Tidak tau ini rasa apa, tapi entah kenapa jantungku berdebar hanya dengan menatap matanya.
........
Aku berguling tak nyaman di kasur ku, semalam aku tidak bisa tidur akibat penasaran dengan obrolan mama dan bumi sore itu.
Ini sudah tiga hari sejak obrolan itu terjadi, dan selama tiga hari ini juga aku tidak bisa tidur dengan tenang.
Entah apa yang mama ucapkan pada Bumi sehingga aku melihat laki-laki itu pulang dengan raut wajah yang kebingungan. Bahkan setiap malam laki-laki itu terlihat melamun di balkon kamarnya, dan aku baru pertama kali melihat nya tidak menyentuh buku-buku pelajaran.
Aku jadi merasa sedikit bersalah, apakah mama mengancam bumi yang membuat psikis laki-laki itu terganggu? Atau mama mengucapkan kata-kata yang menyakiti laki-laki itu?
Dengan memikirkan nya saja kepala ku sudah pusing, saat ini masih jam 5 pagi. Dan aku memutuskan untuk mandi.
Luka-luka ku sudah mulai sembuh dan kaki ku sudah bisa berjalan dengan normal. makanya hari ini aku berniat untuk sekolah.
Kalian jangan berfikir aku buru-buru sekolah hanya karena takut tertinggal pelajaran. Bukan sama sekali, aku hanya rindu dengan semangkok mie ayam mang deden yang membuat ku ngiler sejak semalam.
Semalam dengan tidak tau dirinya Aquila mengirim fotonya yang sedang makan mie ayam mang deden ke grup kami. Dan itu berhasil membuat ku memutuskan untuk sekolah hari ini. Sudah sejak semalam aku memaki Aquila akibat membuat diriku ngiler. Dia tau saja apa kelemahan ku.
Aku menuruni tangga satu persatu, tas ransel sudah aku cangklong kan di bahu kiri, rambut sebahu ini aku ikat satu, sepatu sneakers putih ku membawaku duduk di meja makan, sudah ada mama dan-
"AYAHHH!"
Aku berlari memeluknya begitu aku menemukan ayah sedang duduk di meja makan. Ah, rindu sekali aku dengan ayahku ini.
"Hai girl, gimana keadaan kamu? " Ayah mengusap rambutku lembut, tangan ku masih setia memeluknya.
"Udah enakan, ayah kapan pulang?"
"Semalam, ayah mau bangunin kamu tapi kamu udah tidur."
Aku melepaskan pelukanku, "oleh-oleh nya di bawa kan?" Tanyaku antusias, ayah langsung menarik hidungku pelan.
"Dasar anak ini! Bukannya bertanya keadaan ayah malah menagih oleh-oleh. sudah ayah siapkan di kamar, nanti kamu ambil saja."
Aku cengengesan, kemudian mengecup pipinya, "thank you ayahku sayang!"
"Sudah capat sarapan, keburu telat nanti," Suara mama menginterupsi, aku kemudian memakai sandwich yang mama Siapakan sesekali bercanda bersama mereka.
Setelah sarapan, aku memutuskan untuk berangkat. Aku melirik jam tangan hitam di pergelangan tanganku, 20 menit lagi gerbang Bima Sakti sudah di tutup.
"Zavi berangkat dulu ya," Ucapku menyalami tangan kedua orang tuaku.
"Hati-hati, hari ini jangan bolos kamu." Mama memperingati, sembari merapihkan dasi ku yang sedikit miring.
"Tergantung hehe, kalo gerbangnya udah tutup aku bolos."
"Zaviiii"
"Iya iya enggak bolos." Ujarku cepat ketika mama sudah melirikku dengan tatapan mautnya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/290568167-288-k121775.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Beautiful Journey
Teen FictionKisah kecil tentang arti sebuah luka. Arti sebuah kegagalan, dan arti sebuah kekecewaan. Zaviera Aluna belajar itu semua dari sosok Bumi angkasa Ariestya. Laki-laki dengan sejuta misteri di dalamnya. Laki-laki dengan beribu luka di hidupnya. Laki-la...