..
"Get it?"
Azura mengangguk sesaat setelah George melemparkan pernyataan tersebut.
Hari-hari terlewat begitu cepat. Seperti 6 hari yang terlewat layaknya 1 detikpun tal terlewat.
Azura tentu merasa hari-harinya sedikit sepi karna hari-hari yang di penuhi dengan kesendirian.
Antara Jane dan Difa sampai pada hari ini tak terlihat. Entah kemana mereka menghilang setelah kejadian tersebut.
Ketika dia menanyakan tentang keberadaan mereka berdua pada teman-teman sekelasnya, yang di dapatkannya hanyalah sekedar gelengan.
Atau saat Ia meminta alamat pada wali kelas, yang di terima hanyalah penolakan, karna "katanya" Jane dan Difa menolak akan kunjungan dari siapapun, termasuk para pengajar.
Tentu membuat Azura merasa tak nyaman. Menyembunyikan banyaknya perasaan tak enak sendirian.
Apalagi tentang kiriman jari busuk beberapa hari lalu. Azura memutuskan untuk tidak memberi tahu pada kedua kekasihnya.
Atau. Seperti halnya dengan satu persatu barang aneh yang tiba-tiba saja sudah berada di teras kamarnya.
Jujur saja Azura tentu merasa takut. Tapi bahkan dia sendiri kebingungan karna tak mendapatkan alasan yang jelas untuk menuduh siapapun yang ada dalam benaknya.
Satu persatu barang menakutkan. Kata-kata yang tersusun mengerikan dalam gulungan kertas.
Memujinya dengan menjijikan.
Kepalanya bahkan pening. Menjadikan demam menyerangnya. 3 hari tak sembuh-sembuh.
Meski sering jatuh, namun Ia benar-benar tak ingin memberi tahu pada siapapun.
Bahkan Azura yakin, sang Mama tak tahu bahwa Ia sedang sakit. Hingga mengijinkan Ia pergi sendiri oergi mengantar George, Fred dan 2 peserta lainnya.
Dia mundur perlahan dan pergi meninggalkan mereka yang sudah tak terlihat lagi. Azura mencoba menenangkan nafas saat matanya terasa panas karna demam yang tak kunjung membaik.
Memasuki taksi. Azura berujar dengan lirih. "Pak, ke jl. Mawar delima ya."
Ketika sang supir mengangguk paham. Azura menyandarkan kepalanya pada bantalan kursi mobil.
"Oh, Adik kalau mau tidur dulu ngga apa, kayanya sakit?"
Azura tersentak di buatnya. Mengerjap dan menyentuh wajahnya.
"Apa keliatan pak?" Tanya Azura dengan polos dan naif.
Supir di depannya mengangguk. Tersenyum di balik topi yang menutup sebagian wajahnya.
Bibir dan suara yang familiar.
Namun, siapa itu? Dia tak bisa berfikir. Sungguh.
Hingga pada akhirnya. Azura benar-benar memejamkan matanya. Dari pada tidur. Dia sepertinya pingsan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Azura (New seasons)
RandomUntuk menyadari betapa bodoh dirinya. Ia merelakan kehidupan pertamanya dan Kembali hidup di kemudian hari. Tapi anehnya. Dia masih lemah juga. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. -Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai...