01. Ini keluarga ku (2013)

81 8 0
                                    

Sebagian anak ingin sekali memiliki keluarga yang harmonis, keluarga yang selalu menjadi tempat untuk pulang. Tempat untuk menemukan kehangatan dari dingin nya manusia di luar sana dan tempat untuk bisa saling tukar cerita.

Tapi, tidak semua anak bisa merasakan hal itu.

-----------------------------------------------------------
-Bulan (2013)

Hening nya malam tidak membuat bulan terasa begitu tenang. Dia hanya terdiam di tepi jendela sambil memandang langit dan mendengarkan suara bising dari orang tua nya yang sedang bertengkar.

Bulan selalu mendengar pertengkaran orang tua nya setiap hari dan setiap malam. Dia hanya bisa diam dan sesekali menutup kuping nya ketika pertengkaran orang tua nya yang begitu menyakitkan untuk di dengar.

"Lagi dan lagi aku harus mendengar suara pertengkaran itu. Suara yang buat aku jadi tidak betah tinggal di rumah ini." Ujar bulan menatap langit di atas dengan tatapan kosong.

Rasanya menangis pun sudah tidak bisa untuk mengekpresikan apa yang bulan rasakan hari ini. Sungguh lelah, sangat lelah. Bulan hanya ingin melihat keluarga nya harmonis seperti dulu bukan yang seperti sekarang.

Bulan berjalan menuju pintu kamar nya dengan kaki yang begitu berat. Rasanya tidak sanggup untuk melihat apa yang sedang terjadi di bawah, tapi hati nya selalu menyuruh nya untuk melihat.

Ketika sampai pada anak tangga terakhir di ruang tamu, bulan hanya menatap lirih kedua orang tua nya. Papah dan mamah nya.

"SIAPA PEREMPUAN ITU?! kamu selingkuh lagi mas? Sudah berapa wanita yang kamu gunakan untuk memenuhi keinginan bodoh kamu itu!." Ujar mamah bulan sambil memandang tajam sang suami.

"Diamlah astrid. Kepala saya rasanya mau pecah dengar ocehan kamu itu! Mau lebih dari 10 pun itu hak saya, saya bebas mau sama siapapun. Dan kamu tidak bisa melarang!."

"Laki-laki brengsek!."

Plak.

Astrid menampar pipi sang suami dengan begitu keras.

"Kamu laki-laki brengsek yang pernah aku temui, bisa-bisa nya kamu ngomong seperti itu sama aku yang masih jadi istri kamu mas. Aku istri kamu, ISTRI KAMU!." Teriak Astrid sama meneteskan air matanya.

Bulan hanya bisa melihat dari kejauhan perdebatan orang tua nya. Hati nya begitu sakit, sangat sakit.

Papah bukan menyeringai kecil." Istri? Dasar perempuan bodoh. Mulai detik ini, kamu Astrid Widya Nisa SAYA TALAK!."

Dan ya. Hal yang sama sekali tidak bulan inginkan. Hal yang buat dunia bulan hancur sehancur nya, Adalah Perpisahan orang tua nya. Dan saat itu juga bulan jatuh terduduk lemas di anak tangga dan menangis.

"Kamu talak aku mas? Iyaa?! Terus gimana sama bulan? Kamu enggak pernah pikirin akan sehancur apa perasaan bulan dan panji ketika tau hal ini?." Ujar Astrid menangis lirih kepada suami nya.

"Aku enggak peduli! Yang aku mau kita cerai, aku udah enggak Sudi punya istri kaya kamu. Aku mau bebas, bebas untuk bisa memilih perempuan yang aku mau. Dan perempuan itu bukan kamu Astrid!."

Sakit. Sangat sakit. Itu yang di rasakan Astrid, dia hanya bisa menangis. Dia yang di selingkuhin tapi dia juga yang harus di ceraikan. Padahal selama ini dia sudah bertahan semampu dia untuk bisa merubah suaminya menjadi seperti dulu, untuk anak-anak nya.

"Kamu jahat mas, kamu jahat!." Ujar Astrid dengan menangis.

"Mah, pah."

Astrid dan putra menoleh ke belakang. Melihat bulan, anak perempuan nya berjalan dengan langkah lirih menghampiri mereka.

"Bu-lan ka-mu sejak kapan di situ nak?." Tanya mamah Astrid sambil menghampiri bulan dengan nada terkejut.

"Mamah sama papah bakalan cerai?."

Dan ya, kata itu akhirnya bisa bulan ucapkan di depan orang tua nya. Hal yang begitu menyakitkan untuk di tanyakan.

"Bulan, itu-."

"Iya bulan, papah sama mamah kamu akan pisah. Kita akan bercerai." Ujar putra sang papah dengan begitu tenang.

Astrid menatap tak percaya ke suaminya. Dengan tega nya dia bicara seperti itu kepada bulan.

Seketika air mata bulan jatuh membasahi pipinya." Kenapa pah? Kenapa?." Ujar bulan dengan nada lirih sambil menatap sang papah.

"Tanpa papah jawab kamu pun sudah tau alasan nya bulan. Kamu harus bisa menerima. Dan ini udah menjadi keputusan mutlak yang harus kalian terima."

"Apa papah enggak pernah pikirin perasaan bulan? Perasaan kak panji ketika tau hal ini? Papah punya anak perempuan loh pah, aku anak perempuan papah. Apa papah enggak takut Kalau perbuatan papah yang keji itu akan berimbas ke anak perempuan papah nanti nya?." Tanya bulan dengan begitu lirih kepada papahnya.

Mamah Astrid hanya bisa berdiam dan menangis mendengar ucapan anak perempuan nya.

"Bulan, papah lakuin ini Karna papah udah enggak cinta sama mamah kamu. Papah lebih mencintai wanita lain. Dan dari dulu mamah kamu yang masih mau bertahan sama papah, padahal papah sudah lama ingin bercerai sama mamah kamu." Ujar papah bulan sambil memegang tangan bulan.

Bulan menepis tangan sang papah." Mamah lakuin itu Karna mamah enggak mau bikin anak-anak nya kecewa karna penceraian kalian, bukan kaya papah! Asal papah tau, hati aku hancur pah. Sangat Hancur. Aku cuma anak perempuan biasa yang menginginkan keluarga yang utuh dan harmonis kaya teman-teman ku. Tapi nyatanya hal itu di hancurkan oleh papah aku sendiri." Ujar bulan sambil menangis menatap sang papah.

"Sudahlah bulan, walaupun papah sama mamah kamu bercerai kamu tetap akan bisa ketemu kami. Kamu masih bisa tinggal sama papah ataupun mamah kamu." Ujar putra kepada anak nya.

"Papah kira dengan aku tinggal bergantian sama papah dan mamah itu akan bisa mengobati rasa sakit aku? Enggak pah! Enggak akan bisa. Yang aku mau aku tinggal bareng kalian bukan tinggal bergantian dengan kalian. Aku mohon pah, tolong jangan bercerai. Untuk aku dan untuk kak panji." ujar bulan berusaha memohon kepada papah nya.

"Pokoknya keputusan papah sudah mutlak. sudah tidak bisa dirubah dan tidak bisa ada yang melarang termaksud kamu anak papah sendiri!."  Ujar putra langsung melangkah kan kaki nya meninggalkan bulan dan Astrid.

Tapi langkahnya terhenti ketika dia melupakan ada hal yang belum dia bicarakan.

"Oh iya bulan, Karna papah tau kamu tidak akan bisa memilih untuk ikut dengan siapa. Maka dari itu, papah yang aku memutuskan. Kamu ikut dengan mamah kamu dan kak panji akan ikut dengan papah." Ujar putra dengan nada tegas dan langsung beranjak meninggalkan bulan dan Astrid tanpa menunggu jawaban mereka.

Lagi dan lagi hati bulan hancur sehancur nya di waktu yang bersamaan ketika mendengar ucapan terakhir dari sang papah.

Mamah Astrid yang melihat bulan jatuh terduduk lemas hanya bisa memeluk nya dengan erat. Menguatkan anak perempuan. Karna bukan hanya dia saja yang hancur, bulan jauh lebih hancur di banding dirinya.












Penceraian orang tua memang begitu menyakitkan, tanpa sadar mereka sudah mematahkan harapan dari sang anak yang menginginkan keluarga yang utuh dan harmonis.
-Bulan 2013


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku, Perempuan Intovert.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang