Bab 3

417 66 6
                                    

Naruto milik Masashi Kishimoto

Cerita ini milik Aizashinra

DON'T LIKE DON'T READ!!

OOC, Typo(s), Gaje, dll.

Fanfiction Khusus Event Hinata Bazar

Enjoy! 😉







"Jadi kalian berhasil melaju ke babak final ya?"

"Hn. Darimana kau tahu?"

"Aku menontonnya di TV. Kalian terlihat keren."

"Kami semua atau... hanya aku yang keren?"

Suara di sebrang telepon tampak terhenti sejenak.

"K-kalian semua, tapi... kau yang paling keren."

Sasuke tak mampu menahan senyumnya ketika mendapat pujian dari lawan bicaranya di telepon.

Ya siapa lagi jika bukan Hinata, gadis yang sudah hampir dua minggu ini menjadi kekasihnya.

Sasuke bersandar pada dinding koridor penginapan tempat dia dan timnya menginap selama di Tokyo. Pemuda itu sengaja mencari tempat sepi agar dapat leluasa berbicara dengan Hinata tanpa ketahuan oleh teman-temannya karena hubungan keduanya memang belum diketahui banyak orang.

Mungkin hanya anggota keluarga saja, dan Tenten. Teman-teman yang lain tidak terlalu penting.

Hinata yang sedang berada di kediaman nenek dan kakeknya juga tampak menutupi wajahnya dengan bantal karena malu. Tapi yang diucapkannya tidak salah. Sasuke kan memang keren.

"K-kapan pertandingan finalnya?" Hinata bertanya untuk mengalihkan kegugupannya.

"Besok."

"Jam berapa?"

"Sekitar jam 12 kalau tidak salah."

"O-oh."

Lalu... hening. Keduanya sama-sama terdiam karena masih merasa gugup. Hingga Sasuke tak sanggup lagi menahan apa yang di rasakannya.

"Hinata."

"Ya?"

"Aku merindukanmu."

Hening. Lagi.

Hinata sampai menahan nafas saking kagetnya, yang terdengar sekarang hanyalah suara debaran jantungnya yang menggila.

"A-aku juga merindukanmu." Cicitnya malu-malu.

Sasuke mengulum senyum. Rasanya seperti ada kembang api yang meledak di dalam perutnya karena terlalu bahagia. Dia juga tak tahan ingin berteriak sebenaranya namun harus tetap jaga image kan walaupun tak ada yang melihat.

"K-kalau begitu kau tidurlah. Sudah malam. Bukankah besok kau akan bertanding?" Hinata mengalihkan pembicaraan.

Karena jika suasana seperti ini dibiarkan jantungnya mungkin akan benar-benar meledak.

After The Lies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang