BAGIAN 13: PERTARUNGAN TERAKHIR

145 60 6
                                    

HAPPY READING

•••

Suasana dalam ruangan itu semakin menyesakkan. Udara terasa semakin berat, dan setiap detik yang berlalu seolah menjadi beban yang semakin berat untuk ditanggung. Mereka berdiri dalam keheningan yang mencekam, matanya berkeliling ke sekeliling ruangan, berusaha menemukan jalan keluar atau petunjuk apa pun yang bisa mereka gunakan untuk melarikan diri. Namun, semuanya tampak sia-sia.

Tawa gadis itu yang menghilang begitu saja masih terngiang di telinga mereka, seperti bayangan yang mengintai, berusaha merayapi pikiran mereka. Wajahnya yang pucat dan mata kosong itu terus menghantui mereka, mengingatkan mereka bahwa sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap sedang mengawasi.

Januari menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan diri untuk tidak panik. "Kita nggak bisa terus begini. Kita harus keluar dari sini, dan kita harus tahu siapa sebenarnya dia."

"Tapi kita nggak tahu apa-apa tentang dia!" Elang berteriak, jelas sekali merasa frustrasi. "Gue nggak tahu harus percaya sama siapa lagi di sini!"

Mahendra yang sebelumnya diam, kini mulai bergerak, mencoba mencari-cari sesuatu di dalam ruangan itu. Tangannya menyentuh salah satu dinding yang tampaknya berbeda dari dinding lainnya. "Ini… ada yang aneh di sini," ujarnya. "Gue rasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik dinding ini."

Septian mendekat dan ikut memeriksa. "Lo yakin, Hen? Gue nggak lihat apa-apa." Namun, setelah beberapa saat, ia ikut merasakan ada perbedaan dalam struktur dinding tersebut.

"Enggak, lo liat deh," ujar Mahendra sambil memindahkan beberapa potongan kayu di dinding. Tiba-tiba, mereka mendengar suara yang datang dari balik dinding itu, seperti suara berdesir. Pintu kecil tersembunyi terbuka perlahan, dan di dalamnya, mereka menemukan sebuah ruang tersembunyi.

"Ini… tempat apa?" tanya Gabriel dengan suara terkejut, namun penuh rasa ingin tahu.

Sebelum mereka bisa memasuki ruangan itu, suara tawa gadis itu kembali terdengar, lebih dekat dari sebelumnya. "Kalian takkan pernah keluar dari sini," suara itu mengalun, seolah datang dari setiap sudut ruangan.

Januari berbalik, matanya tajam. "Berhenti! Apa yang lo inginkan dari kita?!"

Tapi gadis itu hanya tertawa pelan. "Aku ingin kalian melihat apa yang telah terjadi, melihat wajahku yang sebenarnya." Dengan cepat, ia melangkah maju, wajahnya yang sebelumnya tersembunyi di balik rambut panjangnya kini mulai tampak jelas.

Wajah gadis itu berubah. Bukan hanya sekadar pucat dan dingin, tetapi kini tampak retakan-retakan yang seolah membelah kulitnya, seperti kulit manusia yang rapuh dan terkelupas. Matanya yang kosong mulai meneteskan darah hitam yang mengalir deras, menambah kesan menyeramkan yang semakin mencekam.

"Lo… lo bukan manusia, kan?" tanya Mahendra dengan suara tercekat, meskipun ia berusaha tetap tegas.

Gadis itu hanya tersenyum sinis. "Kalian baru sadar? Aku memang bukan manusia, tapi aku juga bukan hantu biasa. Aku adalah sesuatu yang jauh lebih gelap daripada itu."

Sosok itu bergerak semakin dekat, dan setiap langkahnya terasa mengganggu ketenangan mereka. "Aku adalah bayangan dari masa lalu kalian," lanjut gadis itu, suaranya semakin serak, seperti terbungkus dalam lapisan ketakutan yang mendalam. "Aku adalah pengingat dari kesalahan yang tak bisa diperbaiki."

TRAGEDI KAMAR 07 - 17 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang