CW // gender switch
Flossie atau kerap disapa Oci kini tengah membawa dua koper besar miliknya masuk ke dalam rumah yang ada di hadapannya saat ini. Gadis cantik berambut hitam legam itu kini tengah kesusahan mengangkat kopernya, Oci menyesal telah menolak tawaran kakaknya untuk mengantar dirinya. "Tau gini gue terima tawarannya abang, sekarang gue harus gimana," Oci sedikit tantrum untuk saat ini.
"Neng cantik, butuh bantuan?" tanya seorang pemuda dari atas motor miliknya.
"Iya mas, ini mau bawa kopernya masuk."
Oci berucap dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya. Senyum yang Oci berikan mampu membuat pemuda bernama Arwen tersebut terpana. Bolehkah Arwen menjadikan si cantik ini menjadi pacarnya.
"Ngapa berhenti?" tanya pemuda lainnya yang tiba tiba saja datang dan menghentikan motornya di depan pekarangan rumah Oci.
"Mbak cantik, Arwen ngga gangguin mbak kan? Kebalin mbak saya Arya, kembarannya Arwen," ucap Arya si pemuda bermata sipit sambil mengulurkan tangannya ke arah Oci.
"Mas, berdua mau bantuin angkat koper nggak? Nanti saya buatin kopi, kebetulan ada mesin kopi di dalam."
Tanpa menunggu lama, si kembar itu langsung mengangkat koper milik Oci menggunakan satu tangan. Sebenarnya yang membuat keduanya bersemangat adalah Oci dengan penampilannya. Saat ini Oci hanya mengenakan celana pendek di atas lutut dan kaos ketat yang membentuk tubuhnya atau lebih tepatnya mencetak jelas payudara besar milik si cantik.
"Itu warga baru yang diomongin Papa bukan sih? Yang katanya ada warga baru cewek," bisik Arwen pada kembarannya.
"Kayaknya iya deh tapi, gue ngga nyangka kalau bakalan sesemok ini. Gila, bening plus mulus banget. Lebih dari itu, cantik banget udah kayak bidadari turun dari khayangan."
Keduanya tak sadar jika Oci memperhatikan semua yang mereka lakukan, bahkan ketika melirik ke arah Oci dengan tatapan memuja. Yang diperhatikan tentu saja langsung salah tingkah.
"Taruh disitu aja mas depan pintu nanti saya bawa masuk sendiri, makasih banyak ya. Duduk dulu, saya buatin kopi dulu," ucap Oci mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk di ruang tamu yang sudah dia bersihkan sebelumnya.
Oci berjalan ke arah dapur sambil menata rambutnya dan dia buat menjadi sebuah cepol menggunakan jepit rambut yang dia jepitkan di bawah kaos miliknya.
"Kita harus bawain kipas angin buat si cantik, kepanasan noh," bisik Arya pada Arwen sambil terus memperhatikan langkah si cantik Oci.
Tak perlu waktu lama bagi si kembar untuk menunggu karena saat ini Oci sudah datang dengan satu nampan berisi dua cangkir kopi ditangannya. Tangan lentik si cantik begitu anggun saat meletakkan secangkir kopi ke atas meja, gerakannya sangat cantik dan senyum tak pernah lepas dari wajah sang gadis.
"Diminum dulu, mas. Maaf nggak ada cemilan, belum bongkar koper soalnya."
"Kita nggak perlu cemilan, kita perlunya nama kamu," ucap Arwen sambil mengulurkan tangannya.
Oci nampak terkejut mendengar ucapan Arwen, Oci lupa jika sejak tadi dirinya sama sekali belum menyebutkan namanya. Oci menerima uluran tangan Arwen sambil menyebutkan namanya, "Flossie, panggil aja Oci."
"Oci, kok mau sih pindah kesini? Kan sini jauh dari mana mana," tanya Arya setelah meminum kopi buatan Oci.
"Ngomongnya santai aja, kayaknya kita seumuran soalnya," sambung Arya dengan maksud membuat Oci merasa nyaman.
"Aku penulis novel dan aku lagi butuh tempat baru buat nulis."
Perbincangan demi perbincangan terus terjadi hingga tanpa terasa hari telah malam, matahari tak lagi bersinar dan digantikan dengan sinar rembulan. Pintu depan memang sengaja dibiarkan terbuka supaya menghindari fitnah.
__________________
Sudah terhitung satu Minggu sejak Oci pindah ke desa yang tengah dia tempati dan selama itu pula si kembar dengan rajin melakukan apel ke rumah Oci, katanya sih ingin membantu Oci membereskan rumah tapi, pada kenyataannya si kembar hanya duduk manis menatap semua yang Oci lakukan.
"Rambutnya diiket gini kalau lagi kerja, biar nggak nutupin," ucap Arwen sambil berusaha mengikat rambut Oci dengan karet yang tergeletak di meja.
Oci mendongak menatap Arwen yang berada di belakangnya. Tatapan keduanya bertemu dan tanpa sadar Arwen mengusap pipi si cantik. Sungguh, Arwen berusaha mati matian untuk tidak melihat ke arah belahan payudara yang terlihat mengintip dari atas sini karena kaos kebesaran yang Oci kenakan.
"Nggak ada yang marah kan kalau aku sama Arya sering main kesini dan mungkin punya niat deketin kamu?"
Oci terdiam mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Arwen, terdiam beberapa saat hingga tak sadar jika Arya sudah berdiri di sampingnya dan mengangkat tubuhnya untuk dia dudukkan di atas meja. "Kita suka sama kamu, kita rela berbagi asal kamu orangnya dan maaf kalau aku lancang," bisik Arya tepat ditelinga Oci sebelum dirinya mencium bibir mungil si gadis.
Hanya sebuah kecupan, tak lebih. Oci kira setelah Arya mengecup bibirnya maka semuanya akan selesai namun, ternyata salah. Sekarang giliran Arwen yang menyecap bibir si gadis, tangannya dia lingkaran ke pinggang ramping Oci dan menarik Oci untuk semakin masuk dalam dekapannya.
Arwen melepaskan ciumannya, menatap ke bawah tepat ke arah payudara Oci yang terus menggodanya sejak tadi.
"Nenen, kamu tuh manggil terus dari tadi Oci. Kamu nggak sadar ya kalau baju kamu itu tipis," ucap Arya yang kini tengah menarik Oci untuk duduk ditengah tengah dirinya dan Arwen.
"Kalian mau?"
Flossie (Oci)
Arwen
Arya
Maaf kalau aneh ya guys, pokoknya jangan hujat aku please soalnya ini first time bikin gs. Jangan lupa vote dan komen yang banyak biar aku semangat kasih asupannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Adendum • Haechan Harem
FanfictionBerisi kumpulan cerita oneshoot Haechan dengan member NCT sebagai dominan