AIDEN PAMURA

1 1 0
                                    

   Kenalin nama gue Aiden Pamura biasa dipanggil Aiden. to the poin aja, gue pindah kesini karena pekerjaan nyokap dan bokap. "Ucap aiden memperkenalkan diri dikelas barunya"

   Karena kedatangan Aiden sekolah menjadi heboh karena anak tunggal dari keluarga Pamura mulai bersekolah di SMA Pelita Harapan Bangsa. Saat itu lah semua kaum hawa memulai atraksinya, ada yang hanya sekedar modus yang tujuannya hanya untuk berpapasan sama Aiden.

   "Sok cakep semua nih cewe" gumam Aiden.
   Karena Aiden masih anak baru, terpaksa Aiden kemana-mana harus sendiri kalau sekolah ini hanya seuprit tidak masalah baginya. Masalahnya sekolah barunya ini sangat luas mungkin anak baru seperti Aiden bisa tersesat jika tidak melihat denah.

   Sindy yang melihat Aiden kebingungan langsung menghampiri tanpa basa basi. "Lo anak baru?" tanya Sindy
   "Bukan urusan lo!" jawab Aiden dengan penegasan.
   "Jangan mikir macem-macem gue cuma mau nolongin lo doang kok" balas Sindy dengan raut muka yang genit.
   "Thanks, but gak usah sok akrab" jawab Aiden sinis lalu pergi meninggalkan Sindy dan teman-temannya begitu saja.
   "Keren banget tuh cowok" celetuk Sindy sambil senyum-senyum.
   "Lo yakin bisa dapetin dia, sekarang aja lo belum tau namanya" timpal Lea.
   "OMG!, Lo gak kenal sama Aiden?!" tanya Sindy tidak percaya.
   "Aiden saha?" jawab Lea polos seadanya.
   "SINI BIAR GUE JELASIN YA LEA, DIA ITU ANAK SATU-SATUNYA DARI KELUARGA PAMURA" jelas Sindy penuh penekanan.
   "Ayahnya itu sukses jalanin bisnis diluar negri, jadi ya gak heran dia bisa kaya raya" celetuk Maudy.
   Lea menggeleng tidak percaya selama ini dia kemana aja. "Tapi kalau diliat-liat ganteng juga ya, mending buat gue"  Lea penuh perasaan.
   "Aiden mah tipe gue banget" timpal Maudy.
   "Dih, apaan sih kalian. Gak ada yang boleh dapetin Aiden sealin gue" tangkis Sindy
   "Liat aja, gue bakalan dapetin tuh cowok gimana pun caranya" lanjut Sindy dengan sinis.
   "Merinding gue Sin" celetuk Lea.
   Maudy mengangguk "iya nih, bulu kaki gue langsung berdiri" timpal Maudy.
    "Auu!, Bodoamat mending kekantin" tanya Lea yang diangguk temen-temennya.

***

   "Aiden welcome disekolah baru" teriak salah satu murid cewek dari pojok kantin.
   "Apaan sih tuh cewe resek banget" celetuk Sindy geram.
   "Biasalah Sin, cewe caper modal mulut" timpal Maudy.
   "Biarin aja mending lanjut makan ntar dingin" celetuk Lea yang tengah menyantak Mie Ayam dengan lahap.
   Sindy mengaduk acak Mie Ayam di mejanya karena kesal dengan kelakuan cewek tadi yang berani caper ke Aiden.
   "Kalau gak mau sini buat gue" tanya Lea sambil tangannya bergerak menyentuh mangkok Mie Ayam Sindy.
   "Apaan sih Le, Ini gue mau makan" sambil menangkis tangan Lea yang ingin mengambil semangkok Mie Ayam miliknya.
   "Yaelah, lo sih dari tadi kerjaannya ngomel sama ngacak acakin Mie Ayamnya kan sayang" jawab Lea sambil meniup tangannya yang kesakitan ditabok Sindy.
   "Bacot lo" timpal Sindy mengarahkan ke wajah Lea.

   "Mang Chocolate hot no sugar satu ya" teriak Aiden sedikit pelan kepada salah satu abang-abang yang jual.
   "Siap! Ganteng segera dibikin." jawab mang yang Aiden maksud.
   "Gercep banget Mang kalau yang mesen ganteng" celetuk Thomi yang duduk tepat dibelakang meja Aiden.
   "Bro, gak mau join sama kita?" sahut Thomi melihat Aiden yang duduk sendirian.
   Aiden menoleh kearah sumber suara "Ee-- emang boleh?" tanya Aiden memastikan.
   Sebenarnya malas baginya join yang namanya Circle-circle lan apa lagi nyari sahabat, karena Aiden orangnya introvert dan susah bergaul membuatnya kesulitan untuk mendapatkan teman. Lagipula disekolah yang sebesar ini mana mungkin baginya untuk sendirian mulu, dengan terpaksa Aiden ikut nimbrung dengan mereka.
   "Gausah canggung gitu bro" ucap Thomi yang melihat Aiden sudah bergabung dimeja mereka.
   "Oh iya kita kan belum pada kenalan "Sup brow, nama gue Thomi Alaska. Biasa orang-orang manggilnya Thomi" sambil menggulurkan tangan.
   "Gue Aiden" balas Aiden dengan menggulurkan tangannya hingga membentuk salaman dengan Thomi.
   "Kalau disebelah kiri gue ini namanya Edwin. Dia orangnya agak pendiam" lanjut Thomi memperkenalkan temannya kepada Aiden.
   "Disebelah kanan ini namanya Yudha. Paling polos diantara kita berempat" tuturnya dengan semangat.
   "Dan disebelah lo namanya Panji. Dia paling dewasa diantara kita" ucap Thomi.
   "Salam kenal ya, A-aiden" ucap Edwin, Yudha, Panji bergantian.
   "Salam kenal juga, senang bisa kenal sama kalian" jawab Aiden yang masih bersikap canggung.

   Ting! Ting! Ting! Bell tanda berakhirnya istirahat telah berbunyi kepada seluruh siswa segera masuk kedalam kelasnya masing-masing--. Aiden yang tengah menikmati Chocolate hot yang dipesan tadi langsung bergegas masuk kedalam kelas, ia tidak ingin hari pertamanya akan telat masuk kelas bisa-bisa hilang seketika image nya sebagai keluarga Pamura.

   Karena itu Aiden bergegas pergi menuju ke kelasnya sambil berlari kecil, karena takut waktu, Aiden memutuskan menggunakan Lift agak cepat sampai masuk ke kelas. Aiden mulai memencet tombol yang tertera dilantai tiga dimana tempat kelas Aiden berada, karena sekolah SMA Pelita Harapan Bangsa ini adalah sekolah swasta dengan predikat tertinggi se Internasional. Jadi tak heran sekolahnya sekarang sudah menggunakan Lift bahkan eskalator pun ada layaknya mall-mall pada umumnya.

   Lantai Satu, Lantai Dua, Lantai Tiga, Tink! Pintu Lift pun perlahan mulai terbuka, dengan satu murid yang berdiri pas ditengah Lift. Melihat murid itu membuat Aiden terkesima layaknya melihat primadona.

   "Permisi, kok diem aja?" tanya gadis itu dengan nada lembut.
   Seketika mendengar suara gadis itu membuat Aiden tersadar "E-eh s-sorry" Aiden langsung keluar dari Lift dan meninggalkan gadis itu.
   "Mampus gurunya udah masuk duluan" gumam Aiden panik.
   "Anak-anak, sekarang buka bukunya halaman seratus tiga puluh--" belum sempat guru tersebut menyebutkan halaman sudah dipotong sama Aiden "Maaf buk saya telat"  ucapnya gelagapan.
   "Maaf tapi kelas ini sudah terisi semua murid, kamu salah masuk kelas" jawab guru tersebut kebingungan.
   Mendengar itu membuat Aiden seketika ingin menghilang dari posisinya, bisa-bisanya seorang Aiden anak dari keluarga Pamura pelupa. Lantas semua kelas terlihat sama hanya ia tidak melihat tulisan kelas yang tertera di atas pintu.
   "Ma-maaf buk, kalau begitu permisi" ucap Aiden gelagapan.
   "OMG! kenapa Aiden gak masuk kelas ini aja sih buk" tanya Sindy yang ternyata ada didalam kelas.
   "Mulai nih mata keranjang beraksi" sahut Thomi yang ternyata satu kelas dengan Sindy
   "Bacot lo Thom, mending lo aja gantiin Aiden" jawab Sindy  yang kesal dengan Thomi
   "Sudah jangan berisik, kita lanjut materi tadi" potong guru yang mengajar sambil memukul papan tulis dengan spidol.

   "Aduh tolol banget gue" gumam Aiden dalam hati sambil menggaruk belakang rambutnya.
   "Gara-gara tuh cewek sampai bikin gue malu" gumamnya lagi.
   Aiden bergegas masuk kedalam kelas dan langsung duduk di mejanya yang terletak paling samping dekat dengan jendela. Untung saja guru belum masuk kedalam kelas yang membuat kelas Aiden sedikit berisik. Ada yang main ponsel sambil rebahan, bergosip, hingga tidur.

   Permisi! Kalimat yang terdengar di kuping Aiden dan terdengar oleh semua orang yang berada didalam kelas. Karena penasaran Aiden menoleh dan melihat seorang gadis yang mulai berjalan ketengah papan tulis.

   "Itu kan cewek yang tadi, ngapain kesini" gumamnya
   "Apa jangan-jangan naksir sama gue lagi" lanjutnya sambil senyum tipis menandakan ia sedang kepedean.
   "Kami dari Mpk Osis ingin ngambil sumbangan musibah yang sedang teman kita alami, salah satu orang tua dari teman kita ada yang meninggal. Jadi buat kalian yang ingin berdonasi seikhlasnya lewat kotak amal yang kita pegang sekarang boleh banget.
  Gadis itu mulai berjalan bersama salah satu murid cowok yang sedang memegang kotak amal, satu persatu murid yang ada dikelas mulai memasukkan uang kedalam kotak amal, kini gadis dan murid cowok itu mulai mendekat kearah Aiden.
   "Sumbang seikhlasnya" ucap gadis yang tadi Aiden ketemu di Lift.
   "Kok malah bengong" tambah murid cowok yang kelelahan memegang kotak amal dari tadi.
   "Eh sorry, iya i-ini" Aiden menyodorkan selembar uang merah.
   "Terima kasih yang sudah mau berdonasi, semoga apa yang disumbang bisa diganti yang berlipat oleh Allah SWT." Ucap murid cowok yang ternyata Ketua Osis Sma .
   "Amiin---" jawab murid dikelas kompak.
   Gadis dan Ketua Osis mulai berjalan menuju pintu keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Crush MadelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang