2orang yang hancur 🥀

149 15 0
                                    

"Maaf? Empat huruf satu kata itu mampu membuat duniaku runtuh." Lee Haechan.
_____

Semilir angin siang menyapu rambut hitam itu, gemuruh ombak terdengar rileks, sejuknya suasana pantai membuat Renjun, menghembuskan nafas beratnya.

Di sinilah dia saat ini, di sebuah pantai yang sering Haechan dan Renjun, datangi ketika waktu senggang, jika dulu dia datang berdua, sekarang dia hanya datang seorang diri.

Melihat air laut yang menyatu dengan pasir, dan gemuruh ombak yang menyatu dengan angin, membuat Renjun, mengingat kenangan indah bersama dengan Haechan.

"Dulu di sini kita sering tertawa lepas, mengukir senyuman indah, menjadi waktu yang tak dapat aku lewati."

Bibirnya tersenyum sambil mengucap, walaupun senyuman itu adalah senyuman pahit, setidaknya dia tersenyum di balik sakit hatinya.

"Aku menjadi malam gelap tanpa terang bulan, menjadi hujan tiada cerah, menjadi awan yang selalu mendung, Hiks! Hiks! Nyatanya, aku juga tidak dapat menerima kenyataan ini."

Bibirnya terus bergumam melepaskan sebuah unek-unek yang terpendam. Bohong sekali, jika dia baik-baik saja. Dia rapuh, dia hancur, seorang Huang Renjun, telah mundur dari pertahanannya, dia telah pupus dari janjinya, hingga orang yang paling dia cintai membencinya.

"Kamu boleh membenciku Lee Haechan, tapi aku akan selalu mencintaimu sampai akhir hidupku. Hiks! Hiks! Maaf, jika aku menjadi luka yang menyakitkan di hatimu."

Air matanya menjadi saksi bahwa dia telah hancur dari segalanya, sesaknya dada memperlihatkan jika dia tidak mampu menahan rasa sakit di hatinya, harinya hampa tanpa adanya canda dan tawa dari Haechan.

Harinya kosong tanpa ada senyuman cerah Haechan, malamnya menjadi sunyi tanpa ada kata penenang dari Haechan, dan bahu untuknya bersandar sudah pergi dan mungkin tak akan kembali.

"Hiks! Hiks! Hiks! Sakit sekali." Lelaki Huang, itu meremas dadanya, karena sakit yang tak terlihat, namun jelas dari tangisannya.

Entah kembali lagi atau tidak? yang Renjun, tau sekarang Haechan, sudah membencinya. Biarkan semuanya berjalan seiring waktu, biarkan memory itu menjadi waktu indah yang telah keduanya lewati, dan tak akan mungkin mudah untuk di lupakan.

"Makasih untuk waktu 6thn, makasih karena selalu kuat menghadapi aku, makasih untuk semua kasih sayang yang kamu berikan, terimakasih sudah membuat aku, menjadi semestamu. Hiks! Hiks!"

Tangisannya semakin pecah tak karuan, tangan kirinya meremas pasir, memperlihatkan jika dia sedang merindukan sosok Lee Haechan.

"Sesakit inikah Lee Haechan," imbuhnya bersama isak tangis.

"Jika memang menyakitkan kenapa di lepaskan?" Tanya seseorang dari belakang Renjun, dengan suara lembutnya.

Renjun, berbalik melihat siapa yang saat ini ada di belakangnya, lelaki itu tersenyum cerah ke arah Renjun, saat kedua mata mereka bertemu.

"Ten Hyung," ucap Renjun, buru-buru menghapus air matanya.

"Jangan di hapus. Hyung, mengerti." Ujar Ten, duduk di sebelah Renjun. "Sini bersandar ke Hyung," pinta Ten, membawa kepala Renjun, ke bahunya.

"Hyung, Hiks! Hiks! Aku, Hiks!" Sungguh Renjun, ingin sekali curhat pada Hyungnya itu, namun mulutnya kelu, tidak dapat mengucapkan apapun.

"Apa yang sedang menimpamu sekarang Renjun? Ceritalah Hyung, akan mendengarkan." Tanya Ten, mengusap lembut punggung Renjun.

Bagi Ten, Renjun sudah seperti adiknya sendiri, sama-sama merantau jauh, dan sama-sama pernah berada di posisinya, dan sama pernah rapuh nan hancur seperti apa yang di alami Renjun, sekarang.

You Are My Destiny|Hyuckren|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang