"Park Jisung," Sebuah suara tegas terdengar melalui interkom. "Segera masuk ke ruangan ku."
Jisung mengalihkan perhatiannya ke depan, seringai menghiasi wajah cantiknya saat dia mengamati postur bosnya yang tegang dan matanya yang menyipit.
Setiap kali Jeno datang ke mejanya, Jaemin selalu memanggil Jisung ke ruangannya, meminta tugas tak masuk akal segera diselesaikan.
Jaemin telah melakukannya selama tiga bulan terakhir, sejak pekerja magang baru, Jeno, mulai bekerja di perusahaan tersebut dan tertarik pada Jisung. Dan Jisung tahu persis kenapa Jeno mengunjunginya di mejanya untuk mengobrol dan membuat Jaemin gelisah. Dia hanya menunggu bosnya yang tidak sadar itu menyadarinya juga.
Sambil tersenyum, Jisung berdiri dari kursinya, merapikan pakaiannya sebelum dengan sopan mengucapkan selamat tinggal pada Jeno. Saat dia berjalan menuju pintu ruangan bosnya, dia menghirup aroma kopi yang melayang-layang di udara. Sekali lagi, dia menyeringai pada dirinya sendiri. Jaemin mudah dibaca.
Dia bertanya-tanya alasan apa yang akan dilontarkan sang alpha hari ini.
Jisung mendorong pintu hingga terbuka, tidak mau mengetuk terlebih dahulu. Aroma kopi benar-benar menguasai akal sehatnya tetapi aroma itu tidak membuatnya sesak. Malah, hal itu sangat menenangkannya. Dia selalu menyukai aroma kuat Jaemin.
Dia menutup pintu dengan tenang di belakangnya dan berjalan menuju meja bosnya, sepatunya mengetuk lantai marmer dengan lembut.
Mata gelap sang alpha terpaku padanya saat dia berjalan melintasi ruangan itu, matanya perlahan menelusuri seluruh tubuh Jisung sebelum kembali ke wajah cantik sang omega.
"Ya, Tuan Na?" Jisung bersenandung sambil tersenyum manis. "Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"
Sang alpha terdiam sesaat, menatap Jisung dengan tatapan tajam namun ekspresinya kosong. Dia berdehem sebelum menoleh ke samping, memutuskan kontak mata.
Tindakannya tidak membuat Jisung patah semangat. Dia tahu persis apa yang dipikirkan Jaemin bahkan dengan wajah tanpa ekspresi itu. Jisung menunggu dengan sabar, tangan di belakang punggungnya, saat sang alpha mencari-cari alasan.
Jaemin berdehem sekali lagi dan Jisung mencoba yang terbaik untuk menahan tawa.
"Komputer ku," sang alpha memulai. "Suaranya terlalu keras dan berisik. Tolong perbaikilah untuk ku."
Kali ini Jisung tertawa pelan. Jaemin benar-benar kehabisan alasan. Dengan senyuman di wajahnya, sang omega mengitari meja saat Jaemin sedikit menggeser kursinya ke belakang. Jisung membungkuk dan meraih mouse komputer.
Dia menyeringai ketika dia tahu pantatnya tepat di depan wajah sang alpha, kebetulanpun hari itu ia memakai skinny jeans ketat yang semakin membentuk bagian indah tubuhnya. Dia mendengar Jaemin menarik napas kuat saat dia membungkuk sedikit lebih jauh, sambil melengkungkan punggungnya.
"Bagaimana kau menyukainya, Tuan?" Jisung bertanya.
Satu detik berlalu tanpa jawaban. Jisung menekuk sikunya, meletakkan lengannya rata di atas meja.
"Tuan?" Dia bertanya lagi.
Jaemin terbatuk, terkejut, "Maaf, Jisung. Apa katamu?"
Jisung menoleh untuk melihat kembali ke arah sang alpha, matanya berbinar gembira. Jaemin terlihat sangat bingung.
"Aku bilang bagaimana, apakah kau menyukainya tuan?"
Rona merah menyebar di pipi Jaemin. Dia terbatuk kecil.
Ya Tuhan, kalau bisa Jisung ingin memakannya. Ah bukankah dia yang nanti akan menjadi santapan lezat sang alpha. Jisung tertawa dalam hati ketika pikiran gila itu terus muncul.