Beberapa minggu berlalu, dan di tengah pulau terpencil itu, kenyataan keadaan mulai mengubah dinamika antara Wonwoo dan Mingyu. Sentuhan yang terbatas dan isolasi yang mendalam membuat mereka semakin merindukan kehadiran satu sama lain. Saat kehidupan sehari-hari berjalan, Mingyu dan Wonwoo mulai mengembangkan kebutuhan akan kebersamaan yang intens.
Suatu pagi, Mingyu terbangun dengan tergesa-gesa. Matanya mencari sosok Wonwoo yang biasanya ada di sisinya, tetapi kali ini tempat tidur hanya terisi oleh udara sejuk pulau terpencil itu. Panik melanda hati Mingyu, dan ia segera melangkah keluar dari tempat perlindungan mereka.
Di luar, Wonwoo terlihat sedang berbicara dengan seorang penyintas yang baru muncul, Junhui. Melihat adegan itu, perasaan cemburu dan kepemilikan langsung memenuhi pikiran Mingyu. Tanpa ragu, dia mendekati keduanya dengan langkah-langkah mantap, wajahnya yang penuh kemarahan mencerminkan ketidaksetujuan.
"Mingyu, ada apa?" tanya Wonwoo dengan terkejut, menyadari kehadiran bodyguard-nya yang marah.
Mingyu menatap tajam ke arah Junhui, " Kenapa dia di sini?"
Junhui, yang sebelumnya hanya ingin mencari teman di pulau ini, merasa canggung dan tidak nyaman dengan situasi yang mulai memanas. Wonwoo mencoba menjelaskan, "Dia mencari teman, Mingyu. Dia tidak membahayakan kita."
Namun, Mingyu tidak puas ditambah kepanikan saat bangun dari tidur. Rasa cemburu dan perlindungan yang mendalam terhadap Wonwoo membuatnya meluapkan amarahnya. "Jangan lupa, Tuan Wonwoo, saya di sini untuk melindungi Anda. Orang-orang seperti dia tidak seharusnya mendekati Anda tanpa izin."
Dengan tegas, Mingyu memperingatkan Junhui untuk menjauh. Keberadaannya yang selalu waspada dan penuh kewaspadaan memberikan pesan yang jelas kepada siapapun yang berani mendekati pamannya. Wonwoo, meskipun merasa terkejut oleh tindakan Mingyu yang mendadak, juga merasakan kehangatan dan ketenangan dalam perlindungan yang diberikan bodyguard-nya.
Setelah insiden dengan Junhui, Wonwoo dan Mingyu kembali ke tempat perlindungan sederhana mereka di pulau terpencil. Udara tegang terasa di udara, dan begitu pintu bambu terkunci, Wonwoo segera melontarkan pertanyaan.
"Mingyu, kenapa kau begitu agresif tadi? Dia hanya penyintas seperti kita," ucap Wonwoo dengan nada perlahan, mencoba memahami tindakan bodyguard-nya.
Mingyu, tetap teguh dalam keputusannya, menjawab, "Saya hanya melindungi Anda, Tuan Wonwoo. Saya tidak ingin risiko apapun datang kepada Anda."
Wonwoo menggumam, "Kau tidak perlu begitu berlebihan. Saya bisa menjaga diri saya sendiri."
Namun, alih-alih meredakan ketegangan, bickering mereka justru memperkuat kehadiran ketegangan seksual di antara mereka. Wonwoo, yang sebenarnya menikmati perhatian Mingyu, merasa adrenalinnya meningkat. Dia tahu cara terbaik untuk meredakan situasi ini.
Dengan langkah-langkah ringan, Wonwoo mendekati Mingyu, senyum licik di bibirnya. "Tidakkah kau berpikir bahwa itu sangat seksi ketika kau begitu posesif padaku, Mingyu?" goda Wonwoo sambil menggoda.
Mingyu mengernyitkan kening, mencoba mempertahankan seriusnya. "Ini bukan waktu untuk bercanda, Tuan Wonwoo."
Namun, Wonwoo tidak dapat menahan diri lagi. Dengan cepat, dia menyerbu Mingyu, menekannya ke tempat tidur mereka. "Tapi aku suka ketika kau posesif, Mingyu," ucap Wonwoo dengan nada rendah, matanya penuh gairah.
Mingyu mencoba menahan senyumnya, tetapi kehadiran Wonwoo yang menantang membuatnya sulit untuk mempertahankan serius. Sebelum dia bisa memberikan protes lebih lanjut, Wonwoo mengecup bibirnya dengan rakus.
Wonwoo merasakan getaran ringan di bibir Mingyu, dan senyum mengecap kepuasan menghiasi wajahnya. Dia tahu dia berhasil membuat bodyguard-nya tergoda. Meski Mingyu mencoba menahan senyum, mata Wonwoo berhasil menangkap kilatan getaran kecil di mata Mingyu.
![](https://img.wattpad.com/cover/361592512-288-k758615.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESERTER [MINWON FF]
Fanfiction⚠️ MATURED CONTENT ⚠️ Ketika sebuah kapal pesiar mewah mengalami kecelakaan mengerikan, Wonwoo, seorang anak kaya yang terbiasa dimanjakan, dan pengawalnya yang setia, Mingyu, terdampar di sebuah pulau terpencil. Terlepas dari perbedaan kelas dan ke...