7. Aku Pulang

788 16 6
                                    

Amira, memusuhi Aurel?

Aku baru saja mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya. Jika Amira tahu aku sepupunya Aurel, apa yang akan dia lakukan padaku?

"Amira. Sepertinya aku harus kembali sekarang." Aku mencoba untuk pamit darinya.

"Ah. Silahkan." Amira menjawab dengan nada datar tanpa melihat ke arahku. Matanya masih menatap ke Aurel dengan tatapan buas.

Apa di sekolah Aurel akan baik-baik saja? Aku takut dia suka dibully oleh beberapa orang.

"Oh iya, kak. Aku belum tahu nama kakak." Amira menghadap ke arahku lalu bertanya dengan ceria. Dia seperti baru kembali dari kepribadian lainnya.

Namaku? Jika aku beritahu nama asliku, apakah akan baik-baik saja? Atau aku harus menggunakan nama palsu saja yak?

Aku takut Amira tahu kalau Jimmy adalah sepupunya Aurel, sehingga dia akan menjadi musuh kami berdua. Aku tidak ingin seperti itu sebelum tahu cara menyelesaikan masalah ini.

"Emm... Kamu bisa memanggilku, Azimi." Hanya sedikit aku pelesetkan.

Aku pun berpisah dari Amira setelah berterima kasih padanya sekali lagi. Kemudian aku kembali ke tempat Seli dan tante menunggu. Sewaktu mereka melihatku...

"Ehmm, kamu Jimmy?" Tanya Seli dengan mata membelalak.

"Ara. Ante sampai tidak mengenal ini siapa." Bahkan tante juga demikian.

"Kamu ngapain make pakaian itu, Jimmy? Mana seragam cewe pula!" Seli menarik kedua bahuku dan marah-marah. Tapi wajahnya juga memerah karena malu melihatku.

"A, aku... Aku..." Akupun menjelaskan kepada Seli dan tante tentang apa yang terjadi, dengan sedikit di ubah.

Sewaktu ke toilet, aku tidak sengaja terkena air dan seluruh bajuku basah. Jadi seseorang membantuku mencari baju ganti, namun yang ada cuman seragam ini. Aku tidak punya pilihan lain daripada masuk angin.

"Tidak apa kok Jimmy. Kamu malah jadi terlihat cantik." Tante memuji.

"Emmm... Jangan bikin malu napa." Seli cemberut sebal, padahal di sini aku yang jauh lebih malu.

Sebelum kami pulang, kami bertemu kembali dengan Aurel yang baru selesai dari latihan. Dia dan mamahnya, tentu sama terkejutnya sewaktu melihatku.

"Kak Jimmy... " Aurel menatap dengan tatapan menjijikkan. "Kak Jimmy hobinya aneh."

"Bukan begitu, Aureell..."

Setelah menjelaskan lagi yang kedua kalinya, mamah Aurel dan tante hanya bisa cekikikan melihatku dengan pakaian ini.

"Boleh difoto gak?" Tanya mamah Aurel.

"No!" Aku langsung bersembunyi di balik Seli. Tapi Seli, dia menatapku dengan mata datar begitu lama.

"Ide bagus."

"Jangann... "

Mamah Seli meminta seseorang untuk memfoto kami bertiga. Aurel dengan pakaian balet, Seli dengan seragam sekolah SMP, lalu aku dengan seragam SD sekolah ini.

Ini mengingatkan aku ketika menjadi boneka dandan nya seli semasa SD. Seli, Aurel dan Putri, mendominasi diriku menjadi mainan mereka.

Karena suasana ini membuatku tegang, teman kecilku juga ikutan tegang. Rok yang aku pakai muncul tonjolan kecil yang bergerak di antara kedua kaki.

Aku buru-buru menutupinya dengan totebag dan tidak akan melepaskannya. Jika seseorang melihatku, dia pasti berteriak aku orang mesum.

"Kak Jimmy." Aurel memanggilku. "Boleh ke sini sebentar?"

Aku dan Popok 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang