Udara dingin berhembus dengan kencang. Di rooftop hotel tempat pameran berbagai permata, tampak seorang pria berpakaian hitam dengan topi fedora senada.
Tangannya menodongkan pistol kepada seorang pemuda berbalutkan tuksedo putih. Terlihat pantulan sinar bulan yang berasal dari permata di tangah sang pemuda.
"Berikan permata itu, Kuroba Toichi!" Suara sang pria berpakaian hitam tadi.
Anak-anak buahnya yang berdiri di belakangnya ikut menodongkan pistol. Pasalnya, mereka sadar bahwa yang berada di depan mereka ini bukanlah pemuda biasa.
Sosok putih itu menatap mereka dengan tajam. Ia menyeringai. "Kalian pikir aku akan memberikannya?"
Pria bertopi fedora itu tersentak. Tak lama, suara tertawa menggema di udara. Setelah berhenti menertawakan sang pesulap, ia memicingkan mata.
"Percaya diri sekali kau, KID. Kupastikan malam ini kau tidur selamanya!"
Yang disebut terkejut, berusaha mencerna perkataan lawan bicaranya. Naasnya, belum sempat ia bertindak apa apa, seorang pria berambut keperakan datang memukul sang pemuda dari belakang. Tubuh sang pemuda pun lunglai. Sebelum sempat mencerna apa yang terjadi, mulutnya dicekoki sebuah obat kapsul berwarna merah-putih.
Si pemuda berusaha keras untuk tetap sadar. Sayup-sayup ia mendengar langkah kaki kedua pria tersebut menjauh.
Jam kota berdentang 12 kali menandakan hari berganti. Jantung sang pemuda ikut berdetak dengan tempo yang jauh lebih cepat. Tubuhnya terasa seperti dibakar di dalam perapian. Sakit yang ditimbulkan perlahan menghilangkan kesadarannya. Jerit kesakitan pun mengudara di pagi yang dingin itu.
"AAAKHHH!!"
•
•
•
Seorang anak kecil berlari menaiki tangga. Kacamata bulatnya berembun akibat keringat yang bersambut dengan udara malam.
Sesampainya di lantai teratas, ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, kemudian menendang pintu rooftop.
"KID!" Panggil Conan.
Manik birunya bergulir kesana kemari, mencari sesuatu yang ia yakini ada di lokasi tersebut.
Tidak menemukan apa yang ia cari, Conan menghela napas kecewa. Ia membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke pintu rooftop.
Tepat sebelum kakinya menapak ke anak tangga teratas, sebuah gumaman mengalun di telinga sang detektif.
"Mmm..."
Langkahnya seketika terhenti ketika mendengar suara yang tak asing tersebut. Tingkat kewaspadaannya dinaikkan ke skala maksimal.
Bagaimana tidak, suara itu persis seperti suaranya. Bukan, bukan suara Kudou Shinichi. Suara Conan lebih tepatnya.
Conan segera menengok ke arah sumber suara tersebut. Matanya menangkap sesuatu.
".... Gumpalan kain putih?" Gumamnya pelan.
Benda tersebut mulai bergerak perlahan. Topi yang berada di atasnya bergeser, menampilkan sesosok anak kecil. Matanya mengerjap lucu. "Are? Meitantei?"
Manik biru sang detektif membulat. "KID?"
Suara yang memanggilnya tadi memang suara anak-anak, namun ia tahu bahwa tidak ada orang lain selain si pencuri putih itu yang memanggilnya Meitantei.
"Iyh deck, ini rill gwejh. Kaitou KID, rival lo yang paling tamvan en cerdas UwU" Jawab KID yang membuat Conan bergidik ngeri. Wajah sang detektif mengerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrunk?!
FanfictionBagaimana jadinya kalau sang Magician Under the Moonlight, Kaitou KID juga mengecil akibat APTX 4869 yang sudah mengecilkan rivalnya? ⊱⋅ Warning ⋅⊰ ! OOC ! Main ship: KaiShin ! Slight harshword ! Including OCs ! Slowburn PARAH ⊱⋅ Disclaimer ⋅⊰ DCMK...