Para Cahaya

8 0 0
                                    

Bel berbunyi tiga kali. Menandakan jam pembelajaran telah usai dan saatnya kami pulang. Aku bergegas untuk mengemas barangku, lalu memakai jaketku. Seperti biasa kami berjalan bersama dari kelas ke gerbang sekolah. Aku, Ayas, dan Sheren. Selain Ayas, Sheren juga merupakan teman dekatku di kelas.

"Aku masih penasaran, deh." Ayas membuka obrolan di tengah perjalanan kami.

"Tentang?"

"Yang tadi itu."

"Hah? Yang mana?" Aku mengernyitkan dahi. Tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ayas.

"Orang yang tadi, Nat. Orang yang nyariin kamu."

"Hah? Siapa? Kok aku ga tau apa-apa?!" Sheren nampak kaget karena saat obrolan antara aku dan Devan terjadi, ia tidak ada di sana.

"Jadi tadi habis istirahat, Devan bilang sama Natta kalo ada yang nyariin dia." Aku hanya terdiam di tengah pembicaraan mereka sembari ikut berpikir siapakah orang itu.

"Siapa sih, Yas? Cewek? Cowok?"

"Ga tau deh, Sher. Natta belom sempet nanya, eh si Devan udah kabur aja."

"Ih, siapa tuh? Hayooo.." Sheren menggodaku.

"Natta!" Tiba-tiba seseorang memanggilku. Suaranya berasal dari depan gerbang sekolah. Orang itu melambaikan tangannya, ternyata Nesya. Seperti biasa, ia sedang bersama Mira. Selain Ayas dan Shera, mereka berdua juga teman dekatku. Namun kami berada di kelas yang berbeda.

"Eh! Itu mereka!" Aku menarik lengan Ayas dan Sheren untuk berlari menghampiri mereka.

"Mau kemana nih?" Baru sampai menghampiri mereka, Nesya langsung mengatakan kalimat wajib itu. Kalimat yang setiap hari selalu terlontar dari salah satu mulut kami saat pulang sekolah.

"Sebenernya hari ini aku agak ga enak badan, sih. Tapi kalo kalian mau main, aku absen ya?" Mira memang terlihat sangat lelah, bibirnya pun tampak lebih pucat dari biasanya.

"Pantesan tadi kamu lemes banget di kelas, Mir. Kalo gitu kita semua pulang aja kali, ya? Jarang-jarang juga kita pulang cepet." Nesya mengerti kondisi Mira karena mereka berada di kelas yang sama.

"Ya udah, deh. Yuk Sher, Mir!" Ayas mengajak Sheren dan Mira untuk menyebrang.

"Bye Nat, Nes!" Mereka bertiga kompak berpamitan sambil melambaikan tangan kepadaku dan Nesya dari arah sebrang.

"Bye!"Aku dan Nesya pun menjawab bersamaan.

Ayas, Sheren, dan Mira memiliki arah jalan pulang yang searah. Mereka harus menyebrang untuk dapat menaiki angkutan umum ke arah rumah mereka. Sedangkan aku dan Nesya, cukup menunggu di depan gerbang sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ini adalah PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang