Bloom - 2

187 28 4
                                    

Semester ganjil baru saja dimulai tiga hari lalu. Kini kampus ramai oleh para mahasiswa dengan berbagai macam gaya, ada anak fashion yang selalu berpakaian nyentrik, ada anak-anak kedokteran yang berpakaian sederhana, tapi banyak sekali mendekap buku-buku tebal, Dabeom sering memerhatikan mereka.

Kalau bukan buku, mereka pasti membawa tablet berlogo apel beragam versi, jadi Dabeom bisa menyimpulkan, anak-anak kedokteran itu bukannya tidak mampu membeli pakaian-pakaian modis bermerek, tapi mereka tak mementingkan hal itu.

Dabeom pernah mendengar bahwa hampir seluruh mahasiswa kedokteran itu mempunyai ambisi yang gila, mereka bisa belajar melebihi batas manusia normal. Jadi mungkin itu salah satu alasannya kenapa cara berpakaian mereka kebanyakan memang sederhana.

Kadang-kadang Dabeom merasa sedikit beruntung karena dia tidak memilih fakultas mematikan itu. Jujur saja, Dabeom bukanlah anak yang mempunyai semangat belajar yang tinggi. Dia tidak terlalu suka baca buku, apalagi kalau buku-buku itu tidak bergambar.

Namun, seluruh buku yang dibeli Dabeom semester ini tidak ada yang memiliki gambar, semua penuh dengan huruf-huruf Hangul. Dabeom menghela napasnya, dia mempunyai firasat semester ini akan sangat melelahkan.

Banyak mata kuliah yang tidak diminati oleh Dabeom, salah satunya adalah hukum internasional. Seminggu lalu, Dabeom bersama teman-teman satu fakultasnya berlomba mengontrak kelas doktor Kim, alasannya karena dosen bergelar doktor itu baik hati, tidak pelit nilai tepatnya.

Namun, Dabeom kalah cepat, kursi-kursi di kelas doktor Kim sudah terisi penuh dalam sekejap mata. Akhirnya Dabeom harus menelan pil pahit, dia terpaksa memilih kelas profesor Jonathan yang terkenal menyeramkan.

Dabeom tidak bisa berhenti mengumpati nasib sialnya, sudahlah terpisah dengan teman-teman sekelasnya, kini Dabeom harus duduk sendirian tanpa mengenal siapa pun di sini.

Lelaki itu mengeluarkan laptopnya dengan wajah masam. Pandangannya menunduk, masih ada beberapa menit lagi untuk memulai kelas. Dabeom menghela napas kasar sebelum seseorang duduk di sebelahnya, dia menarik meja yang terlipat, menyatu dengan kursi.

Dabeom sedikit melirik, dari ekor matanya, dia melihat wajah yang tidak asing, Dabeom memutuskan untuk menoleh, "Kyungjun?" Mata Dabeom membulat, dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan lelaki itu di kelas ini.

"Kenapa wajahmu tertekuk begitu?" tanyanya tanpa basa-basi, atau mungkin itu hanya pertanyaan basa-basi saja bagi Kyungjun.

"Aku memiliki firasat buruk," ujarnya setengah merengek, ekspresi itu tidak bisa berbohong, anehnya malah terlihat menggemaskan di mata Kyungjun.

"Memangnya kenapa?"

"Profesor Jonathan ... bukankah dia orang yang menyeramkan?" Dabeom agak menurunkan intonasi suaranya, berbisik.

Kyungjun menggeleng. "Dia cukup tampan, banyak mahasiswi yang menggilai wajahnya." Mendengar itu Dabeom mengedarkan pandangannya dan dia baru menyadari bahwa kelas ini memang didominasi oleh kaum hawa. Dabeom kembali meringis, ini bukan pertanda baik, artinya laki-laki akan terlihat lebih menonjol dan Dabeom tidak suka menjadi terlalu mencolok.

"Maksudku bukan wajahnya, Kyungjun, tapi cara mengajarnya, bukankah dia termasuk dosen killer? Apa kau tak takut padanya?" Bukannya menjawab pertanyaan itu, Kyungjun malah memalingkan wajahnya, dia tidak bisa menahan tawa, tapi Kyungjun tidak mau tertawa lepas di hadapan Dabeom, ini belum saatnya.

Dabeom terlalu fokus dengan kekhawatirannya hingga dia tidak menyadari dosen killer yang dibicarakan olehnya sudah memasuki kelas, para mahasiswi langsung berseru antusias seakan sedang menyambut seorang idol yang baru saja melakukan comeback.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloom || KyungbeomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang