Oneshoot

736 75 10
                                    

Dalam senja yang penuh kepedihan, Sakura melangkahkan kakinya keluar dari pemakaman ayahnya dengan beban yang tak terlukiskan. Cahaya matahari beranjak redup, menciptakan bayangan yang mengikuti setiap langkahnya. Rintihan angin seolah menandai perasaannya yang terombang-ambing di antara kesedihan dan kebingungan.

Wajah Sakura terasa basah oleh tetesan air mata yang tak henti mengalir, menciptakan aliran derita yang tak mungkin ia bendung. Hatinya remuk, seakan terhempas oleh takdir yang kejam.  Saat Sakura merasa berada di dalam jurang kesedihan, kabar Sasuke yang koma karena kecelakaan yang sama akhirnya tersadar, membawa harapan tipis dalam kehidupannya yang hancur.

Namun, dalam pertemuan yang seharusnya penuh kelegaan, takdir mempermainkannya. Sepanjang jalan menuju rumah keluarga Uchiha, Sakura merasakan setiap batu dan kerikil dengan telapak tangannya yang gemetar. Penglihatannya yang perlahan memudar, menyulitkan langkahnya yang rapuh. Tidak hanya hatinya yang hancur, tetapi juga dunianya yang semakin gelap.

Di ambang pintu rumah besar itu, Sakura merasakan kehangatan dan sejuknya harapan. Namun, ketika pintu terbuka, Sasuke bukanlah sumber cahaya yang ia harapkan. Tatapan dingin dan luka dalam matanya menembus ke dalam jiwa Sakura. Kata-kata kasar dan kebencian terlontar bagai cambuk, menyayat hatinya yang telah lemah oleh duka.

"Kau... putri dari penyebab kecelakaanku. Kau tak tahu seberapa besar penderitaanku karena keluargamu," pekik Sasuke, suaranya menyiratkan amarah yang tak terbendung. Sakura terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Hati Sasuke yang dipenuhi kebencian menghantamnya seperti badai dahsyat, merobek jantungnya dengan setiap kata tajam yang diucapkan.

Di bawah langit yang seakan turut menangis, Sakura menangis dalam kebisuan. Tangisannya menjadi seruan hati yang terluka, memohon pengertian pada Sasuke yang tenggelam dalam kemarahan. Keabu-abuan mata Sakura tak bisa menyembunyikan derita yang dalam. Perjuangan melangkah di atas tanah yang tak lagi tampak, menggambarkan kekuatan yang tersisa dalam dirinya.

Dalam hening yang penuh kehancuran, Sakura mencoba membuka hatinya yang rapuh, "Sasuke, aku tidak bisa mengendalikan kecelakaan itu. Ayahku juga menjadi korban. Aku merasa bersalah, tetapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."

Sasuke menatapnya dengan sinis, "Kau merasa bersalah? Itu hanya kata-kata kosong dari seorang putri yang hidup di kebahagiaan. Aku kehilangan segalanya, dan kau hanya merasakan sepotong penderitaan."

Sakura menjawab dengan gemetar, "Aku kehilangan ayahku, dan penglihatanku perlahan memudar. Aku tidak tahu bagaimana hidupku kedepannya. Aku mencintaimu, Sasuke. Kenapa kau begitu kejam?"

Sasuke tertawa sinis, "Cinta? Aku tidak butuh cinta dari seorang putri supir. Aku akan mencari keadilan untuk atas diriku, bahkan jika itu berarti menghancurkanmu."

Sakura merasakan pukulan emosional yang lebih dalam, tetapi di balik air matanya yang tumpah, ada ketegasan dalam suaranya, "Aku akan membuktikan padamu bahwa cinta itu bisa mengubah segalanya, bahkan dalam kegelapan seperti ini."

Sasuke menatapnya dingin, "Kau bisa berusaha sekuat yang kau mau, tapi itu tidak akan mengubah kenyataan. Kau adalah bagian dari malapetaka yang merenggut segalanya dariku."

Dalam keheningan yang tak tertahankan, Sakura terus melangkah, berusaha menemukan sinar di tengah kegelapan hati Sasuke. Percakapan mereka menjadi luka lebih dalam, dalam aliran tragedi yang semakin kompleks, mewarnai kisah mereka dengan nuansa kesedihan dan pertarungan batin yang penuh emosi.

Dalam labirin kenangan yang hilang, Sasuke terperangkap tanpa panduan, melupakan Sakura seperti kisah yang ditelan waktu. Kehadirannya dalam kecelakaan itu hanyalah bayangan yang tenggelam dalam lupa, memudar dalam kabut yang menyelimuti otaknya. Taman bermain yang seharusnya menjadi tempat kelulusan mereka kini terkubur dalam keabu-abuan kenangan yang terlupakan.

Echoes of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang