Sudah pernah ku bilang sebelumnya, dibalik kesempurnaan, pasti ada cacat celah, tugas kita hanya perlu menerima tanpa harus menghakimi.
***
Aku mencoba mengalihkan fokus ku pada ponsel yang ada pada genggamanku. Mencoba mengabaikan tatapan aneh dari Aquila dan Amora yang sedari tadi menatapku penuh pertanyaan.
Sungguh saat ini aku tidak ingin di tanya macam-macam, dalam hati aku berdoa semoga Bu Sena cepat sampai agar diriku tidak usah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kedua sahabatku ini.
Pasalnya tadi aku masuk bersama dengan Bumi, padahal Bumi tadi pergi lebih dulu, entah kemana dulu laki-laki itu sehingga kami masuk kelas bersamaan. Untung saja jam pertama tadi jamkos, sehingga aku tidak mendapat hukuman.
Sebenernya jika hanya aku yang datang terlambat, Teman-teman ku tidak akan bertanya macam-macam karena sudah biasa, tapi yang datang terlambat kali ini seorang Bumi. Catat, BUMI ANGKASA ARIESTYA. Siswa paling Rajin, siswa Pararel 1 SMA Bima Sakti. Bahkan prestasi nya tidak bisa aku sebutkan satu persatu saking banyaknya.
"Sumpah lo apain tu anak sampe telat kaya gitu?" Pertanyaan pertama yang di lontarkan Aquila setelah aku menatap mereka.
Dan apa tadi pertanyaannya? Aku mendengus kasar, seperti aku seorang hama yang membawa pengaruh buruk saja.
"pertanyaan lo seakan gue jahatin Bumi anjir." Ujarku pada Aquila.
"Ya abisnya itu Manusia paling Rajin bisa ngikut telat sama lo, siapa yang engga heran coba?" Belanya yang kali ini di angguki Amora.
"Gue ngga tau apapun sumpah deh, pas gue mau berangkat Bumi baru berangkat juga, kesiangan kali."
"Kesiangan kenapa deh, kok tumben banget?" Kali ini Amora yang bertanya, menatap Aku dan Aquila bergantian.
Aku dan Aquila hanya mengangkat bahu. Kami memang tidak pernah tau kehidupan Bumi, entah apa yang membuat laki-laki itu kesiangan juga bukan urusan kami sebenarnya.
"Belajar dari sore sampe subuh kali, hari ini kan ulangan Bu sena, tau sendiri engga ada ulangan susulan apalagi remedial," Ucap Aquila menerka-nerka, tapi sepertinya bukan karena itu.
"Kayaknya engga dari sore deh, dia mulai belajar tengah malem." Ucapku spontan membuat Aquila dan Amora menatapku terkejut.
"Kok lo bisa tau sih?"
Aku menutup mulutku, sialan keceplosan!
Aquila menatapku penuh tanya, Amora pun sama penasarannya.
"Jangan-jangan lo ada sesuatu ya sama Bumi?"
Aku gelagapan, tidak mungkin aku menjawab jika semalam Bumi pergi denganku, bisa di ledek habis-habisan oleh mereka.
"Wah gue kemaren udah curiga sih mor, waktu lo engga sekolah-
"Eh engga ya, engga seperti yang kalian pikir." Ucapku sedikit ngegas, menyela ucapan Aquila yang sudah kemana-mana itu.
"Kemaren gue liat dia baru pulang jam 9 malem, kalian tau kan kalo gue tetanggaan sama Bumi. Makanya gue tau semalem dia belajar tengah malem." Aku buru-buru klarifikasi, takut mereka membahas yang tidak-tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Beautiful Journey
Teen FictionKisah kecil tentang arti sebuah luka. Arti sebuah kegagalan, dan arti sebuah kekecewaan. Zaviera Aluna belajar itu semua dari sosok Bumi angkasa Ariestya. Laki-laki dengan sejuta misteri di dalamnya. Laki-laki dengan beribu luka di hidupnya. Laki-la...