𝕻𝖗𝖔𝖑𝖔𝖌

2 0 0
                                    

     Pagi yang tak cerah, hujan yang selalu turun serta kekesalan yang terus berada di hati maupun kepala Atira.Kini ia sedang memasuki sekolah untuk menuntut ilmu, perasaannya yang bermalas-malasan terus ada di pikiran, begitu sampai di kelas ia ingin tidur, itu diperintahkan pagi ini.

"Tira!" seru seorang perempuan berambut panjang pirang dan cantik nan lucu dengan wajah khasnya yang bulat.

Atira yang baru saja duduk dan ingin menaruh lengan dimeja untuk dijadikan bantal berdecak sebal.

"Ha?" ia menoleh dan memasang wajah datarnya

"gue tau lo mau males-malesankan?, nih gue mau nunjukin sesuatu" perempuan itu menunjukkan ponselnya, Atira semakin sebal

"argh, cape gue liat lu berdebat mulu putus aja sono!" kesal Atira sambil menaruh lengan dimeja dan memejamkan mata, siap tidur.

"Tira- Tir, ah Tira..." perempuan itu mengguncangkan lengan Atira

"ck, apalagi si?" Atira siap memposisikan menjadi duduk dan siap mendengarkan.

"gue gamau, gamau putus sama Joice, gue sayang banget sama dai Tir!" kini perempuan itu berkaca-kaca.

"Clay, udah berapa kali lu kek gini?, mau sampai kapan lu harus mempertahanin kalo emang ga bisa bersatu?" Atira menatap sahabatnya dengan penuh kekesalan karena kisah cinta Clayrin yang tak pernah damai.

"gue yakin Joice pasti akan minta maaf ama gue, gue yakin" Clayrin Memperkuat dirinya

"ya serah lu aja, tapi ingat yang selalu gerak itu lu bukan dia" Atira hendak melanjutkan bermalas-malasan namun bel telah lebih dulu berbunyi.

TRING!

"..." Atira kesal 

"hehe maap ya gara-gara gue lu jadi kaga bisa tidur" Clayrin kembali ke tempat duduknya di sebrang Atira.

"hai Tira, Clay!" ucap perempuan yang membuat teman sekelasnya terkejut

"Pani?, lu udah balik dari Amerika?" tanya Clayrin sambil mendekat

"seperti yang lo liat sekarang" yang menjawab bukan perempuan itu melainkan Atira dengan nada ketus

"apasi lo, gue nanya Pani juga!" Clayrin mulai kesal

"lagian pertanyaan lo aneh, jelas-jelas gue di depan mata lu" perempuan itu memeluk sahabatnya yang sangat menggemaskan

"Stivani!, Clayrin!, duduk ditempat masing-masing!" tegas guru matematika

"baik pak!" jawab keduanya berbarengan.

" " "

TRING!

Kini waktu telah berganti, Atira dan kedua sahabatnya pergi kekantin sambil berbincang-bincang tentang keseharian Stivani di Amerika.

"Joice" lirih Clayrin yang memilihat adanya sosok sang kekasih di kantin 

"dia aja seneng-seneng tuh ama temennya ketawa bahagia"sambung Stivani" masa lu cemebrut mulu" 

"pani diem lo!" tukas Clayrin sambil memainkan ponselnya, Clayrin mengirim pesan pada sang kekasih.

"gue beli bakso lu pada mau apaan?" tawar Atira

"samain aja kita-kita mah" jawab Stivani, Clayrin sibuk dengan ponselnya

"yaudah" Atira pergi untuk mengantri

"Joice kenapa lu ga pernah mau gerak duluan?" Clayrin melihat ponselnya dengan harapan pesannya balas

"Clay, yang namanya laki gengsinya gede bwanget, apalagi ini kan jatuhnya lu yang demen duluan ama dia" ucap Stivani yang membuat Clayrin semakin kesal dengen kekasihnya

"gue putus aja kali ya ama Joice?, tapi gue cinta banget ama dia" Clayrin mulai berkaca-kaca kembali

"cinta ga harus memiliki, cinta itu yang lu ikut bahagia disaat dia bahagia ama yang lain" Stivani mengusap kepala Clayrin dan tersenyum simpul

"Pani, Joice itu cowo yang pertama kali gue suka, ga kebayang gue ngelepas dia" Clayrin melirik kekasihnya

"dia manusia yang ingin merasa bebas, lepas aja kasian di kurung terus" Stivani menyadari air mata Clayrin mulai mengalir membasahi pipi tembamnya

"anak kecil nangis gara-gara cinta, padahal cinta orang tua lebih besar" ucap Stivani sambil mengelus lengan sahabatnya

"beda cerita " jawab Clayrin

"tuh balesan dari Joice," tak ada yang menyadari kalau Atira telah kembali, Atira menaruh nampan yang berisi bakso tiga mangkuk dan es teh tiga gelas di meja.

"Tunggu, aku lihat dulu" Clayrin dengan gesit mengambil ponselnya

"Tir, gue nanti mau cerita"sambung Stivani"tapi rahasia"

"cerita aja, paling gue banting lu nya kalo cinta-cintaan" ucap Atira sambil menyuap bakso

"hehehe" Stivani tersenyum getir

Atira menyadari kalau sahabatnya yang memainkan ponsel itu sedang tersenyum, aneh bukan ia sedang bermasalah dengan kekasihnya?, senyuman semakin mengembang di wajah sahabatnya, adakah yang istimewah?



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dicintai -AtiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang