Prolog

21 3 1
                                    

Bumi pun turut bersedih, membasuh jalanan dengan riakan alam. Setiap tetesnya seakan menghapus derita sang gadis yang dalam isak tangisnya berlari menerjang hujan.

Aroma khas semerbak yang menghidupkan rindu membelai indranya. Menyambutnya, dalam dekap harum kehidupan. Senyuman lega menandakan leburnya segala sesak dalam jiwanya kala aroma tanah berpadu dengan hembusan lembut angin.

Mengusapkan pengharapan baru di pipinya yang basah. Ia tersenyum, merentangkan tangan dan memejamkan mata, membiarkan derai hujan membasuh deritanya, seakan berbisik menenangkan.

"Teruslah melangkah, ada seribu keajaiban terselip dalam deraiku.

Rasanya masih terlalu awal, jika kamu menyerah pada episode ini. Bahkan, bagian prolog belum rampung kamu tulis. Narasinya belum genap dibaca secara utuh.

Jangan dulu menyerah, aku tahu kamu ragu untuk melangkah. Tapi, semua orang pernah lelah dan itu adalah hal yang kaprah. Beri jeda sebentar untuk dirimu rebah.

Jangan biarkan perjuanganmu berhenti di sini. Jalan cerita yang perlu kamu jalani masih panjang, bersama tokoh baik dan alur yang kamu harapkan. Bertahanlah, sampai pada epilog yang sebenarnya."



Tasikmalaya, 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elaina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang