinya."
Dengan cermat, mereka keluar dari ruangan itu, hanya untuk menemui suasana yang kacau di koridor. Orang-orang panik berlarian, suara alarm bergema di udara, dan aroma asap menebal menunjukkan bahwa ada keadaan darurat.
"Wonwoo, kita harus segera ke dek dan mencari tahu apa yang terjadi," ujar Mingyu dengan suara tegas, mengambil alih kendali situasi dengan profesionalisme yang selalu ada.
Wonwoo, meski agak terkejut oleh keadaan mendadak ini, hanya bisa mengangguk setuju. Mereka berdua bersama-sama bergerak menuju dek, menghadapi ketidakpastian yang tiba-tiba menyelimuti malam mereka. Saat mereka berusaha mencari tahu apa yang terjadi, cahaya merah darurat memancar di sepanjang koridor, menciptakan suasana yang semakin tegang.
Mingyu, dengan pandangan serius, mendekati seorang awak kapal yang tampak sibuk dengan tugasnya. "Maaf, apa yang terjadi? Mengapa kapal ini begitu bergejolak?" tanyanya dengan cepat, mencoba mendapatkan informasi tentang situasi darurat ini.
Awak kapal, meski terlihat agak panik, memberikan penjelasan singkat. "Ada masalah dengan mesin utama kapal. Kami butuh segera pergi ke level atas. Ini adalah situasi darurat."
Mingyu segera memahami urgensi situasi dan dengan cepat kembali ke Wonwoo. "Tuan Wonwoo, kita harus segera ke level atas. Situasinya sangat darurat. Harap tetap di samping saya," ucapnya dengan suara yang tegas, sambil memastikan agar mereka tidak kehilangan kontak satu sama lain.
Keduanya berdua melangkah menuju tangga untuk mencapai level atas. Meskipun Mingyu berusaha menjaga ketenangan, guncangan dan gemetar kapal membuat situasi semakin tegang. Mingyu memegang tangan Wonwoo dengan erat, memberikan dukungan fisik dan emosional di tengah kekacauan ini.
Namun, keadaan semakin buruk ketika Wonwoo menunjuk ke arah air yang mulai masuk. "Mingyu, lihatlah!" serunya, menyadarkan Mingyu akan bahaya yang semakin mendekat.
Air laut mulai merendam dek, menciptakan situasi yang semakin sulit. Mingyu, tanpa ragu, langsung mengarahkan Wonwoo ke tangga dan berusaha memimpinnya ke level atas secepat mungkin. Di tengah gemetar dan suara alarm yang membahayakan, mereka harus bersatu dan menghadapi realitas bahwa keselamatan mereka berdua bergantung pada langkah-langkah cepat dan ketegasan Mingyu.
![](https://img.wattpad.com/cover/361592512-288-k758615.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESERTER [MINWON FF]
Fanfiction⚠️ MATURED CONTENT ⚠️ Ketika sebuah kapal pesiar mewah mengalami kecelakaan mengerikan, Wonwoo, seorang anak kaya yang terbiasa dimanjakan, dan pengawalnya yang setia, Mingyu, terdampar di sebuah pulau terpencil. Terlepas dari perbedaan kelas dan ke...