Tiga Belas

1.5K 111 26
                                    

Hari terakhir di lokasi pengungsian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari terakhir di lokasi pengungsian. Mereka masih menjalankan kegiatan sesuai agenda dan berencana pulang di siang hari nanti. Sengaja agar tidak terlalu malam saat di perjalanan, karena sebagain mahasiswa memiliki kelas besok pagi, contohnya Nadila.

"Nad?"

Panggilan Bella membuat Nadila menoleh. Dia mendapati teman barunya yang bergerak gelisah di tempat. Tahu apa penyebabnya, Nadila langsung mengusap bahu gadis itu.

"Thank's udah kasih tau gue. Nggak usah ngerasa bersalah. Gue udah tau semuanya kok."

"Lo ... Tau pertamakali dari gue?"

Nadila menggelengkan kepalanya. Meskipun bukan tahu pertama kali dari Bella, tetapi ucapan gadis itu sangat membantu untuk keputusannya.

Tampak Bella menghela napas panjang seolah melepaskan beban yang cukup berat. "Gue pikir lo marah, terus nggak mau temenan sama gue lagi," ucapnya setelah itu.

"Nggak lah. Gue masih anggep lo teman dan gue nggak marah."

Bagi Bella itu sudah cukup. Dia tidak bertanya masalah kelanjutan hubungan Nadila dan Kavi setelah itu agar tidak menyinggungnya. Berteman dengan Nadila yang cukup populer dari fakultas Seni merupakan suatu kebanggaan untuknya.

Mereka pun melakukan aktivitas masing-masing sampai siang hari. Kebanyakan dari mereka malah berbincang-bincang dengan masyarakat untuk program lanjutan yang diusulkan Jay kemaren. Semuanya sudah sepakat akan mengusulkan pengiriman mahasiswa KKN ke beberapa lokasi di sini. Tentu dengan berbagai program yang membantu masyarakat, terutama Ibu-Ibu.

Kali ini Nadila bergiliran masak di dapur umum untuk makan siang. Sesuai perkiraan, makanan yang diperlukan kurang lebih 1000 bungkus untuk satu waktu. Itu cukup banyak untuk Nadila kadang hanya membantu Ibunya memasak. Namun, karena tujuan mereka di sini tulus dan ikhlas, tidak ada rawut wajah lelah sedikitpun. Bahkan banyak petugas atau relawan melemparkan canda tawa.

Nadila kebagian menggoreng ikan bersama Ibu-Ibu dengan wajan cukup besar. Dengan hati-hati dia menyelupkan ikan ke minyak panas.

Namun, entah apa yang terjadi, api mulai membesar di wajan yang Nadila pakai. Gadis itu tentu saja terkejut, tetapi berusaha tidak panik. Dia sempat menarik wanita di sampingnya untuk menjauh. Mau tidak mau dia terkena cipratan minyak. Untung saja Jay cepat datang dengan kain basah. Segara laki-laki itu melemparkannya ke atas wajan yang sudah dipenuhi api membara.

Insiden kecil itu memang tidak memakan korban. Hanya saja tangan Nadila sedikit terluka karena cipratan minyak. Dia pun dibawa oleh Jay ke posko kesehatan. Sementara yang lain membereskan kekacauan di dapur umum dan lanjut memasak.

Sampai di posko, Nadila malah mengambil salep dan mengoleskannya sendiri. Dia tidak terbiasa meminta tolong ke orang lain. Lebih baik dia melakukannya sendiri, sebisanya.

"Sini gue obatin lukanya." Nadila sempat melihat tangan Jay yang kecipratan minyak juga. Jadi dia berinisiatif mengobati laki-laki itu, sebagai tanda terimakasih karena telah menolongnya.

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang