1

4 0 0
                                    

Tidak ada suara lain diruangan itu. Hanya bunyi samsak yang dipukul dengan intensitas pukulan yang terus meningkat.

Gadis itu menghentikan gerakannya, kini yang terdengar adalah desahan napasnya yang berburu dengan detak jantung. Rein mengangkat tangannya lagi, bersiap untuk kembali melayangkan pukulan. Sensasi itu, dia berusaha meresapinya. Merasakan bagaimana emosi itu terlampiaskan. Bagaimana kesal itu hilang bersama kepalan tangan yang menyentuh bantalan tinju.

Dari kejahuan, seorang sosok tersenyum melihat pemandangan itu. .Entah apa yang ada dipikirannya.

"Disini kau rupanya" Seorang pemuda menghampiri sosok itu. Ia belum melepaskan pandangannya dari Rein. Membuat pemuda yang baru datang tadi tertarik melihat kearah yang sama.

"Gadis itu. Sampai kapan kau akan mengamatinya saja dari sini?" Ucap pemuda itu lagi. Yang ditanya hanya diam lalu memutar badannya meninggalkan tempat itu.

"Huhh. Aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan" Pemuda itu berjalan menyusul sosok tadi meninggalkan ruangan.

~****~

"Rein" Seorang gadis berambut merah memanggil dari meja kantin sebelah kiri. Dia Keysha teman sekamar Rein di Akademi.

Akademi itu adalah tempat melatih calon agent internasional yang tidak terikat oleh negara manapun. Mereka direkrut secara rahasia melalui pesan misterius yang masuk setelah mereka lulus dari sekolah menengah. Namun lain halnya dengan Rein. Seorang agen yang tengah bertugas mendapati ia berencana melompat ke sungai dari atas jembatan di musim dingin. Dari jarak seratus meter itu mustahil untuk mencegah Rein yang sudah melangkah kesisi lain jembatan menjatuhkan diri ke sungai.

Rein mengarahkan pandangannya menyapu seluruh bagian kantin. Namun semua tempat telah terisi. Hanya tersisa satu tempat kosong didepan Keysha. Rein pun mendudukkan dirinya di bangku yang berhadapan dengan Keysha. Ia tidak tersenyum ataupun menyapa, gadis itu langsung melahap roti isi yang ia pilih untuk sarapannya. Meja itu hening tanpa obrolan, sangat kontras dengan semesta sekitarnya. Hal itu yang membuat Rein tidak nyaman. Ia menghabiskan sarapannya lalu meninggalkan tempat itu tanpa sepatah katapun.

Keysha menatap gadis yang berlalu itu dengan bibir yang ditekuk ke atas. Dia tidak pernah bisa memulai obrolan dengan gadis itu. Dia selalu terburu buru menghabiskan sarapannya, dia juga bangun lebih cepat setiap paginya hingga Keysha tak pernah sekalipun berbicara dengannya dikamar. Pagi itu pertama kali mereka duduk di bangku yang sama karna tak ada lagi bangku kosong dikantin itu. Biasanya Rein bangun pagi pagi sekali, dan sarapan saat belum ada tanda tanda kehidupan di kantin itu selain para robot pekerja akademi yang bertugas menyiapkan kebutuhan perut para penghuni akademi.

"Aku takkan menyerah Rein, kita akan jadi teman dalam waktu dekat" Gumam Kaira sebelum memasukkan potongan terakhir roti isi kemulutnya.
Keysha adalah orang yang mudah bergaul, bahkan dia punya teman disetiap angkatan. Rein satu satunya orang yang tidak bisa ia dekati dalam sejarah pergaulannya meski mereka satu kamar.

...

To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang